"Mat, sini saya mau cerita," panggil wanita tua yang kini terbujur tak berdaya pada bapakku, Ahmat. Bapak pun mendekat dan duduk di kursi kayu samping ranjang.
"Iya, bagaimana, Mbok?"
"Saya ingin cerita, Mat. Dulu pas si Mbok sering teriak-teriak, itu karena si Mbok melihat almarhum Mbah Daryo datang ke rumah sambil merangkak. Tapi keadaan beliau sungguh menyedihkan, lehernya terikat rantai yang menyala-nyala api. Rantai tersebut dipegang oleh makhluk besar hitam sambil mencambuk almarhum. Si Mbok berteriak setan-setan, minta tolong, tapi semua orang tak ada yang tahu apa yang si Mbok lihat, malah si Mbok dengar orang-orang mengira melakukan pesugihan, semua itu fitnah, Mat." Bening tetes air mata mengalir di pipi keriput Mbok Ramijah. Bapak hanya terdiam menunduk mendengarnya cerita Mbok Ramijah, hingga si janda tua itu melanjutkan, "mat, nanti jika saya mati, maka semua tanah saya wakafkan untuk bangun pondok pesantren. Berilah nama pesantrennya dengan nama Nurul Huda. Semoga dengan nama Nurul Huda kelak menjadi cahaya petunjuk yang menunjukkan saya dan Mbah Daryo pada keridhaan Gusti Allah." Mbok Ramijah berhenti bicara. Nafasnya naik-turun seperti sesak ... dan, beliau pulang menemui kekasihnya dalam surga, Mbah Daryo.
Catatan:
1.Betiti: buah pisang kecil di ujung tandan.
Cilacap:19-02-21