Kemudian, karena dia sudah begitu telanjang di depan saya, dia pun ingin saya ikut telanjang. Gak asik dong, yang satu sudah blak-blakan, sementara satunya lagi masih tertutup rapi jali.
Sekian pertanyaan ala investigator pun dilancarkan, menjurus langsung ke beberapa status yang menurutnya menjurus pada dukungan ke Jokowi atau Prabowo. Lebih banyaknya, harus diakui, konten buat Jokowi, positif dan negatifnya, lantaran dia berperan sebagai presiden dan sebagai calon presiden dalam satu waktu.
Baca juga: Suap itu Lumrah!
Yang pasti, siapapun yang memenangkan pertempuran Pilpres ini tidak masalah buat saya. Ingat, ini adalah Kompetisi Jokowi-Prabowo Sesi II. Dari 2014, paslon yang diusung sama, partai utamanya juga sama. Jokowi terpilih lagi, tidak masalah. Prabowo tidak terpilih lagi, tidak masalah. Jokowi meraih kemenangan kedua, bagus. Prabowo meraih kemenangan pertama, bagus.
Skor 2-0 oke. Skor 1-1 juga oke.
Toh Jokowi dan Prabowo berasal dari dua partai yang sama-sama berwarna merah, punya ideologi nasionalis-religius yang sama, teknik propaganda yang dilancarkan oleh keduanya sama, dan juga sama-sama membutuhkan dan mendapatkan lalu mengeksploitasi dukungan umat Islam.Â
Saya katakan bahwa fokus saya bukan pada dukungan tapi kebebasan terhadap apa yang mau saya komentari, tanggapi, kritisi, atau---katakanlah---nyinyiri.Â
Saya tegaskan bahwa, sampai detik ini, saya tidak pernah menjalin hubungan atau percakapan apalagi kerjasama dan perjanjian dengan orang-orang di balik Mesin Politik manapun, sekalipun saya punya sedikit teman di lingkaran paslon, mengenal mereka, punya nomor kontak mereka dan tahu posisi mereka di masing-masing kubu.
Karena saya tidak punya ikatan emosional, maka saya punya kebebasan untuk mengapresiasi dan mengkritisi Jokowi, sebebas saya mengapresiasi dan mengkritisi Prabowo. Saya tidak punya tema atau batasan dalam konteks ini. Apapun isu yang muncul, selama saya mengetahui dan menyukainya, dan ingin mengomentarinya, maka jadilah tulisan singkat atau ulasan sekian paragraf.
Lalu lain waktu, teman lain bertanya, saya dapat apa dari obrolan politik ini. Pertanyaan ini tentu disampaikan oleh orang yang memahami dunia komunikasi digital. Atau orang media pers atau praktisi kehumasan.
Saya jawab secara lugas bahwa saya tidak sedang atau akan menjadi konsultan politik untuk capres atau caleg manapun, atau konsultan komunikasi untuk partai apapun. Karena kalau ada invoice yang saya kirim ke salah satu pihak yang berada dalam lingkaran Mesin Politik, saya tidak akan bisa bebas dan lepas saat ngomongin serunya pemilu 2019.