Setiap tahun memasuki lebaran, sepanjang jalan Perintis arah Daya adalah langganan macet. Ini karena banyaknya kendaraan memilih parkir di terminal bayangan. Kita tidak ingin anggaran milliaran yang dihabiskan menjadi mubazir. Jika dibiarkan nasib TRD menanti mati surinya, dan setelah itu menjadi museum terbesar yang teronggok dalam kota metropolitan Makassar.
Kalau pengelola sekarang tidak mampu lagi sebaiknya diganti yang lebih baik. Kongkalikong pemilik bus dengan oknum aparat harus segera diberantas. Mengembalikan fungsi TRD adalah suatu keharusan. Jangan lupakan di TRD banyak yang menggangtungkan riskinya. Lewat Terminal Regional Daya geliat ekonomi tumbuh dengan dinamis, ada supir, pedagang, penjual asongan, awak bus hingga porter yang mengandalkan TRD sebagai rumah menggantungkan ekonomi.
Menjadikan Makassar sebagai kota dunia mestinya diawali dengan membangun transportasi yang baik dengan salah satunya mengembalikan TRD ke habitatnya sebagai terminal. Bukankah kota-kota besar dunia identik dengan terminal yang rapi, nyaman, dan dicintai oleh warganya. Mari selamatkan TRD kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H