Cadas Pangeran.
Nama itu langsung terlintas di pikiran saya ketika mendengar berita mengenai kecelakaan bus Sri Padma Kencana 3 hari lalu di daerah Sumedang.
Meski kecelakaan bus tersebut bukan terjadi di Cadas Pangeran, tapi jalur Cadas Pangeran adalah hal yang paling diingat ketika berbicara tentang kecelakaan bus dan Sumedang.
Cadas Pangeran adalah rute atau jalur penghubung antara Bandung-Sumedang-Majalengka-Cirebon yang paling terkenal dan paling sering dilalui oleh masyarakat.
Saya salah satunya. Sebagai info penghubung, kampung halaman ibu saya terletak di Wado, Sumedang. Sebelum pandemi setidaknya 2 tahun sekali saya berkunjung ke sana saat perayaan Idul Fitri.Â
Sejujurnya, hal yang paling saya nikmati ketika "pulang kampung" adalah proses perjalanannya.
Salah satu hal yang saya nantikan ketika pulang kampung adalah kawasan Cadas Pangeran ini.Â
Kalau 10 tahun lalu saya bersemangat melalui jalanan ini karena jalurnya yang ekstrem, saat ini saya bersemangat karena tak sabar ingin melihat pemandangan yang memanjakan mata selama melintasi jalan sepanjang 3 km ini.
Selain pemandangan, ada beberapa hal yang menurut saya membuat Cadas Pangeran begitu popular bagi masyarakat Pulau Jawa.
Di balik pembangunan Cadas Pangeran
Cadas Pangeran ternyata adalah salah satu jalur yang menjadi proyek pembangunan jalan panjang sepanjang 100 km sebagai penghubung Anyer sampai dengan Panarukan yang dicanangkan oleh Gubernur Jenderal Herman Willem Daendles pada tahun 1809.