Usai dilantik sebagai Gubernur Bank Indonesia (BI) dua pekan lalu, Perry Warjiyo langsung menyampaikan langkah-langkah yang akan ditempuh dalam menjaga stabilitas ekonomi.Â
Fokus pertama Perry pascapelantikan, Kamis (24/5/2018) lalu, tentu saja menjaga stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dollar yang sempat menyentuh angka psikologis Rp 14.000.
Seminggu setelah dilantik, Perry tancap gas dengan menaikkan lagi suku bunga acuan BI-7 Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin ke posisi 4,75%. Keputusan itu diambil dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan Tambahan sebagai langkah preventif memperkuat stabilitas ekonomi.
Semestinya RDG tanggal 30 Mei 2018 itu tidak ada, karena Bank Indonesia sudah punya agenda RDG bulanan selama satu tahun yang disusun dari bulan Januari sampai Desember 2018. Dan dalam RDG Mei tanggal 16-17 Mei sebelumnya, BI telah menaikkan suku bunga yang sama sebesar 25 basis poin. Tapi melihat kondisi ekonomi terkini, BI memutuskan menggelar rapat tambahan.
Pelaksanaan RDG Bulanan Tambahan itu pun diumumkan sehari setelah Perry dilantik.
Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan, kebijakan ini bersifat pre-emtif, front loading, dan ahead of the curve sehingga mampu melindungi pasar keuangan Indonesia, seperti dikutip CNBC Indonesia.
Yup, Bank Indonesia memang mengantisipasi The Fed yang dalam pertemuan tanggal 13 Juni 2018 mendatang diyakini akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 1,75% sampai 2%.
Jika menunggu jadwal RDG BI bulan Juni yang baru akan digelar tanggal 27-28 Juni 2018, rencana kenaikan suku bunga di Amerika Serikat yang hampir pasti terjadi itu akan sulit diantisipasi dengan baik.
Walhasil, dana asing pun kembali masuk ke Indonesia karena menawarkan bunga yang bersaing, sehingga berimbas pada penguatan rupiah.
Sehari setelah RDG Bulanan Tambahan digelar, rupiah bergerak menguat terhadap seluruh mata uang negara G-20, seperti dilaporkan CNBC Indonesia, mengutip data yang dihimpun Reuters.