Mohon tunggu...
Ismail Amin
Ismail Amin Mohon Tunggu... -

Warga Indonesia sementara menetap di kota Qom Republik Islam Iran, sembari belajar di Universitas Internasional al Mustafa Qom Iran... salam perkenalan, dan mari saling berbagi... Kita tidak selalu harus berpikir sama, tapi marilah kita sama-sama berpikir... ^_^

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pentingnya Kau Tahu dari Mana Kau Mengambil Berita

12 November 2014   15:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:59 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perintah untuk Tabayyun setidaknya terdapat dalam QS. An Nisa/4: 94 dan QS. al Hujarat /49  ayat 6. Jika berita yang disampaikan tidak berlandaskan pada prinsip obyektifitas dan bersebrangan dengan realitas yang ada, maka berita tersebut terkategorikan fitnah. Dan fitnah tidak terbantahkan lagi, bahwa termasuk salah satu dari dosa-dosa besar.

Sayangnya, akhir-akhir ini kita diperhadapkan pada fenomena semakin minimnya sikap tabayyun dilakukan, tidak ada upaya klarifikasi terlebih dahulu,  meskipun berita yang disampaikan tanpa sanad sekalipun. Dan lebih miris lagi, karena yang sedemikian getol melakukannya mereka yang mengklaim diri aktivis-aktivis Islam.

Melalui media yang mereka kelola baik situs berita, fun page maupun lewat mimbar-mimbar yang berinteraksi langsung dengan audience, tersebar berita-berita bohong yang sifatnya provokatif dan tidak berdasar. Sebut saja, di fun page Farid Okbah, seorang ustad yang getol mengkampanyekan gerakan anti Syiah, pernah memosting foto korban pembunuhan di Brasil dan menyebutnya korban pembunuhan di Suriah oleh militer Syiah.

Jonru [aktivis PKS] juga di fun pagenya, pernah memosting foto seorang perempuan yang diselimuti kain kafan dalam keadaan sedang tersenyum, yang diklaimnya muslimah Mesir yang mati syahid akibat kekerasan militer Mesir yang menjatuhkan Presiden Mursi, padahal itu adalah foto kegiatan pelatihan penyelenggaraan jenazah di Malaysia. Dan tanpa adanya tabayyun, foto-foto itu dilike dan dishare ribuan orang. Ketika kebenarannya terkuak, mereka yang terlanjur menyebarkannya hanya mengatakan, meskipun ini foto palsu, tapi setidaknya kejadiannya di Suriah dan Mesir memang seperti itu, tanpa sama sekali ada perasaan bersalah. Terlalu banyak kalau saya mau menyertakan contoh-contoh lainnya.

Termasuk berita-berita yang ditulis mengenai Iran. Meskipun tanpa sumber, kalau berita itu mengenai hal-hal negatif tentang Iran maka dengan cepat disebar dan dipercaya sebagai sebuah fakta yang benar adanya. Sebut saja berita tentang praktik mut’ah di Iran yang selalu saja diberitakan berulang-ulang.

Mulai dari daftar tarif nikah mut’ah yang ketika dicek kesitus yang dikatakan sebagai sumbernya, justru tidak ditemukan. Bahkan banyak informasi manipulatif di dalamnya. Cerita KH. Kholil Ridwan [Ketua MUI Pusat] tentang praktik mut’ah yang dilakukan di masjid-masjid Iran karena memang katanya disetiap masjid telah disediakan bilik-bilik asmara khusus untuk melakukan praktik mut’ah. Informannya dari mana karena sang Kyai tidak pernah ke Iran? Katanya dari temannya yang pernah kuliah di Iran. Siapa? Tidak dijelaskan. Dan informasi tanpa informan dengan identitas yang jelas tersebut ditelan mentah-mentah dan dengan tanpa beban disebar secara massif, untuk kemudian memberikan stigma betapa buruknya kondisi sosial di Iran.

Ada pula sebuah artikel yang khusus ditulis mengenai kota Qom di Iran. Dengan judul yang fantastis, Qom Kota Bejat di Iran, Qom Ladang Maksiat para Mullah dan beberapa judul lainnya, namun isinya sama berkisar, betapa bejatnya kelakuan masyarakat Qom yang Syiah. Sumber artikel tersebut dari situs Arab, sekali lagi tanpa informan dengan identitas yang jelas. Tulisan tersebut telah saya bantah, sebab data-data yang disajikan tidak sesuai dengan fakta yang saya lihat di kota Qom, yang sejak tahun 2007 saya tinggali sampai sekarang.

Berita tentang tidak adanya masjid Sunni di Tehran. Dibantah oleh media setempat di Iran, dengan menuliskan tujuh masjid yang dikelola masjid Sunni di Tehran lengkap dengan alamat lokasi masing-masing masjid. Berita tentang tidak adanya shalat Jum’at di Iran, digantungnya ulama-ulama Sunni, atau tahanan wanita wajib diperkosa dulu sebelum di eksekusi gantung, Reyhanah Jabbari yang digantung karena kasus pembunuhan oleh media Islam anti Syiah, tiba-tiba dijadikan wanita ahlusunnah padahal dia jelas-jelas Syiah, mewarnai media-media berbasis blog di Indonesia, yang kesemuanya tidak menyertakan sumber berita sama sekali atau bukan dari sumber utamanya. Khusus berita mengenai perempuan sebelum digantung diperkosa dulu oleh sipir penjara justu diambilnya dari The Jerusalem Post, kantor berita Israel. Apa tidak sampai kepada mereka firman Allah Swt, untuk mengecek dulu berita yang disampaikan oleh orang fasiq? Media Israel bukan hanya dikelola oleh orang fasiq bahkan kafir, sehingga tabayyun atas pemberitaannya harus lebih wajib lagi.

Coba bandingkan dengan apa yang diceritakan oleh mereka yang pernah secara langsung melawat ke Iran dan tepatnya di kota Qom. Tidak ada cerita tentang bayi-bayi yang katanya saban hari dibuang di selokan-selokan karena kebablasan melakukan praktik mut’ah, tidak ada cerita tentang masjid-masjid yang didalamnya ada praktik mut’ah berjamaah, tidak ada ole-ole cerita sahabat Nabi dilaknat dan dikafirkan di mimbar-mimbar, yang ada justru kekaguman-kekaguman yang kemudian mereka tuliskan dalam reportase mereka yang kemudian dimuat dimedia atau blog pribadi mereka.

Mereka informan mengenai Iran yang dengan tegas memperkenalkan identitas mereka. Siap mempertaruhkan nama baik pribadi dan lembaga mereka kalau terbukti apa yang mereka informasikan tentang Iran justru bersebrangan dengan faktanya. Silahkan baca note saya, “Mereka Datang, Melihat dan Memberi Kesaksian”, apa mereka tidak layak dipercaya atau punya kredibilitas buruk di tengah-tengah masyarakat Indonesia untuk membetikan informasi yang benar mengenai Iran?. Bandingkan dengan mereka yang menginformasikan mengenai Iran berbasis katanya, atau lewat isu-isu yang tidak jelas sumbernya.

Ketika yang digandrungi justru berita-berita tanpa sumber, tanpa sanad jelas, tanpa pertanggungjawaban ilmiah yang bisa diuji secara empiris, hanya karena itu sesuai dengan kepentingan pribadi dan memuaskan nafsu, apa ini petanda masyarakat Indonesia menukik pada era dimana nalar dimatikan dan akal tidak difungsikan?.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun