Mohon tunggu...
ISJET @iskandarjet
ISJET @iskandarjet Mohon Tunggu... Administrasi - Storyteller

Follow @iskandarjet on all social media platform. Learn how to write at www.iskandarjet.com. #katajet. #ayonulis. Anak Betawi. Alumni @PMGontor, @uinjkt dan @StateIVLP. Penjelajah kota-kota dunia: Makkah, Madinah, Tokyo, Hong Kong, Kuala Lumpur, Langkawi, Putrajaya, Washington DC, Alexandria (VA), New York City, Milwaukee, Salt Lake City, San Francisco, Phuket, Singapore, Rio de Janeiro, Sao Paulo, Dubai, Bangkok.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Afi dan Plagiarisme yang Harus Disesali

5 Juni 2017   12:27 Diperbarui: 11 Juni 2017   07:32 5850
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Para penulis muda harus paham bahwa plagiator itu mirip pencuri. Tidak ada agama mana pun yang membolehkan aksi pencurian. Kalau korbannya ikhlas, pelakunya bisa dimaafkan dan terbebas hukuman. Tapi kalau korbannya tidak memaafkan, maka sebuah hukuman akan dijalani oleh pencuri/plagiator. Korban plagiarisme bisa menggugat perdata dengan tuntutan ganti rugi materil, tuntutan permintaan maaf, dan sebagainya.

Selain soal kesalahan dalam membedakan antara copy-paste dan plagiarisme, Afi dalam pengakuannya juga meyakini bahwa caci-maki atas aksi plagiasi yang dia lakukan hanya didasari rasa tidak suka dan perbedaan pandangan atas tulisan ‘Warisan’ yang membuatnya terkenal.

Apakah Pringadi melakukan itu karena benci Afi? Lewat saluran telepon, dia mengaku hanya ingin mengungkapkan fakta yang perlu diketahui oleh para penulis lainnya. Kebetulan kasus ini muncul dalam perbincangan antar-penulis. Tidak mudah baginya untuk menyoroti aksi seorang Afi yang sedang sangat terkenal, karena akan muncul serangan balik dari para penggemar Afi yang jumlahnya sangat banyak. ““Gue merasa jadi orang jahatnya, Mas,” kata Pringadi.

Lalu apakah orang-orang yang menghakiminya benci Afi? Bisa ya, bisa tidak. Saya persilakan pembaca menilainya, karena risiko menjadi terkenal adalah mendapat sorotan dari banyak orang dengan banyak motivasi dan kepentingan. Tapi sebuah kesalahan tetap menjadi kesalahan, yang seyogyanya diiringi dengan permintaan maaf dan penyesalan.

Kembali ke kutipan yang saya tulis di bagian awal tulisan ini. Plagiator biasanya merasa tidak bersalah sampai orang lain membuktikan kesalahannya. Saya berharap Afi setelah ini benar-benar meresapi kesalahannya dan bertekad dalam hati untuk tidak akan mengulangi kesalahan tersebut.

Dan dua hal penting yang perlu dicatat dalam pengakuan kesalahan adalah: Pertama, jangan mencari dalil pembenaran atas kesalahan yang sudah Anda lakukan, kecuali Anda punya alasan yang benar saat terpaksa melakukan kesalahan tersebut. Kedua, jangan memikirkan kesalahan orang lain, karena setiap orang akan mendapatkan balasan atas kesalahan yang pernah dilakukan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun