Mohon tunggu...
Ismail Surendra
Ismail Surendra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Perantauan Lamongan yang tidak berjualan pecel lele namun memilih nasib menjadi jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Persela Lamongan dan Degradasi yang Menyakitkan

2 April 2022   08:30 Diperbarui: 2 April 2022   08:40 1689
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meski begitu, patut diingat diawal perjalanannya sangat banyak pro-kontra mengenai besarnya anggaran daerah yang digunakan untuk membiayai Persela ini. Uang dari rakyat ini dipergunakan miliyaran rupiah untuk menghidupi Persela Lamongan. Dalam satu musim kompetisi, Persela bisa menghabiskan anggaran puluhan miliar. Pengeluaran yang tentu tidak sedikit. Apalagi, bagi daerah atau kabupaten kecil seperti Lamongan yang notabene pendapatan asli daerahnya tergolong tidak besar-besar amat.

Pengeluaran tersebut juga seperti mengabaikan dua hal penting: pendidikan dan kesehatan masyarakat. Tentu juga mengabaikan pembangunan infrastruktur. Jalan salah satunya. Patut diketahui problem di Lamongan adalah jalan rusak yang entah kenapa bahkan sampai sekarang juga masih ditemukan bisa ditemukan jalan yang jerawatan seperti ini. Belum lagi saat musim penghujan tiba, selalu ada keluhan masyarakat mengenai jalan rusak dan banjir.

Tidak sedikit di antara kami, orang Lamongan, yang menilai gelontoran dana tersebut sangat tidak rasional. Tidak masuk akal. Menihilkan kepentingan masyarakat. Padahal, anggaran itu berasal dari rakyat dan semestinya dikembalikan untuk kesejahteraan rakyat.

Tidak sedikit pula yang menganggap Persela sekadar dijadikan kendaraan politik. Kendaraan bagi penguasa daerah untuk melanggengkan kursi kekuasaannya. Sebab, sepak bola selalu mampu menjadi alat untuk mengumpulkan massa. Juga selalu bisa dijadikan alat untuk menggerakkan massa.

Tapi langkah ciamik dari Bupati Masfuk toh seperti bisa orang Lamongan rasakan. Kita menjadi tidak minder dengan menjadi The Lamongans.  

"Persela bukan sekadar kesebelasan sepak bola. Persela merupakan sarana untuk mempromosikan Lamongan. Sarana mengenalkan Lamongan kepada khalayak," kata H. Masfuk, dikutip dari buku Persela, Menegaskan Identitas Kami

Dalam perjalanan 19 tahun ini, peringkat tertinggi Laskar Joko Tingkir pun hanya bisa menduduki peringkat 4 pada tahun 2011/2012. Persela juga 3 kali mendapat peringkat 6 pada tahun 2006, 2007, dan 2008. Pada Indonesia Super League 2014, Persela juga sempat lolos hingga babak 8 besar. Untuk Piala Gubernur Jawa Timur, Persela bersama Persik Kediri menjadi pemegang Piala terbanyak. Pada turnamen yang pertama kali diadakan pada 2002 ini, Alm. Choirul Huda cs pernah memenangkannya sebanyak 5 kali.

Peringkat tertinggi Persela Lamongan selama 19 tahun berkiprah di kasta tertinggi Liga Indonesia adalah peringkat 4 pada musim 2011/2012. Persela yang diasuh Miroslav Janu kala itu tampil edan-edan sehingga sulit untuk dikalahkan baik di kandang maupun tandang. Itu adalah musim yang indah bagi Persela Lamongan dengan lahirnya kelompok supporter baru di tribun utara yaitu Curva Boys 1967. 

Dukungan pantang menyerah di setiap pertandingan oleh L.A Mania, D89, dan kelompok baru di tribun utara yaitu Ultras Persela itu membuat Persela memperoleh peringkat lebih tinggi dari klub-klub besar seperti Persija, Persib, maupun Arema. Di akhir musim Tim asuhan Almarhum Janu itu memperoleh 15 kemenangan, 11 seri, dan 8 kekalahan dengan total poin 56. Momen bersejarah pada musim itu yang terkenang adalah saat pertandingan terakhir melawan Persiwa, topskor Persela saat itu yang juga merupakan runner up topscore liga dengan 22 gol, yaitu Mario Costas berselebrasi dengan menyalakan redflare ke tribun utara.

Jika diingat dari awal promosi di Stadion Manahan Solo pada 2003 lalu, Persela sungguh sangat memiliki arti bagi pecinta sepakbola di Lamongan. Persela telah memberi arti bagi hidup orang asli Lamongan yang fana ini. Teringat bahwa begitu meriahnya Lamongan saat diketahui bisa promosi ke Liga Bank Mandiri. Saya yang masih SD, masih mengingat bagaimana meriahnya Kota ini saat itu. Orang-orang jadi berbondong-bondong dengan bangga memakai pakaian biru muda dan menyanyikan chant-chant Persela di mana pun berada.

Di awal-awal perjalanan Persela, Kleber Dos Santos cs selalu didukung penuh oleh L.A Mania yang selalu memenuhi Stadion Surajaya. Jika Persela bertanding pada jam 3 sore, kita akan melihat pada jam 12 orang-orang sudah berdatangan untuk menduduki tribun timur. Orang-orang ini tentu ingin bisa mendapatkan tempat terbaik untuk menyaksikan Sang Laskar Joko Tingkir berlaga. Pada saat itu jika diingat kembali, orang-orang Lamongan mempunyai antusias yang besar untuk bisa menonton setiap pertandingan dari Persela Lamongan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun