Karena ini merupakan acara terbesar pondok, maka seluruh elemen pondok pun dilibatkan, sebagaimana dijelaskan Pak Hasan dalam sambutannya. Dari Badan Wakaf Pondok Modern, pimpinan, guru senior, sampai guru-guru yang ada di pondok, diminta ikut mensukseskan PG.
Bahkan, menjelang hari H, Direktur KMI merilis maklumat yang meminta seluruh elemen guru turut berpartisipasi dan bertanggungjawab atas kesuksesan acara hingga saat-saat terakhir. Pak Hasan pun selaku pimpinan pondok ikut memantau persiapan panggung pada H-1, seperti diberitakan di website Gontor.
Berbagi Panggung
DA dan PG sesungguhnya menggunakan panggung yang sama. Tahun ini, pondok membangun panggung ukuran 18x8 meter yang berdiri kokoh selama empat hari, dari hari Kamis sampai Ahad. Dua hari untuk persiapan dan pertunjukan DA, dua hari berikutnya untuk PG.
Kebetulan pondok sudah punya panggung dan perangkat sistem suara untuk pertunjukan sekaliber PG. Dua-duanya dibeli beberapa tahun lalu dan disimpan di tempat khusus. Panitia hanya perlu membangun latar panggung nan megah, dan menyewa rigging serta lampu untuk tata cahaya pertunjukan.
Bicara soal fisik panggungnya sendiri, DA dan PG sudah mengalami tiga kali perubahan lokasi. Sampai tahun 1994, Panggung Gembira dan Drama Arena diadakan di dalam Balai Pertemuan Pondok Modern (BPPM) yang sudah dilengkapi dengan panggung permanen.
Mulai tahun 1995, atau saat angkatan saya mengadakan Drama Arena, pimpinan mengizinkan kami mengadakan DA di luar aula---untuk pertama kalinya. Yeay, ini sebuah pencapaian luar biasa. Angkatan sebelumnya sudah ada yang mengajukan, tapi belum diizinkan.
Saya masih ingat momen ketika tangan-tangan kreatif teman-teman seangkatan berhasil membuat panggung besar dengan drum-drum sebagai alasnya. Lengkap dengan latar panggung yang tinggi dan lebar. Sebulan lebih latihan drama dilakukan intensif untuk sekian jenis pertunjukan teater. Hasilnya pun menggembirakan. Kita bangga sukses menggelar DA di luar ruangan.
Sedangkan untuk Panggung Gembira, baru diadakan di luar aula mulai tahun 1997. Waktu angkatan saya meminta izin mengadakan PG di luar di tahun 1996, Pak Syukri (KH Abdullah Syukri Zarkasyi, semoga Allah menyembuhkan penyakitnya) belum merestui, dengan pertimbangan PG adalah acara puncak yang tidak boleh gagal karena hujan atau sebagainya. Tahun itu, Gontor belum siap PG diadakan di luar.
Waktu berjalan, jumlah santri terus bertambah, PG dan DA pun tidak lagi diadakan di dalam aula, tapi di luar ruangan, tepatnya di depan BPPM menghadap ke selatan.