Mohon tunggu...
ISJET @iskandarjet
ISJET @iskandarjet Mohon Tunggu... Administrasi - Storyteller

Follow @iskandarjet on all social media platform. Learn how to write at www.iskandarjet.com. #katajet. #ayonulis. Anak Betawi. Alumni @PMGontor, @uinjkt dan @StateIVLP. Penjelajah kota-kota dunia: Makkah, Madinah, Tokyo, Hong Kong, Kuala Lumpur, Langkawi, Putrajaya, Washington DC, Alexandria (VA), New York City, Milwaukee, Salt Lake City, San Francisco, Phuket, Singapore, Rio de Janeiro, Sao Paulo, Dubai, Bangkok.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Yang Pertama dan Wah di Kabin Pesawat Kepresidenan RI (#KunkerPresiden 7)

8 Januari 2016   15:23 Diperbarui: 10 Juli 2017   13:27 11985
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pesawat Kepresidenan baru saja meninggalkan landasan terbang menuju ke Jakarta di wilayah barat, tempat matahari akan terbenam. (@iskandarjet)

Toilet Lapis Kayu

Kesan pertama yang saya rasakan saat berada di kabin pesawat adalah perasaan wah. Interior warna krem dengan paduan ornamen kayu coklat pada beberapa sudutnya menampakkan keindahan kabin. Karpetnya pun bernuansa coklat muda, klop dengan dominasi warna yang disuguhkan.

Di depan sana adalah ruang VIP yang disekat dengan gorden. Sekilas kamu bisa intip isi di dalamnya lewat layar LED. (@iskandarjet)
Di depan sana adalah ruang VIP yang disekat dengan gorden. Sekilas kamu bisa intip isi di dalamnya lewat layar LED. (@iskandarjet)
Saat mampir ke kamar kecil (lavatory), saya melihat balutan kayu furnished hampir di semua bagiannya—termasuk bagian bawah wastafel dan penutup toiletnya. Fasilitas di ruang pribadi ini sama dengan pesawat kebanyakan. Tapi nuansa kayu yang menyelimutinya benar-benar menarik untuk dinikmati, sekalipun itu hanya kamar kecil untuk bersih-bersih.

Saya duduk di kompartemen kelas ekonomi yang diisi dengan 42 kursi (nampaknya ada dua kursi yang diangkat untuk digunakan sebagai tempat menaruh barang ukuran besar). Setiap kursi sudah ditempel nama-nama penumpang, sehingga mustahil ada penumpang gelap yang masuk. Sore itu, kebetulan semua kursi terisi penuh.

Semua tempat duduk dibalut kulit warna coklat. Kualitasnya satu tingkat dibanding pesawat komersil jarak jauh yang pernah saya naiki. (@iskandarjet)
Semua tempat duduk dibalut kulit warna coklat. Kualitasnya satu tingkat dibanding pesawat komersil jarak jauh yang pernah saya naiki. (@iskandarjet)
Di depan saya, ada pemisah kompartemen dengan penutup gorden warna coklat muda. Kompartemen di depan sana adalah ruang VIP dengan 12 tempat duduk kelas eksekutif yang ukurannya lebih luas dari kelas ekonomi. Selama di pesawat, saya tidak bisa ke mana-mana, sehingga tidak bisa menggambarkan ruangan yang ditempati oleh pejabat setingkat menteri dan staf ahli. Tapi dari penampakan yang muncul di layar, kondisi di ruangan itu tak ubahnya kelas eksekutif di pesawat komersil dengan penataan kursi yang berbeda.

Ruang bagian depan adalah Ruang Kenegaraan (State Room) berkapasitas dua orang, diperuntukkan khusus untuk Presiden dan Ibu Negara yang menempati kompartemen kelas VVIP.  Selain itu, pesawat seharga US$ 91,2 juta (sekitar Rp 820 milyar) ini juga dilengkapi dengan ruang pertemuan VVIP berkapasitas empat orang.

Beberapa orang paspampres bercengkerama sebelum pesawat terbang. (@iskandarjet)
Beberapa orang paspampres bercengkerama sebelum pesawat terbang. (@iskandarjet)
Fasilitas Nomor Satu

Tapi berhubung saya tidak bisa masuk lewat pintu depan, juga tidak boleh jalan-jalan ke kompartemen VVIP, cukup itu dulu ya penjelasan seputar kabin dari depan sampai belakang. Sekarang waktunya balik ke bagian belakang pesawat, ke kelas ekonomi yang diisi oleh staf istana dan wartawan (plus dua orang blogger yang untuk pertama kalinya nimbrung dalam rombongan).

Kualitas kursi di pesawat ini boleh saya bilang sama dengan kualitas kursi kelas bisnis Garuda Indonesia untuk penerbangan domestik—tapi dengan ukuran yang lebih kecil. Di dalam kantung kursi setiap penumpang, tersemat wadah berbentuk setengah lingkaran ukuran lumayan besar. Setelah sekian kali naik-turun pesawat penerbangan jarak pendek maupun jarak jauh, baru kali ini saya melihat benda sebesar itu.

"Headset" merek Bose ini bikin saya mupeng dan spontan bilang keren.... (@iskandarjet)
"Headset" merek Bose ini bikin saya mupeng dan spontan bilang keren.... (@iskandarjet)
Penasaran dengan isinya, saya bergegas mengambil dan membuka resleting wadah berlapis kain itu. Ternyata, isinya adalah headset merek Bose Edisi Terbatas dengan paduan warna perak-hitam. Saya sangat terkesan saat menggenggamnya. Maklumlah, biasanya alat pendengar suara yang tersedia di kabin adalah headset standar tanpa merek yang diameternya hanya cukup untuk menutupi lubang telinga. Tapi dengan headset secanggih ini, suara mesin pesawat serta-merta redam begitu saya mengalungkannya ke kepala.

Edisi Terbatas dari Bose ini disematkan ke setiap bangku penumpang. (@iskandarjet)
Edisi Terbatas dari Bose ini disematkan ke setiap bangku penumpang. (@iskandarjet)
Tambah anteng pakai headset ganteng. (@iskandarjet)
Tambah anteng pakai headset ganteng. (@iskandarjet)
Tidak perlulah saya jelaskan jernihnya suara yang keluar dari aneka film dan musik yang tersimpan dalam layar sentuh LED 16:9. Pertama karena ini bukan product review, kedua karena saya memilih tidur lelap setelah mencoba menonton bagian-bagian awal beberapa film.. :)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun