[caption id="attachment_379346" align="aligncenter" width="560" caption="Danau Semayang (koleksi pribadi)"][/caption]
Bus travel Cahaya Bone yang kami tumpangi berjalan kencang di jalanan yang sempit, sesekali bus mesti merapat ke pinggir memberi ruang bagi truk militer yang lewat. Siang yang panas, sekitar pukul 12, ia berada tepat diatas kepala, mencurahkan sinarnya ke paraduan Bumi. Beruntung bus travel dilengkapi AC yang sejuk. Setelah hampir dua jam menyusuri jalan sempit akhirnya kami tiba di kawasan wisata, Pucak, Maros. Kabupaten Maros cukup beruntung dianugerahi banyak tempat wisata seperti Bantimurung, Rammang-Rammang, Goa Prasejarah Leang dan Pucak.
[caption id="attachment_379348" align="aligncenter" width="300" caption="Kolom renang"]
Nama Pucak di Maros sangat kondang dikenal sebagai tempat peristrahatan yang indah, melupakan sejenak kepenatan kota Makassar yang panas. Pucak terletak di kecamatan Tompobulu, Maros kurang lebih 35 KM dari kota Makassar, ditempat terdapat villa milik mantan gubernur Sulawesi Selatan, HZB Palaguna. Tidak jauh dari kawasan wisata Pucak terdapat markas militer, maka tidak heran jika suasana militer sangat terasa di sekitar kawasan Pucak. Samping kanan kiri jalan kita disuguhkan pemandangan khas desa, dengan lahan pertanian dan peternakan milik warga.
[caption id="attachment_379344" align="alignright" width="300" caption="Papan informasi (koleksi pribadi)"]
Setiba dilokasi, bayangan tentang Pucak yang sejuk sirna seketika. Pucak sama sekali tidak sejuk, udaranya lumayan panas. Otomotis rombongan lebih banyak  berdiam di dalam villa dengan kamar yang ber AC. Di depan villa terdapat kolom renang yang sedikit menghibur kami. Daya Tarik Pucak terletak pada flora dan fauna serta pemandangan alamnya yang kini semuanya menghilang dan kurang terawatt.
Gerahnya Pucak bisa jadi karena vegetasi hutan di Pucak berbeda di daerah pegunugan lainnya seperti di Malino. Di kawasan wisata Malino berjejer banyak pohon-pohn bear dan tinggi diantaranya pohon pinus yang oksigennya memberi kesejukan. Di Pucak kita hanya menyaksikan pohon-pohon rindang, walau dikeliling bukit, bukit tersebut banyak ditumbuhi pohon-pohon kecil.
Sayang sekali lokasi wisatanya semakin ditinggalkan, kurangnya perhatian dari pengelola bisa jadi karena kurangnya pemasukan. Kolom penangkaran buaya lebih tragis lagi, kolam dipenuhi oleh kayu-kayu, sedangkan buaya tinggal satu. Seorang kawan saya berkata" kasihan itu buaya tinggal sendiri, siapa mau yang temani ? tidak jauh dari kolom buaya, terdapat tempat  penangkaran Rusa, sayangnya Rusa yang tinggal bisa dihitung dengan jari. Di jalanan banyak terdapat kotoran sapi yang merusak pemandangan.
[caption id="attachment_379334" align="aligncenter" width="300" caption="Pemandangan Alam (foto:koleksi pribadi)"]
[caption id="attachment_379347" align="aligncenter" width="300" caption="Vila kosong"]
Lebih jauh kebawah, terdapat wisata air atau danau Semayang. Kondisi danau kelihatan adem-adem, tidak ada geliat kegiatan wisata air. Vila disekitar danau Semayang kelihatan sunyi, sepertinya tidak ada yang menyewa vila tersebut. Vila tersebut dilengkapi dengan AC, vila masih dalam kondisi bagus. Secara umum bangunan seperti vila, mushalla, kolam renang dan kantin masih kelihatan bagus.
[caption id="attachment_379350" align="aligncenter" width="300" caption="Jembatan Merah "]
[caption id="attachment_379351" align="aligncenter" width="300" caption="Lokasi outbound"]
Pada masa keemasannya, kawasan wisata Pucak terdapat budidaya Ikan Nila, Ikan Mas, penangkaran Rusa, peternakan Kambing Boerawa, Burung Anoa, Kijang, penangkaran Buaya, Kera, taman anggrek dan segala jenis burung. Yang masih banyak muncul adalah ikan Nila yang bermain di pinggir danau Semayang serta beberapa kupu-kupu cantik yang beterbangan lincah seolah-olah menyapa kami. Lokasi ini sering didatangi mahasiswa untuk keperluan studi. Mungkin ini yang membedakan Puncak di Bogor yang sejuk dengan Pucak di Maros yang panas.
[caption id="attachment_379352" align="aligncenter" width="300" caption="Vila & Kantin"]
[caption id="attachment_379354" align="aligncenter" width="300" caption="Vila utama"]
Sayang sekali sebuah potensi wisata sebagus Pucak tidak mendapat perhatian yang lebih baik. Kemana para wisatawan tersebut ? apakah mereka sudah bosan dengan agrowisata atau mereka tidak tahan dengan udara panas di Pucak? Pengelola mesti mencari solusi agar wisatawan kembali membanjiri Pucak. Saya berharap suatu hari bisa kembali ke tempat ini, tapi tentu dengan suasana lebih nyaman dan menarik.
Salam
activate javascript
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H