Mohon tunggu...
Ismail Nasar
Ismail Nasar Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar, Politisi

politik dan sosial, pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kudeta Nafsu Strategi Pendidikan Melawan Tirani kekuasaan dan Represi Hasrat

2 Desember 2024   08:07 Diperbarui: 2 Desember 2024   08:40 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dorongan untuk ingin tahu ini sering ditekan melalui rekayasa sosial, yang mengharuskan seseorang untuk mematuhi standar masyarakat atau bahkan melarang perubahan apa pun yang dapat mengancam keadaan saat ini.

Tipe penekanan ini terjadi melalui kurikulum yang normatif dan kaku serta praktik pendidikan yang lebih halus, seperti penilaian terhadap ekspresi pribadi seseorang atau pemikiran kritis, yang merupakan komponen yang harus dipelajari dalam penelitian pendidikan. Ketika kreativitas dan keinginan individu ditekan, dia tidak hanya kehilangan kebebasan untuk berkomunikasi tetapi juga kebebasan untuk berpikir kritis dan inovatif.

 Karena orang cenderung menginternalisasi perspektif dunia yang terbatas dan miskin, hal ini menyebabkan stagnasi dalam kemajuan intelektual dan sosial. Penekanan keinginan melibatkan struktur kekuasaan yang lebih besar yang bekerja untuk mempertahankan kontrol atas individu dan masyarakat terlepas dari keterbatasan fisik atau psikologis.

Penekanan ini sering dilakukan untuk mempertahankan jenis kekuasaan tertentu, baik itu ideologis, ekonomi, atau politik. Keinginan dan aspirasi pribadi dianggap sebagai ancaman bagi tatanan sosial yang telah mapan, dan sistem pendidikan saat ini sering digunakan sebagai instrumen legitimasi kekuasaan ini. 

Oleh karena itu, sangat penting untuk menyediakan pendidikan yang membebaskan dan memberdayakan individu sehingga mereka tidak hanya dapat mengidentifikasi dan memahami keinginan mereka tetapi juga mengekspresikannya dengan bebas tanpa takut akan penindasan atau hukuman. Dalam situasi seperti ini, pendidikan yang dapat melawan "tirani kekuasaan" dan "penekanan hasrat" sangat penting.

Pendidikan yang menawarkan kebebasan berpikir, keberanian untuk mempertanyakan keadaan saat ini, dan kemampuan untuk mengelola keinginan seseorang secara konstruktif dapat menjadi sangat penting untuk membuat orang lebih kritis, berpikir kritis, dan berdedikasi untuk perubahan sosial. 

Mendidik orang seperti ini tidak hanya memberi mereka informasi untuk memenuhi tuntutan pasar tenaga kerja atau masyarakat tetapi juga memberikan mereka sumber daya untuk melawan ketidaksetaraan dan ketidakadilan saat ini serta membangun masyarakat yang lebih beradab.

Melalui kudeta Nafsu, pendekatan pendidikan ini bukan hanya cara untuk melawan kekuatan yang datang dari dunia luar tetapi juga membantu anak-anak keluar dari belenggu yang mengikat mereka pada kebiasaan yang tidak relevan dan sangat sulit diubah. 

Dalam situasi ini, pendidikan harus menjadi tempat di mana orang dapat mengeksplorasi diri mereka, memaksimalkan potensi mereka, dan secara aktif terlibat dalam mentransformasi dunia. 

Langkah pertama menuju pendidikan yang lebih adil, inklusif, dan memuaskan adalah meningkatkan kesadaran kritis tentang penekanan keinginan yang telah lama ada. Kudeta nafsu" pada dasarnya  adalah sebuah revolusi epistemologis atau aspek yang sangat mendalam dari upaya intelektual untuk melepaskan manusia dari belenggu kekuasaan yang telah mengganggu kesadaran manusia.

" Prodi ILmu Pendidikan UNdiksha"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun