"Tak tahu, aku kehilangannya di stasiun kereta, sekarang usianya pasti sudah seusiamu" jawabnya tampak sendu
"Sudah coba mencari, atau melaporkannya ke pihak yang berwenang" tanyaku
"Tak ada hasil, keluarga saya hanya bisa menyalahkan saya, ya begitulah. Diminum dlu, selagi hangat" jawabnya memutuskan pembahasan kami
"Kalau boleh saya kasih saran, kalau kamu ada masalah coba cari tempat yang lebih tenang, laut atau daerah perkampungan yang menyegarkan, jangan ke klub malam" ucapnya sontak membuatku heran
"Saya merasa menjadi manusia kalau sudah masuk klub, entahlah tenang rasanya, saya bisa melanjutkan hidup lagi untuk besok" jawabku tunduk sambil menghangatkan telapak tangan dengan secangkir kopi buatannya
"Ibu sendiri, eh kakak sendiri kenapa mau kerja di klub?" Tanyaku
"Karena tato yang saya miliki, tempat kerja lain menganggap saya sudah bukan perempuan baik baik, hanya klub yang mau terima. Bahkan jadi pembantu saja mereka tak sudi menerima saya" sambil menunjukkan tato yang ada di tangan, kaki dan tengkuknya
"Banyak sekali" ucapku merasa terkejut. Karena di klub aku tak terlalu memperhatikan sebab cahaya lampu dan mataku yang remang.
"Sudahi saja, dik. Ketenangan yang kamu temukan di klub itu hanya ilusi. Tempat itu takkan pernah bisa memanusiakan manusia, semua yang disana sudah menjadi hantu yang berjalan, tak punya tujuan hidup. Mereka merasa hidup tapi sebenarnya mereka sudah mati. Termasuk saya." Ucapnya padaku malam itu
"Kau tak paham, masalah hidup yang ku hadapi sampai saat ini, semua orang hanya pandai bicara, tapi dirinya sendiri pun tak bisa diselamatkannya" jawabku mulai ketus
"Itu karena tak ada tempat untuk kami bisa kembali pulang, sudah terlalu jauh kami hanyut dalam kesenangan yang menipu, menganggap hidup ini hanya patut di ratapi, kamu masih muda, masih banyak hal yang bisa dilakukan sebelum terlambat. Kamu hanya kehilangan dirimu sendiri, bukan anakmu, keluargamu apalagi duniamu. Kamu yang menghilangkan diri, bukan mereka yang meninggalkanmu." Jawabnya yang membuatku tertegun dan merasa tertampar dengan kalimat terakhirnya.