Mohon tunggu...
Isma Soekoto
Isma Soekoto Mohon Tunggu... Penulis - penulis, penerjemah

Saya penggemar jalan kaki pagi sambil mengkhayal dan mendengarkan musik. Bagi saya menulis adalah menciptakan dunia baru yang berbeda dari yang pernah saya alami. Nama pena saya: Imma Soekoto. Saya baru punya 2 buku solo: Antologi Cerpen: Gandrung dan Antologi Puisi: Senandika. Buku-buku keroyokan sudah cukup banyak juga sih.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Camer

27 Februari 2024   10:07 Diperbarui: 27 Februari 2024   10:42 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

          Pada malam yang dijanjikan. Aku datang seusai meliput satu pertujukan kesenian di Gedung Kesenian Jakarta. Jadi, aku berpakaian formal : batik sutera pilihan Chacha, celana panjang hitam dan sepatu kulit hitam oleh-oleh Chacha dari Italia.  Kutenangkan hatiku sebelum menekan bel rumah putih yang megah itu. Gila ! Kok aku jadi begini deg-degan, sih ? Tapi kurasa, Soekarno pun akan berkaki dingin saat pertama kali bertemu dengan camernya, yang pertama, tentunya !

          Pintu gerbang itu dibuka oleh seorang pengawal bertubuh tegap. Beliau langsung tersenyum ramah menyambutku.  "Mbak Chacha sudah menunggu, lo Mas." katanya.

          Di beranda yang penuh dengan tanamanan Chacha menunggu, duduk dengan anggunnya di atas sofa rotan besar.

          "Mas Bimo, Mama dan Papa sudah menunggu di halaman belakang. Kita mau bikin barbeque." sambutnya hangat dengan ciuman ringan pada bibirku.

          "Hmm, enak !" jadi, hanya itu yang bisa keluar dari mulutku.

          Di halaman belakang yang berumput dan luas itu ternyata ada juga kolam renangnya. Sang pati dan Nyonya sedang sibuk mempersiapkan panggangan dan yang mau dipanggang. Kulihat, mereka saling bercanda. Jadi, mereka normal.

          "Selamat malam, Tante, Oom," sapaku setelah agak dekat dengan mereka.

          Tante langsung meletakkan capitan arangnya dan bergegas menyambutku. Aku yang merasa disambut begitu hangat, juga bergegas maju sambil mengulurkan tanganku,  untuk mengimbangi semangat sang Tante yang ternyata bertubuh sangat gemuk itu.  Baru beberapa langkah aku maju, tiba-tiba terdengar suara melengking dari bawah kakiku.

"Nguik !!!"

          Aku terloncat dan mencari dalam keremangan, apa yang sudah kuinjak.

          "Cherie !!!" teriak Tante dengan suara sangat menghiba., sambil membungkukkan tubuh 'Huges'nya untuk mengambil seekor anjing sangat  kecil dengan wajah lebih mendekati tikus dari pada anjing (jenis cihuahua).  Aku seperti mengalami deja vu. Anjing Idefix dalam pelukan Obelix !.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun