Mohon tunggu...
Ismanto
Ismanto Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Membacalah untuk menulis dan menulislah untuk dibaca minimal diri kita sendiri

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Teknologi Cerminan Pendidikan di Era Metaverse

29 Juni 2024   11:21 Diperbarui: 29 Juni 2024   11:39 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Teknologi yang berkembang melesat secara cepat tentunya sangat memengaruhi berbagai aspek tidak terkecuali dunia pendidikan. Dunia pendidikan tidak dapat menolak kemajuan teknologi. Justru kita sebagai akademisi wajib memanfaatkan kemajuan teknologi untuk hal-hal yang positif. Metaverse merupakan tantangan baru di dunia Pendidikan. Pengembangan metaverse mulai dikembangkan oleh peruahan-perusahan teknologi besar, maka dunia pendidikan juga harus siap dalam menghadapi hal tersebut.

Pertanyaan besarnya adalah, apa itu era metaverse? Istilah metaverse di keluarkan pertama kali oleh CEO Perusahaan Facebook Mark Zuckerberg mengubah nama perusahaannya menjadi “Meta” perubahan ini bukan sekadar branding saja melainkan ingin mewujudkan perusahaan mas adepan yang fokus terhadap perkembangan teknologi masa depan yang disebut dengan “metaverse”. Dunia metaverse akan membawa manusia hidup dan beraktivitas di dunia virtual. Dalam dunia virtual kita bisa bekerja, berbelanja, bermain dan belajar yang belum pernah kita bayangkan sebelumnya.

Teknologi pendidikan sekarang ini mulai menuju ke arah metaverse yang mampu menciptakan pembelajaran secara mandiri. Teknologi pendidikan dapat menciptakan pembelajaran secara mendukung dalam upaya menjaga physical distancing sesuai protokol kesehatan. Keprihatinan di masa pandemi ini membuat pemerintah ikut memperhatikan masalah pendidikan sehingga mampu memicu para tenaga ahli bidang pendidikan dan teknologi untuk menciptakan teknologi sebagai model pembelajaran virtual yang berupa aplikasi-aplikasi pendukung pembelajaran yaitu website, google classroom, Microsoft teams, dan E-learning. Adanya surat edaran dari menteri pendidikan terkait pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa pandemi, maka semua sistem pembelajaran tatap muka diganti dengan sistem belajar dari rumah secara online.

Metaverse mungkin akan membuat seluruh aktivitas dalam dunia Pendidikan nantinya dapat dilakukan dalam  dunia virtual. Sekolah, ruang belajar dan pembelajaran akan dibangun secara virtual, bahkan administrasi sekolah juga dapat dilakukan secara virtual. Metaverse membuat kita dalam melakukan apapun secara virtual tanpa harus bertemu secara langsung. Jika ini terjadi, tentu menjadi sebuah disrupsi dunia pendidikan masa kini. Sebagai contoh dalam pelajaran geografi, guru dapat mengajak siswanya emlihat fenomena alam seperti tanah longsor, gunung meletus, banjir dll secara virtual tanpa harus datang langsung ke lokasi bencana, selain itu bisa juga wawancara para ahli secra virtual. Metaverse akan menjadikan pemeblajaran yang semua dilaukan secara konvensional atau dua dimensi kini bisa menjadi lebih nyata. Peserta didik dibawa keluar dari dimensi abstrak menuju semua realitas virtual.

Tranformasi pembelajaran dari offline menuju online tentunya membutuhkan adaptasi yang dalam waktu yang tidak sebentar. Beberapa pendidik di sekolah mengaku bahwa pembelajaran daring ini tidak seefektif kegiatan pembelajaran secara tatap muka langsung karena beberapa materi pembelajran perlu adanya penjelasan secara jelas dan terarah. Selain itu peserta didik belum tentu memahami materi yang disampaikan secara daring. Maka, peran penganjar yang berada dalam keadaan pandemi ini menjadikan pengajar merasa tertantang untuk menunjukkan kemampuan dan mencoba memanfaatkan media teknologi melalui Zoom Meet, Google Classroom, E-learning, Microsoft Teams, dan pemberian tugas proyek dengan pemanfaatan Google Classroom, presentasi interaktif dengan Google Meet, dan lain-lain. Selain itu, Penyajian pembelajaran oleh pendidik secara terencana dan efektif untuk mempersiapkan rencana pembelajaran yang berkualitas.
Peserta didik juga merasa khawatir saat mengikuti pembelajaran jarak jauh jika materi yang disampaikan oleh pengajar tidak dapat diserap secara maksimal. 

Tentunya peserta didik dalam hal ini harus mampu beradaptasi dengan keadaan yang sedang berlangsung di masa pandemi. Adaptasi dalam pembelajaran di masa pandami perlu dilakukan karena hal tersebut dapat membantu peserta didik dalam menerima materi yang di sampaikan oleh pengajar. Banyak peserta didik yang mengungkapkan keluhannya mengenai proses belajar lebih dominan kepada pemberian tugas dibanding dengan pembahasan materi belajar. Namun dengan adanya teknologi komunikasi melalui WhatsApp Group dan Zoom Meet mampu membantu mereka dalam kelancaran belajar.

Selain itu orangtua merasa tenang apabila anaknya mampu dapat menerima materi pembelajaran dengan baik. Salah satu orang tua siswa mengaku dirinya memiliki keterbatasan waktu dan pengetahuan dalam mendampingi belajar di rumah, sedangkan tuntutan sebagai orangtua untuk mendukung keberhasilan pembelajaran daring. Namun peran orang tua sebenarnya bukan sebagai pengganti pengajar seutuhnya, akan tetapi lebih tepatnya sebagai fasilitator yang dapat mendukung sistem belajar daring dengan baik. Bagi orang tua pembelajaran masa pandemi ini mampu memberikan penugasan untuk peserta didik menjadi lebih meningkatkan minat membaca dengan mencari informasi di media sosial manapun untuk menyelesaikan tugas secara online. Harapan orang tua pembelajaran di masa pandemi perlunya komunikasi pengajar terhadap peserta didik untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran.

Di era metaverse ada beberapa alternatif yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung jalannya pembelajaran jarak jauh yang tentunya tidak terlepas dari teknologi sebagai perantara untuk menyampaikan materi dan evaluasi dalam pembelajaran. Ada beberapa platform yang dapat dimanfaatkan oleh pengajar sebagai pendukung pembelajaran jarak jauh diantaranya YouTube dengan cara pengajar merekam saat menjelaskan materi pembelajaran kemudian diupload ke YouTube setelah itu peserta didik diminta untuk melihat dan mendengarkan melalui YouTube. Selain lebih praktis, YouTube juga ada beberapa keunggulan salah satunya peserta didik dapat memutar berulangkali sehingga tujuan pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik

Hal yang paling sederhana lainnya juga dapat dilakukan oleh pengajar dengan memanfaatkan WhatsApp Group. Aplikasi WhatsApp yang sering diakses sebagai komunikasi sehari-hari bukan lagi hal asing untuk digunakan bagi pelajar daring karena pengoperasiannya sangat simpel dan mudah diakses peserta didik. Sedangkan bagi pengajar online yang mempunyai semangat yang lebih, dapat meningkatkan kemampuannya dengan menggunakan berbagai aplikasi pembelajaran daring lainnya seperti halnya Google Meet, Zoom Meet, Google Classroom, Microsoft Teams yang dapat dimanfaatkan oleh pengajar untuk pengganti tatap muka di ruang kelas. Namun kebutuhan pengajar dan peserta didik, kesesuaian terhadap materi, keterbatasan infrastrukur perangkat seperti jaringan sinyal perlu dipertimbangkan dalam penggunaanya dalam keberlangsungan proses belajar mengajar.

Pengajar yang memiliki kemampuan dalam berinovasi, mampu merancang materi pembelajaran, pemilihan sarana aplikasi sebagai penunjang pembelajaran dan metode pembelajaran yang tepat menjadi keberhasilan pengajar dalam melakukan pembelajaran daring di masa pandemi. Pembelajaran secara virtual harusnya mendorong siswa menjadi kreatif dengan mengakses  sumber pengetahuan, menghasilkan karya, mengasah wawasan sehingga membentuk peserta didik menjadi pembelajar sepanjang hayat. Maka, pembelajaran virtual sebagai solusi yang efektif dalam pembelajaran di masa pandemi yang bertujuan untuk memutus penyebaran virus Covid-19 sebagai upaya peningkatan kualitas pendidikan menjadi lebih baik melalui teknologi metaverse sebagai sarana kegiatan belajar mengajar

Jika semua kegiatan dalam dunia pendidikan dilakukan secara virtual tentunnya yang dapat dilakukan oleh dunia pendidikan adalah membuat regulasi tentang bagaimana memanfaatkan teknologi ke arah yang positif. Setelah berlajan kurang lebih 2 tahun masa pandemi yang semula dunia pendidikan takut jika internet akan merusak, yang awalnya handphone merupkan barang haram bagi peserta didik, sekarang menajdi hal yang waib untuk dibawa kemana-mana termasuk ke sekolah.

Dengan demikian, perkembangan teknologi, termasuk metaverse pada hakikatnya hanya sebuah metode yang tidak bisa dijadikan esensi kehidupan. Sekolah fisik dan semua kegiatan yang ada di dalamnya tidak akan bis tergantikan oleh metaverse. Sekolah tidak hanya mencari ilmu pengetahuan saja melainkan kehangatan social juga dibutuhkan sebagai manusia yang hanya bisa dilakukan dengan berinteraksi secara langsung. Dunia sebenarnya adalah tempat kita hidup bukanah dunia maya. Metaverse hanya sebagai alternatif pelayanan yang lebih baik lagi kepada siswa tanpa menghilangkan dunia nyata. Pembelajaran virtual pada dunia pendidikan saat ini sebagai upaya pencegahan penyebaran covid-19 yang belum berakhir sepenuhnya dari bumi kita. Bagaimanapun tujuan dari pada pendidikan yaitu untuk memnausiakan manusia bukan memvtualkan manusia.
.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun