Sebagai pendidik, Anies Baswedan adalah inisiator dari gerakan Indonesia Mengajar, lewat gerakannnya para guru dan siswa terinspirasi menjadi lebih baik. Para guru-guru kita "kesepian", murid yang dahulu dididiknya, ketika sukses mereka tidak pernah lagi datang menengok guru sekedar memberi selamat, kapan terakhir kita kembali ke sekolah kita? Padahal efeknya sangat besar, mendatangi sekolah tempat kita sekolah dahulu, bertemu dengan guru dahulu, dan kemudian guru tersebut bercerita kembali ke murid-muridnya bahwa yang datang tadi adalah muridnya yang kini telah sukses, bayangkan efek yang terjadi, si murid akan terinspirasi untuk sukses seperti mereka yang lebih dulu sukses, jadi mulai sekarang rancang perjalanan untuk kembali kesekolah kita dahulu, sejenak lupakan travel wisata yang indah-indah, sesungguhnya ada perjalanan lebih bernilai yaitu mendatangi sekolah kita dahulu, bertemu guru kita, menyapa mereka, dan berbagi inspirasi dengan meraeka dan anak sekolah.
Aset terbesar kita adalah anak-anak kita, tanamkan mimpi ke mereka untuk sukses, jangan matikan mimpi mereka dengan kalimat yang membunuh. Biarkan mereka bermimpi bisa sekolah sampai ke Jepang, Eropa, Mesir hingga Amerika, kelak anak-anak tersebut tumbuh dengan optimisme yang tinggi. Sebagai bangsa asset terbesar adalah manusia, dahulu muncul paradigma yang salah, bila bicara negara Indonesia yan dibicarakan adalah pertumbuhan ekonomi, infrastruktur, tambang yang melimpah, kini bila bicara Indonesia adalah bicara soal manusia Indonesia, pendidikan, kesehatan dan keejahteraan.
[caption id="attachment_367263" align="aligncenter" width="560" caption="Anies tampil memukau di ratusan peserta seminar (foto:tribun-timur.com)"]
Jokowi-JK & Lima Elemen Revolusi Mental
Sehari sebelum ke Makassar, Anies bersama beberapa rekan di tim Jokowi-JK telah membuat beberapa lima elemen penting apa yang disebut sebagai Revolusi Mental Birokrasi, seperti:
1.     Dahulu penekanan pada program yang sudah dilaksanakan, sekarang diubah penekanan pada hasil yang sudah dicapai. Banyak program namun hasil yang minim.
2.     Dahulu semua terlibat tapi tidak ada yang bertanggung jawab, sekarang diubah menjadi satu bertanggung jawab dan semua terlibat. JK sering kali biacara bahwa Pemerintah itu tugasnya memerintah bukan menghimbau, menghimbau itu tanggungjawabnya anak buah.
3.     Dahulu kota mengarahkan desa, kini desa mengarahkan desa dan kota memantau dan membantu desa. Di desa banyak pengetahuan, banyak kearifan lokal, wisdom (kebijaksanaan) .
4.     Dahulu, soal proyek, pemerintah merancang dan memimpin implementasi, sekarang diubah menjadi gerakan implementasi dan partisipatoris dan gotong royong. Misalnya dalam pembangunan saluran (gorong-gorong) warga, warga diminta terlibat langsung jangan hanya menonton. Program itu midsetnya tanggung jawab pada pengelola program sedangkan gerakan mindsetnya semua warga ikut bertanggung jawab. Indonesia dibangun dengan semangat gerakan gotong royong.