Mohon tunggu...
Ismaliyah Yusuf Rangkuti
Ismaliyah Yusuf Rangkuti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis Terpilih Sayembara Menulis Cerita Anak BBSU 2020

Berpelesir, Menulis, Membaca dan Tertawa. Menulis adalah obat bagi saya yang ingin lekas pulih setiap hari; adalah perjalanan liar yang bebas saya tempuh meski tanpa kompas yang utuh; adalah cinta-kasih yang saya beri izin tumbuh meski tanpa seorang kekasih. Sepanjang nafas yang Tuhan pinjamkan, ada beberapa buku yang telah saya terbitkan. Karya utama saya adalah "Surga Tersembunyi di Pulau Nirwana" berupa cernak yang diterbitkan oleh Balai Bahasa Sumatera Utara, lalu diramaikan oleh "Bangau Putih" buku puisi perdana saya. Dan beberapa buku lain berupa Antologi bersama yaitu "Ada Bena di Adiwidia", "Agrari", "Ingatan Edelweiss". Terimakasih sudah singgah dan membaca.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perempuan Pukul Dua Pagi

7 Desember 2023   21:43 Diperbarui: 7 Desember 2023   22:34 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tak tahu, aku kehilangannya di stasiun kereta, sekarang usianya pasti sudah seusiamu" jawabnya tampak sendu

"Sudah coba mencari, atau melaporkannya ke pihak yang berwenang" tanyaku

"Tak ada hasil, keluarga saya hanya bisa menyalahkan saya, ya begitulah. Diminum dlu, selagi hangat" jawabnya memutuskan pembahasan kami

"Kalau boleh saya kasih saran, kalau kamu ada masalah coba cari tempat yang lebih tenang, laut atau daerah perkampungan yang menyegarkan, jangan ke klub malam" ucapnya sontak membuatku heran

"Saya merasa menjadi manusia kalau sudah masuk klub, entahlah tenang rasanya, saya bisa melanjutkan hidup lagi untuk besok" jawabku tunduk sambil menghangatkan telapak tangan dengan secangkir kopi buatannya

"Ibu sendiri, eh kakak sendiri kenapa mau kerja di klub?" Tanyaku

"Karena tato yang saya miliki, tempat kerja lain menganggap saya sudah bukan perempuan baik baik, hanya klub yang mau terima. Bahkan jadi pembantu saja mereka tak sudi menerima saya" sambil menunjukkan tato yang ada di tangan, kaki dan tengkuknya

"Banyak sekali" ucapku merasa terkejut. Karena di klub aku tak terlalu memperhatikan sebab cahaya lampu dan mataku yang remang.

"Sudahi saja, dik. Ketenangan yang kamu temukan di klub itu hanya ilusi. Tempat itu takkan pernah bisa memanusiakan manusia, semua yang disana sudah menjadi hantu yang berjalan, tak punya tujuan hidup. Mereka merasa hidup tapi sebenarnya mereka sudah mati. Termasuk saya." Ucapnya padaku malam itu

"Kau tak paham, masalah hidup yang ku hadapi sampai saat ini, semua orang hanya pandai bicara, tapi dirinya sendiri pun tak bisa diselamatkannya" jawabku mulai ketus

"Itu karena tak ada tempat untuk kami bisa kembali pulang, sudah terlalu jauh kami hanyut dalam kesenangan yang menipu, menganggap hidup ini hanya patut di ratapi, kamu masih muda, masih banyak hal yang bisa dilakukan sebelum terlambat. Kamu hanya kehilangan dirimu sendiri, bukan anakmu, keluargamu apalagi duniamu. Kamu yang menghilangkan diri, bukan mereka yang meninggalkanmu." Jawabnya yang membuatku tertegun dan merasa tertampar dengan kalimat terakhirnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun