Pagi itu udara di Ponorogo terasa lebih sejuk dari biasa. Begitu mobil yang saya tumpangi memasuki gerbang Pondok Modern Darussalam Gontor, gempita Panggung Gembira sudah menyeruak di mana-mana. Umbul-umbul berjajar di sepanjang jalan menuju pondok. Dua baliho besar yang digunakan dalam upacara Pekan Perkenalan Khutbatul 'Arsy (semacam masa orientasi untuk siswa) masih dibiarkan berdiri kokoh di lapangan sepak bola.
Di dalam pesantren, sebuah panggung besar sudah menutupi jalan. Para santri berambut cepak terlihat sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Para orang tua walisantri terlihat hilir-mudik menambah ramai suasana kota santri.
Akhir pekan lalu, Kamis, 17 Agustus 2017, saya sengaja datang ke almamater untuk menikmati dua pentas tersebut. Drama Arena (DA) kelas 5 diadakan pada hari Kamis malam, sedangkan Panggung Gembira (PG) kelas 6 digelar Sabtu malam atau dua hari setelah DA.
Ini merupakan kali pertama saya nonton keduanya setelah lulus dari Gontor, 21 tahun silam. Puluhan tahun lalu Gontor belum punya cabang, jadi yang namanya Gontor ya cuma ada di kecamatan Mlarak ini. Kebetulan sebelumnya saya mengunjungi putri pertama di Gontor Putri 3 (GP3), Widodaren, Ngawi, yang ikut salah satu pertunjukan di upacara Perkenalan Khutbatul 'Arsy (PKA).
Dan saya merasa bersyukur berlipat-lipat, karena selama empat hari di sana, bisa bersilaturrahmi dan ngobrol panjang kali lebar dengan Ust Nasrullah Zarkasyi (salah seorang putra pendiri Gontor KH Imam Zarkasyi).
Meskipun banyak yang mengenal Gontor sebagai pondok modern, tidak banyak yang tahu bagaimana pendidikan di dalamnya dirancang dan dijalankan dengan metode yang modern, khususnya terkait pembentukan karakter lewat pementasan dan karya seni. Ulasan seputar PG dan DA ini saya harap dapat memberikan sedikit gambaran.
Setiap tahun, Gontor punya banyak hajatan seni yang rutin digelar. Seperti grup vokal, lomba musik, pidato, drama dan banyak lagi. Dari sekian banyak acara tadi, Drama Arena dan Panggung Gembira dirancang menjadi pentas paling besar sepanjang tahun.
Greget Panggung Gembira lebih heboh lagi, karena pentas seni ini dihelat oleh santri kelas akhir Gontor. PG merupakan acara pamungkas rangkaian pekan perkenalan. Bahkan lebih dari sekedar pamungkas, seperti disampaikan Pimpinan Pondok Modern Gontor KH Hasan Abdullah Sahal, PG merupakan barometer kesuksesan dalam mendidik para santri.
"Panggung Gembira adalah barometer untuk pondok," kata Pak Hasan saat membuka sekaligus meresmikan PG 692 di kampus Gontor Putra 1, Ponorogo, Sabtu (19/8) malam.