Kemudian sang bayi di mandikan oleh bidan. Setelah itu orang tua bayi, membersihkan bidan atau keluarganya yang kenak nifas waktu membantu proses melahirkan. Setelah selesai, rombongan kembali pulang dari sungai mengikuti pimpinan rombongan tadi.
Sampai di rumah sang ibu menyediakan beras dan memintak sang bayi kepada pengendong sebagai kompensasi ( anak ni kin aku ), kemudian beras tersebut di serahkan lagi ke ibu sang bayi.
Ide sederhana dari turun mani' dalam budaya Gayo adalah untuk memperkenalkan realitas dunia nyata kepada bayi yang baru lahir. Dalam acara ritual 'turun mani' ada dua hal yang akan diperkenalkan kepada bayi.
1. memperkenalkan bayi kepada 4 unsur kehidupan air, api, angin dan tanah serta tata ruang kehidupan seperti bur perutemen, waeh aunen, blang pejemuren, dan blang pediangan tempat sang bayi melangsungkan kehidupan kelak.
2. sebagai bentuk persalaman kepada nabi nabi air, batu, kayu dan tanah, mereka menyakini dan percaya  penguasa unsur-unsur alam, yaitu Nabiolah Nuh penguasa kayu, Nabiolah Yakub penguasa batu, Nabiolah Yati penguasa air dan Nabiolah Kedemat penguasa tanah.
Di akhir acara di lanjutkan acara kenduri dan memanjatkan doa bersama sebagai bentuk syukur atas bertambahnya anggota baru dalam keluarga, bersama tamu undangan sekaligus mengumumkan nama panggilan bayi tersebut.
Tak jarang acara turut tanah di barengi dengan acara Aqiqah bagi keluarga yang  berkecukupan dan mampu secara ekonomi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H