Mohon tunggu...
ismail sayuti
ismail sayuti Mohon Tunggu... Lainnya - Hutan leuser

Pencinta alam dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Makna di Balik Tradisi Turun Tanah

15 Mei 2022   11:14 Diperbarui: 16 Mei 2022   22:35 1541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemudian sang bayi di mandikan oleh bidan. Setelah itu orang tua bayi, membersihkan bidan atau keluarganya yang kenak nifas waktu membantu proses melahirkan. Setelah selesai, rombongan kembali pulang dari sungai mengikuti pimpinan rombongan tadi.

Sampai di rumah sang ibu menyediakan beras dan memintak sang bayi kepada pengendong sebagai kompensasi ( anak ni kin aku ), kemudian beras tersebut di serahkan lagi ke ibu sang bayi.

Ide sederhana dari turun mani' dalam budaya Gayo adalah untuk memperkenalkan realitas dunia nyata kepada bayi yang baru lahir. Dalam acara ritual 'turun mani' ada dua hal yang akan diperkenalkan kepada bayi.

1. memperkenalkan bayi kepada 4 unsur kehidupan air, api, angin dan tanah serta tata ruang kehidupan seperti bur perutemen, waeh aunen, blang pejemuren, dan blang pediangan tempat sang bayi melangsungkan kehidupan kelak.

2. sebagai bentuk persalaman kepada nabi nabi air, batu, kayu dan tanah, mereka menyakini dan percaya  penguasa unsur-unsur alam, yaitu Nabiolah Nuh penguasa kayu, Nabiolah Yakub penguasa batu, Nabiolah Yati penguasa air dan Nabiolah Kedemat penguasa tanah.

Di akhir acara di lanjutkan acara kenduri dan memanjatkan doa bersama sebagai bentuk syukur atas bertambahnya anggota baru dalam keluarga, bersama tamu undangan sekaligus mengumumkan nama panggilan bayi tersebut.

Tak jarang acara turut tanah di barengi dengan acara Aqiqah bagi keluarga yang  berkecukupan dan mampu secara ekonomi.

Dok pribadi
Dok pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun