Bloomberg hari ini menayangkan sebuah artikel dengan judul menarik, "Bank Sentral manakah yang punya pengikut Twitter paling banyak?" Jawabannya bukan The Fed, tapi Bank Indonesia!
Yup, Bank Sentral yang dipimpin oleh Agus DW Martowardojo ini punya 626 ribu pengikut di Twitter. Jauh lebih banyak dari Banco de Mexico (Bank Sentral Meksiko) yang memiliki 582 ribu pengikut, apalagi dibandingkan Federal Reserve (Bank Sentral Amerika Serikat) yang hanya diikuti oleh 450 ribu netizen di seluruh dunia.
Keseriusan BI dalam mengelola akun dan konten digitalnya mendapat penghargaan Wow Brand 2018 dari MarkPlus. Kamis (8/3) lalu, Bank Indonesia mendapatkan piala perak dan perunggu untuk kategori PR dan Digital lewat kampanye efektifnya di media sosial.
Semua saluran digital milik Bank Indonesia tersebut, yaitu Twitter, Instagram, Facebook dan Youtube, dikelola secara simultan dengan konten-konten digital yang disesuaikan dengan platform dan karakter penggunanya masing-masing.
Konten Twitter BI
Di Twitter, Bank Indonesia mencoba menyebarkan edukasi seputar perbanksentralan dengan bahasa awam yang mudah dimengerti oleh pengikutnya. Materi-materi yang sebelumnya hanya bisa dibahas dan dipahami oleh sesama ekonom atau praktisi ekonomi disebarkan lewat rangkaian kicauan dengan jadwal tertentu.
Kalau Anda perhatikan akun-akun media sosial BI, Anda akan menemukan bahasan yang tidak jauh dari tujuan utama Bank Indonesia, yaitu mencapai dan mempertahankan stabilitas nilai Rupiah yang tercermin dalam tingkat inflasi dan nilai kurs. Maka yang dituturkan BI setiap hari juga seputar moneter, nilai tukar Rupiah, inflasi, sistem pembayaran dan stabilitas keuangan.
Materinya sama, tapi cara komunikasinya berbeda.
Di Twitter, Bank Indonesia menggunakan sedikitnya tiga tagar utama untuk mengkomunikasikan wawasan ekonomi dan capaian kerjanya. Pertama #BInfo, berisi sekilas berita dan peristiwa seputar BI dan kegiatan Bank Indonesia sehari-hari. Informasi kurs dan info penukaran uang keliling juga disampaikan dengan tagar #BInfo.
Tagar kedua adalah #SerbaSerBI yang berisi informasi menarik seputar bank sentral dan tugasnya dalam mengelola Rupiah. Termasuk di dalamnya paparan sejarah dan definisi kegiatan atau istilah yang berhubungan dengan Bank Indonesia.
Terakhir, Twitter Bank Indonesia menggunakan tagar #EnsikopeBI yang khusus digunakan untuk memaparkan dan menjelaskan bahasa atau istilah teknis kebanksentralan, dan berbagi ilmu pengetahuan seputar ekonomi dan keuangan.
Saat memperkenalkan logo GPN, misalnya, BI membuat sekian banyak tweet. Salah satunya kicauan yang mewajibkan pihak bank menyantumkan logo GPN di kartu ATM yang mereka terbitkan.
Sobat Rupiah, Logo GPN akan dicantumkan di Kartu ATM dan/atau Debet mulai 1 Januari 2018. Nantinya, pada 1 Januari 2022, penerbit wajib memastikan seluruh nasabah setidaknya memiliki satu Kartu ATM dan/atau Debet berlogo GPN. #FaktaGPN#serbaserBIpic.twitter.com/WUHWIObvNT--- Bank Indonesia (@bank_indonesia) 12 Desember 2017
Kicauan itu memperoleh interaksi yang cukup tinggi dan dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan dari netizen yang dijawab satu per satu oleh pengelola @bank_indonesia.
Interaksi dan keterlibatan pengelola akun Twitter BI memang cukup intens dan positif. Hal ini terlihat dari tipe kicauan yang dibuat oleh Bank Indonesia. Berdasarkan Social Bearing, hampir 40 persen tweet @Bank_Indonesia merupakan jawaban atas balasan yang diberikan untuk netizen.
Selain itu, kicauan-kicauan BI mayoritas (90,5%) mendapatkan sentimen netral dari para pengikutnya.
Misalnya saat mengedukasi netizen agar tidak mencoret-coret uang Rupiah. Bank Indonesia bilang, "Jangan mau punya pacar yang suka coret-coret uang, . Rupiah aja tidak dijaga apalagi kamu".
Pagi #SobatRupiah,
Jangan mau punya pacar yang suka coret-coret uang,
Rupiah aja tidak dijaga apalagi kamu pic.twitter.com/v4eAb63xrn--- Bank Indonesia (@bank_indonesia) 1 Maret 2018
Kicauan agak-agak galau ini disukai oleh netizen muda yang mayoritas aktif twitteran. Sampai detik ini, konten yang dilengkapi dengan foto uang 50 ribuan itu sudah menjangkau 600 ribu akun lebih, di-retweet sebanyak 156 kali dan disukai sebanyak 185 kali. Dan tercatat sebagai kicauan paling populer berdasarkan perhitungan Social Bearing.
Isi kicauan dari Bank Indonesia juga disesuaikan dengan momennya, jadi gak melulu ngomongin ekonomi dan Rupiah. Misalnya waktu perayaan Hari Musik Nasional tiga hari lalu, Bank Indonesia menayangkan kicauan santai ini:
"Bangun tidur ku terus mandi, tidak lupa menggosok gigi...",
tahu nggak siapa pengarang lagu tsb #SobatRupiah?Selamat Hari Musik Nasional, hargai terus karya musisi tanah air, selamat beraktifitas!
Bisa dibilang, akun Twitter Bank Indonesia tidak hanya dikelola dengan pendekatan kebutuhan Bank Indonesia, tapi juga kebutuhan pengguna Twitter yang suka mengonsumsi konten-konten sersan alias serius tapi santai. Maka dibuatlah konten-konten berisi tapi ringan lewat proses kerja yang kreatif dan dinamis.Â
Semuanya sudah berjalan dengan baik. Hanya satu masukan dari saya, Bank Indonesia sebaiknya mengganti nama akunnya di Twitter dari @bank_indonesia menjadi @BankIndonesia. Ini bisa dilakukan dengan permintaan khusus ke pengelola Twitter, seperti telah dilakukan Pertamina yang mengubah nama akunnya dari @PTPERTAMINA menjadi @pertamina--kecuali ada pertimbangan tertentu yang menjadi alasan kuat dalam penggunaan nama @Bank_Indonesia.
Dengan pengelolaan konten digital seserius ini, tidak berlebihan kalau Bloomberg dalam laporannya hari ini menyarankan agar Jerome Powell yang baru menjabat sebagai Gubernur The Fed belajar banyak dari Bank Indonesia dalam mengelola komunikasi eksternal di dunia digital. Apalagi Powell secara khusus mengungkapkan keinginannya untuk mengkomunikasikan kebijakan moneter dengan cara yang lebih baik dan efektif.
Maka tidak ada contoh lain yang perlu dijadikan rujukan oleh The Fed selain akun medsos milik BI.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H