Mohon tunggu...
Isma Nuryani
Isma Nuryani Mohon Tunggu... Guru - Guru sekolah dasar di wilayah kabupaten Cilacap

Seorang guru sekaligus Ibu dari dua anak

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Semarak Merdeka Belajar: Berkolaborasi untuk Calon Pemimpin Bangsa

31 Mei 2023   23:50 Diperbarui: 1 Juni 2023   00:09 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tema : Bergerak Bersama Semarakan Merdeka Belajar

Sub Tema : Praktik Baik dalam Merdeka Belajar

Assalamualaikum Wr Wb

Salam Sejahtera bagi kita semua, Om Swastyastu, Namo Buddhaya, Salam Kebajikan. Salam dan Bahagia Bapak/Ibu guru hebat Nusantara. Sedikit saya akan berbagi cerita melalui kompetensi ini tentang Merdeka Belajar. Sekolah saya baru menerapkan Kurikulum Merdeka untuk tahun ajaran 2022/2023. Dan untuk langkah awal kurikulum berlaku untuk kelas IV dan kelas I. Kebetulan tahun 2022/2023 saya mendapat amanah untuk membimbing putra putri bangsa di Kelas IV. Maka dari itu saya harus menerapkan Kurikulum Merdeka di tahun ajaran ini.

Serba -- serbi yang saya alami sangat luar biasa saat akan menerapkan Kurikulum Merdeka. Kurikulum baru tentu terjadi banyak pro dan kontra. Begitu pula yang saya alami, perubahan hampir 360 derajat dari sebelumnya. Oleh karena itu saya akan berbagi pengalaman yang bermakna dan menyenangkan terkait implementasi Kurikulum Merdeka.

Awalnya saya merasa terbebani dengan kurikulum yang baru ini. Miskonsepsi yang saya alami adalah bagaimana dunia pendidikan itu akan maju jika semua serba bebas. Kurikulum Merdeka mengharapkan pembelajaran berpihak pada murid, saya berfikir bahwa pembelajaran yang berpihak pada murid itu berarti mendewakan murid. Ini akan membuat murid tidak memiliki rasa hormat atau segan kepada guru. Saya membayangkan murid akan bertindak seenaknya sehingga mereka tidak memiliki tata krama atau unggah ungguh. Isu yang saya dengar tentang Kurikulum Merdeka membuat saya gelisah. Akan tetapi saya berusaha berfikir positif, tidak mungkin pemerintah mengambil keputusan ini tanpa digodog terlebih dahulu. Dan alhamdulillahnya ada Platform Merdeka Mengajar atau PMM yang sangat membantu saya dalam memahami Kurikulum Merdeka secara mandiri.

Paradigma yang telah berubah pada diri saya, membuat saya semakin semangat dalam menerapkan Kurikulum Merdeka ini. Banyak sekali hal-hal baru yang dapat kita temukan dalam kurikulum ini. Kurikulum Merdeka itu mudah jika kita berfikir terbuka atas perubahan. Oleh karena itu saya mengajak rekan-rekan guru untuk tidak anti perubahan. Karena zaman akan terus berubah mengikuti perkembangannya. Yang perlu kita siapkan adalah benteng untuk menangkal perubahan yang negatif dengan Profil Pelajar Pancasila.

Kurikulum Merdeka berharap pendidikan harus berpihak pada murid dengan alasan murid adalah calon pemimpin Bangsa. Tentu dengan memberikan pelayanan yang terbaik akan menghasilkan Calon Pemimpin yang berkarakter Pancasila. Pembelajaran yang menyenangkan akan lebih bermakna daripada pembelajaran yang memaksakan. Kurikulum Merdeka memerhatikan kodrat anak. Karena pada dasarnya Pendidikan menuntun anak sesuai kodratnya untuk mencapak keselamatan dan kebahagiaan.

Pembelajaran yang memperhatikan kodrat anak, sering kita lupakan. Padahal anak memiliki kodrat alam dan kodrat zaman yang perlu dipertimbangkan. Sebelumnya saya, terlalu memaksakan kehendak bahwa penggunaan internet harus diterapkan. Ini adalah ide yang bagus, tetapi saya lupa bahwa keadaan alam tempat tinggal murid saya adalah daerah pegunungan yang sangat sulit mendapatkan sinyal. Hal ini membuat murid-murid tidak dapat melaksanakan pembelajaran dengan maksimal terutama ketika berada di rumah.

Dalam Kurikulum Merdeka, sebenarnya guru juga dapat memanfaat kan aset yang ada disekitar sekolah. Dengan menyesuaikan keadaan sekolah, akan mempermudah pembelajaran. Inilah yang membuat saya semakin sepakat sekali dengan penerapan Kurikulum Merdeka.

Tempat mengajar saya adalah SDN Boja 03 Majenang dengan lingkungan alam pegunungan. Jika kita memperhatikan kodrat alam murid, maka pelaksanaan Proyek Profil Pelajar Pancasila dengan tema "Kearifan Lokal" di sekolah saya yaitu "Berkebun Sayur" sangat tepat. Mengapa mengambil tema tema tersebut? Karena proyek ini bertujuan untuk mengembangkan kompetensi dan karakter Pelajar Pancasila melalui kegiatan bertema Kearifan Lokal. Selain itu Proyek ini sebagai sarana untuk mengajak siswa mengenali potensi lokal dan melestarikan lingkungan. Bukan hanya itu saja, saya mengharapkan murid dapat mencerminkan dimensi Profil Pelajar Pancasila yang beriman bertaqwa dan berakhlak mulia kepada Tuhan YME, serta memiliki semangat gotong royong.

Akan tetapi, saya adalah guru yang berasal dari kota yang tidak pandai dalam berkebun. Tentu dalam banyak orang yang akan berpendapat proyek ini akan menyulitkan saya jika memaksakan diri melaksanakan proyek ini. Ternyata tidak, saya mengimplementasikan Kurikulum Merdeka dengan sangat menyenangkan. Bagi Kurikulum Merdeka, guru bukan satu-satunya sumber belajar. Sumber belajar dapat berasal dari buku, alam, guru mapel yang lain, kepala sekolah, wali murid bahkan masyarakat. 

Dalam postingan ini, saya lampirkan foto, dimana dalam foto tersebut, saya tidak sedang mengamati seseorang yang sedang mengajar, melainkan saya sedang belajar. Pak Tisman adalah pemilik sosok laki-laki yang ada dalam foto tersebut. Beliau adalah seorang guru kelas VI  di SDN Boja 03 Majenang sekaligus beliau adalah seorang petani. Beliau mumpuni dalam hal tanam menanam atau berkebun. Sehingga saya meminta ijin kepala sekolah untuk dapat berkolaborasi dengan Pak Tisman sebagai narasumber dalam pembelajaran di kelas saya. Alhamdulillah, saya mendapat tanggapan yang positif, baik dari kepala sekolah maupun Pak Tisman sendiri.

Sehingga pembelajaran tentang berkebun tidak menyulitkan bagi saya, karena menghadirkan narasumber yang mumpuni dalam bidangnya. Pak Tisman menuntun kami mulai dari teori, praktik menanam, merawat sampai masa panen tiba. Pak Tisman mendampingi saya dan murid kelas IV dalam melaksanakan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dengan tema "Kearifan Lokal" dan judul "Berkebun Sayur".

Hadirnya narasumber guru kelas VI Pak Tisman sebagai sumber belajar murid kelas IV, ini membawa suasana bary\u bagi lingkungan belajar kelas IV. Bukan hanya saya yang merasa senang, karena saya dapat berkolaborasi dengan teman sejawat. Murid-murid kelas IV SDN Boja 03 Majenang pun merasa senang karena dapat belajar secara langsung tentang berkebun sayur dengan ahlinya. Mereka belajar banyak hal, dan dimensi Profil Pelajar Pancasila beriman bertaqwa dan berakhlak mulia kepada Tuhan YME, serta memiliki semangat gotong royong pun dapat di implimentasikan.  Sungguh menyenangkan pembelajaran dengan Kurikulum Merdeka. Kita dapat belajar dan mengajar secara merdeka. Gimana? masih ragu dengan Kurikulum Merdeka?

#SemarakanMerdekaBelajar

#Hardikna2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun