Sebuah survei global terhadap 279 perusahaan yang dilakukan pada tahun 2010 menemukan bahwa mereka yang memiliki proporsi terbesar perempuan di komite eksekutif mereka memperoleh laba atas ekuitas 47 persen lebih tinggi daripada mereka yang tidak memiliki anggota eksekutif perempuan.
Tentu saja, korelasi tidak membuktikan sebab-akibat, dan beberapa akademisi telah membantah apa yang mereka anggap sebagai daya tarik intuitif dari hubungan antara keragaman dan kinerja. Namun demikian, semakin banyak penelitian yang dilakukan oleh McKinsey terus memperkuat hubungan itu.
Pada tahun 2018 melalui studi keragaman lebih dari 1.000 perusahaan di 12 negara menemukan korelasi antara keragaman di tingkat eksekutif dan tidak hanya profitabilitas tetapi juga penciptaan nilai. Perusahaan-perusahaan yang berada di kuartil teratas untuk keanekaragaman gender adalah 27 persen lebih mungkin untuk mengungguli rata-rata industri nasional mereka dalam hal keuntungan ekonomi (ukuran kemampuan perusahaan untuk menciptakan nilai yang melebihi biaya modalnya) daripada perusahaan kuartil bawah (Gambar 2) .
Mengacu pada penelitian dalam psikologi perilaku dan apa yang disebut "kesehatan organisasi" menunjukkan bahwa perempuan cenderung mendorong proses pengambilan keputusan yang lebih partisipatif, seperti meningkatkan kualitas komponen "lingkungan kerja" dari kesehatan organisasi.
Laki-laki, sementara itu, cenderung mengambil tindakan korektif lebih sering ketika tujuan tidak tercapai untuk meningkatkan komponen "koordinasi dan kontrol" dalam aspek kesehatan organisasi. Berdasarkan penelitian tersebut, telah menunjukkan korelasi yang kuat antara kesehatan organisasi suatu perusahaan dan kinerja keuangan.
Dunia korporasi dewasa ini menganut paham keanekaragaman dan mengakui nilai dari berbagai perspektif, latar belakang, pengalaman, dan bahkan gaya kepemimpinan. Hal tersebut didukung oleh Iris Bohnet, profesor kebijakan publik di John F. Kennedy School of Government di Universitas Harvard, mengatakan “terdapat bukti yang sangat kuat bahwa tim yang heterogen mengungguli tim yang homogen, apakah ini semua laki-laki atau tim yang semuanya wanita.
Ini terjadi di semua jenis variabel dependen yang berbeda, dari penyelesaian masalah kreatif hingga tugas analitis hingga keterampilan komunikasi. Keragaman membantu karena kita bisa saling melengkapi dari berbagai perspektif, atau yang disebut “collective intelligence”.
Perempuan di Posisi Top Management Kementerian Keuangan
Kementerian Keuangan sebagai salah satu K/L driver Pengarusutamaan Gender (PUG) telah diakui eksistensinya di kancah nasional. Pengakuan tersebut dalam bentuk diperolehnya Anugerah Parahita Ekapraya tingkat Mentor dalam 4 tahun penyelenggaraan secara berturut-turut. Hal tersebut berdasarkan evaluasi dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak terkait dengan tusi Kementerian Keuangan dalam hal pelayanan kepada stakeholder maupun kebijakan yang dikeluarkan dianggap telah responsif gender.
Dalam hal implementasi PUG, Kementerian Keuangan telah sangat diakui di mata stakeholder eksternal. Namun menarik untuk ditelisik dengan implementasi PUG yang berorientasi stakeholder internal khususnya pegawai perempuan dalam hal peluang pengembangan diri maupun carreer path. Dalam pertumbuhan pegawai baik dari sisi jumlah maupun proporsi, pegawai perempuan mengalami peningkatan dalam 3 tahun terakhir. Hal tersebut terlihat dalam tabel berikut ini: