Dari sinilah terbuka 1001 pintu kekeliruan yang mungkin dilakukan oleh para admin. Mulai dari kekeliruan "akun yang tertukar", sampai kesalahan penulisan atau kesalahan teknis lainnya. Admin bisa menayangkan konten tanpa Jokowi tahu apa yang ditayangkan.
Untuk kasus Jokowi-JKT48 di atas, penyebabnya mudah ditebak: akun yang tertukar. Si admin waktu itu sedang bersemangat melihat sapaan Beby yang mengumumkan episode terbaru dari #Cerit48ebyOshi, tapi dia tidak sadar sedang mengelola akun presiden. Saat mengomentari kicauan sang idola, si admin lupa berpindah dari akun @jokowi ke akunnya sendiri.Â
Anda boleh saja menganggap urusan salah-kicau ini remeh dengan asumsi setiap konten yang keliru bisa dihapus semudah menyentuh layar ponsel. Tapi dengan pengikut hingga jutaan, semakin banyak pasang mata yang memantau akun tersebut, sehingga kesalahan saja sedikit akan membuat geger dunia maya. Silakan hapus, tapi tangkapan-layarnya dijamin sudah beredar ke mana-mana. Ini abadi, tersimpan terus di internet dan berjuta ponsel lainnya.
Apalagi kalau yang melakukannya adalah akun milik orang nomor satu negeri ini!
Kekeliruan dalam mengelola media sosial milik lembaga atau perusahaan sebenarnya merupakan sebuah keniscayaan. Lihatlah siapa yang mengelola akun-akun tersebut. Mereka adalah orang per orang yang juga punya akun pribadi di media sosial. Mereka bekerja sekaligus hidup di dalamnya. Mereka punya kewajiban sebagai pekerja sekaligus hak sebagai pengguna medsos. Beberapa instansi seperti TNI AU dan Kementerian Keuangan bahkan mempercayakan pengelolaan akunnya ke anak-anak muda, dan meminta mereka tampil ceria dan jenaka.
Selain @jokowi, akun Twitter milik instansi pemerintah yang pernah menayangkan konten bermasalah adalah Kementerian Pertanian (Kementan) dan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu).
Akhir tahun lalu, akun @kementan pernah menyebarkan berita pernyataan Ketua MPR terkait penolakan ceramah Ust Abdul Somad oleh pemerintah Hong Kong. Kicauan itu ramai diperbincangkan karena dianggap tidak sesuai dengan kebijakan dan tupoksi Kementan.
Yang lebih parah dialami oleh akun Twitter Kemenlu yang sekarang berganti nama menjadi @kemlu_ri. Akun yang sebelumnya bernama @portal_kemlu_ri ini sempat menayangkan dua konten porno dalam rentang waktu beberapa menit. Yang pertama berisi gambar tidak senonoh berteks bahasa Arab, lalu kicauan kedua berisi gambar sejenis dengan teks bahasa Jepang, plus komentar "She's Beautiful!"
#SahabatKemlu terkait adanya post yang tidak relevan di akun Twitter Kemlu. Dapat kami informasikan bahwa itu adalah spam dari pihak yg tidak bertanggung jawab. Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan yg ditimbulkan.--- MoFA Indonesia (@Kemlu_RI) 3 Desember 2017
Cara mencegahnya