"Yes, I am."
"Halim Iskandar?"
"Oh no no. I am Iskandar Zulkarnaen. I think you got wrong person."
Kurang-lebih begitu percakapannya. Akhirnya saya sadar, kedua orang warga Amerika Serikat itu berharap yang ikut serta ke rumahnya adalah seorang legislator yang menjabat sebagai wakil ketua parlemen. Bukan saya yang pekerjaan sehari-harinya mengelola media.
Kesalahan ini terjadi gara-gara nama Iskandar. Anda tahu kan, orang Amerika selalu memanggil orang dengan nama belakang atau nama keluarganya. Nah, di sini ada dua Iskandar yang ikut: Iskandar Zulkarnaen dan Abdul Halim Iskandar.Â
Kita sendiri awalnya gak terlalu memikirkan soal nama depan vs nama belakang, juga soal nama Iskandar di depan dan Iskandar di belakang. Selama di Amerika, saya dan Pak Halim selalu memanggil nama masing-masing dengan cara Indonesia. Teman-teman memanggil saya Mas Iskandar, sedangkan abangnya Muhaimin kita panggil Pak Halim.
Waktu pasangan suami-istri tadi menyebut nama Iskandar, saya langsung manggut-manggut dan tersenyum ke mereka berdua. Seingat saya, ketika itu Pak Halim dan Pak Hamy sudah pergi bersama tuan rumah mereka. Sehingga saya pun dengan ringan kaki mengikuti pasangan suami-istri ini menuju sedan yang mereka parkir tak jauh dari titik pertemuan kami di bandara.
Mobil sedan itu pun kemudian berubah arah. Dan terjadilah pertukaran tamu, antara Iskandar Zulkarnaen dan Abdul Halim Iskandar.
Setelah kejadian itu, kami berempat mencoba untuk fokus dengan dua nama panggilan. Yaitu panggilan dengan nama depan (untuk obrolan antar-kita) dan panggilan dengan nama belakang (saat ngobrol dengan teman-teman Amrik).
Dan semua ini terjadi gara-gara Iskandar ;)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H