Mohon tunggu...
ISJET @iskandarjet
ISJET @iskandarjet Mohon Tunggu... Administrasi - Storyteller

Follow @iskandarjet on all social media platform. Learn how to write at www.iskandarjet.com. #katajet. #ayonulis. Anak Betawi. Alumni @PMGontor, @uinjkt dan @StateIVLP. Penjelajah kota-kota dunia: Makkah, Madinah, Tokyo, Hong Kong, Kuala Lumpur, Langkawi, Putrajaya, Washington DC, Alexandria (VA), New York City, Milwaukee, Salt Lake City, San Francisco, Phuket, Singapore, Rio de Janeiro, Sao Paulo, Dubai, Bangkok.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Pimpin Bank Indonesia, Perry Tancap Gas Kuatkan Nilai Rupiah

4 Juni 2018   12:39 Diperbarui: 25 Juli 2019   03:56 2038
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gubernur Bank Indonesia yang baru, Perry Warjiyo, dilantik di Mahkamah Agung, 24 Mei 2018. (tribunnews.com)

Usai dilantik sebagai Gubernur Bank Indonesia (BI) dua pekan lalu, Perry Warjiyo langsung menyampaikan langkah-langkah yang akan ditempuh dalam menjaga stabilitas ekonomi. 

Fokus pertama Perry pascapelantikan, Kamis (24/5/2018) lalu, tentu saja menjaga stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dollar yang sempat menyentuh angka psikologis Rp 14.000.

Seminggu setelah dilantik, Perry tancap gas dengan menaikkan lagi suku bunga acuan BI-7 Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin ke posisi 4,75%. Keputusan itu diambil dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan Tambahan sebagai langkah preventif memperkuat stabilitas ekonomi.

Semestinya RDG tanggal 30 Mei 2018 itu tidak ada, karena Bank Indonesia sudah punya agenda RDG bulanan selama satu tahun yang disusun dari bulan Januari sampai Desember 2018. Dan dalam RDG Mei tanggal 16-17 Mei sebelumnya, BI telah menaikkan suku bunga yang sama sebesar 25 basis poin. Tapi melihat kondisi ekonomi terkini, BI memutuskan menggelar rapat tambahan.

Pelaksanaan RDG Bulanan Tambahan itu pun diumumkan sehari setelah Perry dilantik.

Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan, kebijakan ini bersifat pre-emtif, front loading, dan ahead of the curve sehingga mampu melindungi pasar keuangan Indonesia, seperti dikutip CNBC Indonesia.

Yup, Bank Indonesia memang mengantisipasi The Fed yang dalam pertemuan tanggal 13 Juni 2018 mendatang diyakini akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 1,75% sampai 2%.

Jika menunggu jadwal RDG BI bulan Juni yang baru akan digelar tanggal 27-28 Juni 2018, rencana kenaikan suku bunga di Amerika Serikat yang hampir pasti terjadi itu akan sulit diantisipasi dengan baik.

Walhasil, dana asing pun kembali masuk ke Indonesia karena menawarkan bunga yang bersaing, sehingga berimbas pada penguatan rupiah.

Sehari setelah RDG Bulanan Tambahan digelar, rupiah bergerak menguat terhadap seluruh mata uang negara G-20, seperti dilaporkan CNBC Indonesia, mengutip data yang dihimpun Reuters.

Reuters
Reuters
Hari ini (4/6), nilai tukar rupiah dibuka pada posisi Rp 13.870 per dollar AS pada perdagangan pasar spot, menguat 26 poin atau 0,19 persen dari akhir perdagangan pekan lalu yang ditutup pada hari Kamis (31/5) di posisi Rp 13.896 per dollar AS.

Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada dalam rilisnya mengatakan, sentimen positif dari dalam negeri masih berlanjut dari dampak kenaikan suku bunga acuan BI dan sejumlah kebijakan yang akan diambil Perry seperti relaksasi rasio pinjaman (Loan to Value/LTV) untuk kepemilikan rumah.

3 langkah penting

Langkah menaikkan suku bunga acuan BI-7 Day Reverse Repo Rate merupakan bagian dari tiga langkah penting yang diumumkan Gubernur Perry untuk menjaga stabilitas ekonomi Indonesia. 

Ketiga langkah tersebut adalah:

  1. Menjalankan mandatnya secara penuh dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi dengan menggunakan lima instrumen, satu instrumen pertama untuk menjaga stabilitas (pro stability), sedangkan empat instrumen berikutnya untuk pertumbuhan (pro growth). Kelima instrumen dimaksud adalah:
    1. Kebijakan moneter melalui kebijakan suku bunga dan stabilisasi nilai tukar.
    2. Relaksasi makroprudensial.
    3. Mempercepat pendalaman pasar keuangan khususnya untuk pembiayaan infrastruktur.
    4. Pengembangan sistem pembayaran untuk strategi nasional ekonomi dan keuangan digital.
    5. Memperkuat akselerasi pengembangan ekonomi dan keuangan syariah.
  2. Meningkatkan koordinasi antara pemerintah dan Bank Indonesia untuk memperkuat stabilitas dan mendorong pertumbuhan. Dalam hal ini, koordinasi akan difokuskan untuk memperkuat dan mempercepat perbaikan di sektor riil, baik untuk mendorong pertumbuhan maupun juga untuk mengatasi defisit transaksi berjalan. Selain itu, peningkatan koordinasi juga akan dilakukan Bank Indonesia bersama dengan OJK untuk memperkuat stabilitas sistem keuangan.
  3. Dalam jangka pendek, Bank Indonesia akan memprioritaskan langkah-langkah untuk stabilisasi nilai tukar rupiah yang mengalami tekanan dari eksternal pada beberapa waktu terakhir, khususnya sejak awal Februari. Bank Indonesia memandang kondisi ekonomi domestik cukup baik, tercermin dari inflasi yang terjaga, defisit transaksi berjalan yang terkendali, dan sistem keuangan yang tetap stabil, serta perbaikan ekonomi yang terus berlanjut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun