Mohon tunggu...
Anissa S.
Anissa S. Mohon Tunggu... Konsultan - Journalist - Freelancer

Writer

Selanjutnya

Tutup

Money

Solusi Limbah Elektronik, Beralih pada Speaker Ramah Lingkungan dari MARLEY

28 Juni 2021   19:07 Diperbarui: 30 Juni 2021   14:02 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sampah elektronik adalah segala barang elektronik yang sudah tidak digunakan lagi atau sudah usang, bisa berfungsi atau pun tidak. Limbah elektronik termasuk televisi, mesin fotokopi, mesin faks, komputer, radio, dan perangkat elektronik lainnya. faks, tablet, komputer, dan banyak lagi perangkat elektronik lainnya. Berbicara mengenai limbah elektronik, nampaknya terdapat fakta yang perlu kamu ketahui.

Dikutip dari Eco Friendly Habits, ada sekitar 20 hingga 50 juta metrik ton limbah elektronik diproduksi secara global setiap tahun. Jumlah tersebut hanya 12.5% yang dipulihkan untuk di daur ulang dan sangat sedikit dari persentase tersebut yang benar-benar di daur ulang. Sisanya berakhir di tempat pembuangan sampah.

Fakta lainnya adalah limbah elektronik terus bertambah di seluruh dunia terutama karena kebanyakan orang tidak tahu cara membuang barang elektronik yang sudah tidak digunakan lagi. Bahkan 80 persen limbah elektronik yang diproduksi di AS, dikirim ke Asia. Hal ini karena Asia merupakan pilihan pembuangan termurah bagi banyak organisasi di Amerika Serikat. Di Indonesia sendiri, mengutip dari Suara.com, Akbar Rhamdhani, pakar metalurgi dari Swinburne University of Technology, memperkirakan negara ini dapat menghasilkan sekitar 2 juta ton limbah elektronik pada tahun 2021.

Dari semua limbah beracun yang dihasilkan dunia, 70% di antaranya merupakan berasal dari limbah elektronik. Tentu ini akan menjadi masalah dikemudian hari, karena sangat sedikit sekali limbah elektronik yang dapat ditangani dengan baik dibandingkan dengan jumlah limbah yang dihasilkan. Mempertimbangkan itu semua, mungkin sudah saatnya bagi kita untuk berpikir dua kali dalam mengkonsumsi produk-produk elektronik tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap lingkungan.

Dewasa ini, kampanye sadar lingkungan seharusnya sudah menjadi tugas bersama. Mempertimbangkan untuk menjaga Bumi, sejatinya tidak hanya bagi kita yang masih hidup saat ini, namun juga untuk generasi selanjutnya. Kita bertanggung jawab secara kolektif berkenaan dengan Bumi seperti apa yang akan kita warisi . Mengurangi limbah yang dapat memberikan efek buruk terhadap lingkungan, hanya dapat diawali dengan menumbuhkan rasa sadar akan pentingnya menjaga lingkungan.

Berdasarkan pemaparan di atas, kita juga tidak bisa kembali memilih hidup dengan jalan primif dan tinggal di dalam goa-goa. Menolak perkembangan teknologi hanya takut Bumi ini akan menjadi rusak, termasuk ke dalam pemikian yang jenaka. Kita sebagai insan manusia yang diberi akal budi, sejatinya sudah bisa memecahkan permasalahan tersebut dengan cara yang cukup sederhana saja, yaitu beralih menggunakan produk-produk yang berkelanjutan (sustainable).

Setelah kita memiliki kesadaran tersebut, kita akan masuk ke tahap selanjutnya: Membeli sebuah produk.

Pastikan, sebelum membeli produk, sebaiknya kita perlu mengetahui secara persis apakah produk yang akan kita gunakan tersebut sudah benar-benar diproduksi secara tepat dan mempertimbangkan dampaknya terhadap lingkungan?

Apabila produk yang ditawarkan belum memberikan jaminan mengenai dampak positif terhadap lingkungan pasca konsumen, ada baiknya kita mempertimbangkan kembali untuk mencari produk alternatif lainnya. Hal ini setidaknya akan memaksa perusahaan untuk menciptakan produk yang ramah lingkungan di kemudian hari.

Mungkin Anda perlu melirik brand speaker yang satu ini sebagai contohnya, yaitu House of Marley. Produk elektronik ramah lingkungan berikut berkomitmen untuk menciptakan kinerja audio berkualitas tinggi tanpa menciderai alam. Seluruh komponen dari speaker ini telah menggunakan material daur ulang dan ramah lingkungan. Mulai dari pemanfaatan limbah silikon serta plastik, menggunakan kayu bersertifikat FSC, logam daur ulang, dan lain sebagainya.

Menariknya, perusahaan audio dari keluarga Bob Marley ini menyalurkan sebagian laba pendapatannya kepada badan amal lingkungan hidup seperti One Tree Planted dan Surfrider Foundation untuk keperluan reboisasi hutan dan konservasi laut. Bahkan kampanye yang gencar dilakukan brand ini adalah penanaman 1 batang pohon untuk setiap pembelian satu produk House of Marley oleh konsumer.

Produk elektronik House of Marley, menggunakan material daur ulang & ramah lingkungan yang diterapkan ke semua komponen speaker (houseofmarley.id)
Produk elektronik House of Marley, menggunakan material daur ulang & ramah lingkungan yang diterapkan ke semua komponen speaker (houseofmarley.id)

Tidak banyak perusahaan besar yang telah menerapkan green economy dalam menjalankan roda bisnisnya, namun House of Marley dapat membuktikan bahwa perusahaannya berhasil menerapkan konsep sustainable (keberlanjutan), baik dari hulu hingga ke hilir. Dan menurut hemat penulis, perusahaan sejenis inilah yang perlu kita dukung. Dan kita semua juga berharap agar perusahaan-perusahaan lain yang belum menerapkan green economy dalam menjalankan konsep bisnisnya, untuk dapat segera menyusul dan merubah kebijakan sistem ekonominya, yaitu menyediakan produk-produk yang ramah lingkungan dengan cara yang tepat, serta memberikan dampak sosial bagi masyarakat dan generasi selanjutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun