Aku menyebutnya kawan, kawan tak berwujud. Hanya sensasi yang aku rasakan sendiri.
Aku tak menginginkannya, apalagi menciptakannya (menjadi kawan).
Sudah berbulan-bulan dia menawarkan kesediaan, mungkin sedikit menertawakanku juga.
Agak menggelitik !
Sepertinya kawan tak di inginkan selalu tahu waktu yang tepat untuk datang berkunjung.
Saat seperti ini. Ahhh pergi, pergi... tak sudi aku !
Kau bukan kawanku apalagi sahabatku.
Semua orang tak mengharapkanmu, tak ada, siapapun.
Tapi kau selalu datang, dalam ketiadaanmu menjadikan terasa. dari ketiadaanmu menjadi ada.
Bahkan dengan beraninya kau datang di tengah keramaianku, di antara kehebohan di sekelilingku.
Terkadang akupun menikmatinya walau kau tak ku anggap kawan.
Seharusnya kau tak datang disaat-saat seperti ini.
Seharusnya, seharusnya, seharusnya... !
Bila kau datang, tak ada kata lain yang kan ku pertanyakan kenapa, kenapa dan kenapa ?!
Kau hanya ada dalam ilusi ku, fantasi dan imajinasiku.
Dan itu menyiksaku, kawan yang seharusnya menjadi lawan.
Aku bukan pengemis, setidaknya itu yang ingin kau sadarkan jika aku ingin kau pergi.
Aku bukan wanita lemah, setidaknya itu yang ingin kau ingatkan jika aku ingin kau pergi.
Sudahlah, tak penting ! Memangnya aku siapa?
Aku bukan siapa-siapa. Untuknya, tidak juga buat kau !
Oh kawan...pergilah. Tak ku harapkan kedatanganmu malam ini, dan malam-malam sebelumnya.
Walau kau selalu datang dalam undangan mata bathin ku. dan sungguh, kau tak kuharapkan !
Tapi... Terima Kasih. Untuk waktu yang kau beri. Dan aku terpaksa menikmatinya.
Dear, Kawan tak terharapkan. Lonely at Kodokuna. bang Akon : "...i have nobody, to call my own" [caption id="attachment_278629" align="aligncenter" width="300" caption="just an illustration :)"][/caption]
np. Akon (Lo**L*)......
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI