Hanafi tak sanggup lagi. Berhari-hari ia memantapkan hati untuk memilih jalan yang akan ia lalui. Keputusannya sudah bulat meski banyak yang menentang, Hanafi akan tetap memilih.Â
"Maafkan Mas Ra..Mas sudah tidak mencintai Rara."
Rara, panggilan kesayangan dari sang suami untuknya. Dulu dia akan tersipu malu girang dalam hati saat Hanafi memanggilnya Rara. Kini yang tersisa hanya kepedihan. Melepas Hanafi sungguh amat sulit saat cinta untuk sang suami bertumbuh kian subur tahun demi tahun namun yang ia tuai hanya daun kering jatuh berguguran siap untuk terbakar.Â
Kekuatan manalagi yang bisa ia gunakan untuk mempertahankan jika sang suami sendiri memutus ikatan suci. Hanafi meninggalkan Ratna yang terduduk lemas tak bersuara.Â
****
"Apa kabar Ibu? Semoga Tuhan memberi tempat terindah untuk wanita sebaik Ibu! Terima kasih telah menjadikanku putri Ibu. Boleh aku katakan? Aku tak ingin menikah. Aku takut".Â
Gadis dengan balutan hijab hitam menebar bunga di atas pusara.Â
"Ratna Adelia Saputri, nama yang cantik. Ibu tetap akan menjadi ibuku apapun yang orang katakan, Ibulah yang terbaik. Terima kasih telah menyayangiku tanpa syarat".Â
Meletakkan foto wanita dengan balutan hijab berwarna merah dengan senyum yang menampilkan deretan gigi, manis.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H