Tidak salah jika lagu Yogyakarta juga dinobatkan sebagai salah satu dari "150 Lagu Indonesia Terbaik Sepanjang Masa" oleh majalah Rolling Stone. Seperti judul lagunya, lagu ini memang bercerita tentang pesona kota Yogyakarta. Salah satu kekuatan musik Kla adalah lirik yang puitis dengan alunan musik yang indah. Lagu Jogyakarta salah satu dari sepuluh lagu dalam album Kedua yang dirilis tahun 1990.
02. Surat Untuk Wakil Rakyat (Iwan Fals)
Stigma Iwal Fals sebagai musisi yang suka mengkritik pemerintah orde baru sangat kental pada lagu Surat Untuk Wakil Rakyat, walau dirilis di tahun 1987 menjelang pemilu, namun kekinian lagu ini tetap terjaga, wakil rakyat kita masih sama, masih suka tidur waktu siding. Salah satu lagu yang paling sering diputar menjelang jatuhnya orde baru 1998. Saya masih ingat ketika Iwan Fals dan Kantata Taqwa tampil dipelataran kampus Unhas tahun 1998, mereka membakar semangat demo anak Makassar lewat lagu ini. Lagu ini sempat dicekal karena dinilai menghina pejabat negara. Sayangnya lagu ini kurang diminati generasi sekarang.
01. Kebyar Kebyar (Gombloh)
Lagu ini pantas disebut sebagai lagu paling membangkitkan rasa nasionalisme. Seandainya kita belum punya lagu nasional, mungkin lagu ini paling layak dijadikan lagu kebangsaan. Liriknya yang heroik dan penuh semangat melampaui lagu kebangsaan Indonesia Raya. Lagu ini diciptakan oleh Gombloh dan dirilis di penghujung tahun 1979. Lagu Kebyar-Kebyar dinobatkan sebagai 100 lagu terbaik sepanjang masa versi Indoline dan di majalah Rolling Stone Indonesia album ini masuk ke dalam daftar urutan kedua album terbaik dari 150 album terbaik musisi Indonesia. Lagu ini diaransemen ulang oleh grub band Amerika, Arkarna untuk memperingati 70 tahun Indonesia Merdeka.
****
Selain ke-12 lagu tersebut ada beberapa yang layak masuk terbaik seperti Sobat (Padi), Belahan Jiwa (Kla), Bawalah Aku (Boomerang), Garuda di Dadaku (Netral), Andai Ku Tahu (Ungu), Cantik (Kahitna), Semesta Bertasbih (Opick), Balikin (Slank) dll. Selera musik memang tidak bisa dipaksakan sama halnya anda memaksakan selera makan kepada orang lain. Kita bersyukur ada generasi yang pernah melahirkan karya emas, yang karya mereka masih bisa dinikmati sampai sekarang. Tidak bisa dipungkiri, setiap zaman punya selera musik yang berbeda, kini kita berada di bibir jurang yang menakutkan dalam standarisasi musik anak bangsa.
Salam
Â