SDN 005 Samarinda Ilir
Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 2.3
Pengalaman belajar yang telah dilalui pada modul 2.3 kembali tuangkan dalam jurnal refleksi dwi mingguan guna merefleksikan hasil belajar, yang setelah disusun dalam suatu alur berpikir dalam bentuk tulisan, yang nantinya dapat dimanfaatkan oleh CGP dalam menilai berhasil tidaknya CGP dalam mempelajari materi yang disampaikan selama pembelajaran modul 2.3 Coaching untuk supervisi akademik. Penerapan jurnal refleksi dwi mingguan pada program pendidikan guru penggerak tentunya juga dimanfaatkan CGP dalam merumuskan langkah-langkah perbaikan setelah melakukan evaluasi diri agar nantinya CGP menjadi lebih maju dan berkembang.
Untuk merefleksikan materi pembelajaran yang telah dilalui, CGP menuangkan pengalaman belajar yang dilaluinya pada modul 2.3 Coaching untuk supervisi menggunakan model jurnal refleksi 4CÂ yang dikembangkan oleh Ritchhart, Church and Morrison pada 2011:
1. Connection
Dalam kegiatan belajar selama 2 minggu ini, CGP telah banyak memperoleh pemahaman baru tentang coaching untuk supervisi akademik sebagai keberlanjutan dari materi pembelajaran yang berpihak pada murid dalam bentuk pembelajaran difrensiasi dan pembelajaran sosial emosional. PGP memberikan kesempatan kepada CGP untuk dapat meningkatkan keterampilan  dirinya untuk dapat mengarahkan anak didik dalam menemukan jati diri dan melejitkan potensi dari dalam diri murid melalui keterampilan coaching (Kompetensi pembimbingan).
Praktik coaching yang dilakukan bersama perserta CGP dalam kegiatan berkelompok pada modul 2.3 ini dimaksudkan agar  kedepannya peserta CGP memiliki paradigma berpikir coaching dalam berkomunikasi dalam rangka mengembangkan potensi rekan sejawat yang dimilikinya. Dengan kata lain, menerapkan praktik komunikasi atau percakapan berbasis coaching dalam komunitas sekolah menjadi capaian pembelajaran pada modul ini.
Supervisi pendidikan dilakukan untuk memastikan adanya pembelajaran yang berpihak pada murid sehingga dalam upaya mewujudkannya, seorang pemimpin hendaknya dapat mengidentifikasi kebutuhan pengembangan kompetensi diri dan orang lain dengan menggunakan pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan tersebut. Pendekatan yang dimaksud disini adalah pendekatan yang diawali dengan paradigma berpikir yang memberdayakan yakni melalui coaching.
Keterampilan coaching patut dimiliki oleh para CGP sebagai pendidik untuk menuntun segala kekuatan kodrat (potensi) yang ada pada diri anak didik agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Melalui percakapan coaching antara guru dan murid maka ruang kebebasan akan dimiliki oleh murid untuk menemukan kekuatan dirinya dan peran guru sebagai pamong adalah menuntun serta  memberdayakan potensi yang ada agar murid tidak kehilangan arah, menemukan kekuatan dirinya tanpa membahayakan dirinya.
2. Challenge
Setelah mempelajari modul secara mandiri, mendengar penjelasan yang telah diberikan oleh fasilitator dan berdiskusi baik dalam forum diskusi maupun dalam ruang kolaborasi maka CGP sepakat urgensi materi coaching dalam supervisi akademik karena diharapkan guru penggerak tertantang untuk menjadi pemimpin yang memiliki paradigma berpikir dan berketerampilan coaching dalam rangka mengembangkan rekan sejawat dan komunitas sekolah nantinya.
Ide/gagasan yang harus muncul dalam diri guru penggerak adalah bagaimana mendorong seluruh anggota komunitas yang ada disekolah untuk memiliki percakapan dengan paradigma berpikir coaching sehingga prinsip dan kompetensi inti coaching dapat terpenuhi.
3. Concept
Coaching didefinisikan sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999).
Cognitive coaching melalui percakapan dengan alur TIRTA (Tujuan, Identifikasi, Rencana aksi, Tanggung jawab) dapat digunakan sebagai bentuk pengembangan potensi guru dan mendukung pendidik dalam penemuan potensi dalam merancang strategi pembelajaran, evaluasi pengajaran, dan menemukan inovasi praktik pengajaran yang memerdekakan dan berpihak pada murid.
Paradigma berpikir among sebagai ide pemikiran dari KHD menjadi kekuatan dalam coaching sehingga pendidik perlu memiliki keterampilan berkomunikasi dalam menuntun segala kekuatan kodrat murid. Dalam coaching, murid diberi kemerdekaan dalam belajar untuk menemukan kekuatan dirinya dengan tuntunan.
4. Change
Setelah mempelajari modul 2.3 coaching dalam supervisi pendidikan ini terjadi perubahan paradigma berpikir pada diri CGP. Sebagai hasil belajar, CGP memiliki impian menjadikan diri sebagai pribadi yang terus memiliki daya juang dalam memantaskan diri sebagai pendidik yang senantiasa menghadirkan pengalaman belajar bermakna bagi murid, serta berupaya menciptakan lingkungan belajar yang melakukan percakapan berbasis coaching dalam mengembangkan potensi diri warga sekolah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H