Pagi #SobatRupiah,
Jangan mau punya pacar yang suka coret-coret uang,
Rupiah aja tidak dijaga apalagi kamu pic.twitter.com/v4eAb63xrn--- Bank Indonesia (@bank_indonesia) 1 Maret 2018
Kicauan agak-agak galau ini disukai oleh netizen muda yang mayoritas aktif twitteran. Sampai detik ini, konten yang dilengkapi dengan foto uang 50 ribuan itu sudah menjangkau 600 ribu akun lebih, di-retweet sebanyak 156 kali dan disukai sebanyak 185 kali. Dan tercatat sebagai kicauan paling populer berdasarkan perhitungan Social Bearing.
Isi kicauan dari Bank Indonesia juga disesuaikan dengan momennya, jadi gak melulu ngomongin ekonomi dan Rupiah. Misalnya waktu perayaan Hari Musik Nasional tiga hari lalu, Bank Indonesia menayangkan kicauan santai ini:
"Bangun tidur ku terus mandi, tidak lupa menggosok gigi...",
tahu nggak siapa pengarang lagu tsb #SobatRupiah?Selamat Hari Musik Nasional, hargai terus karya musisi tanah air, selamat beraktifitas!
Bisa dibilang, akun Twitter Bank Indonesia tidak hanya dikelola dengan pendekatan kebutuhan Bank Indonesia, tapi juga kebutuhan pengguna Twitter yang suka mengonsumsi konten-konten sersan alias serius tapi santai. Maka dibuatlah konten-konten berisi tapi ringan lewat proses kerja yang kreatif dan dinamis.Â
Semuanya sudah berjalan dengan baik. Hanya satu masukan dari saya, Bank Indonesia sebaiknya mengganti nama akunnya di Twitter dari @bank_indonesia menjadi @BankIndonesia. Ini bisa dilakukan dengan permintaan khusus ke pengelola Twitter, seperti telah dilakukan Pertamina yang mengubah nama akunnya dari @PTPERTAMINA menjadi @pertamina--kecuali ada pertimbangan tertentu yang menjadi alasan kuat dalam penggunaan nama @Bank_Indonesia.
Dengan pengelolaan konten digital seserius ini, tidak berlebihan kalau Bloomberg dalam laporannya hari ini menyarankan agar Jerome Powell yang baru menjabat sebagai Gubernur The Fed belajar banyak dari Bank Indonesia dalam mengelola komunikasi eksternal di dunia digital. Apalagi Powell secara khusus mengungkapkan keinginannya untuk mengkomunikasikan kebijakan moneter dengan cara yang lebih baik dan efektif.
Maka tidak ada contoh lain yang perlu dijadikan rujukan oleh The Fed selain akun medsos milik BI.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H