Mohon tunggu...
ISJET @iskandarjet
ISJET @iskandarjet Mohon Tunggu... Administrasi - Storyteller

Follow @iskandarjet on all social media platform. Learn how to write at www.iskandarjet.com. #katajet. #ayonulis. Anak Betawi. Alumni @PMGontor, @uinjkt dan @StateIVLP. Penjelajah kota-kota dunia: Makkah, Madinah, Tokyo, Hong Kong, Kuala Lumpur, Langkawi, Putrajaya, Washington DC, Alexandria (VA), New York City, Milwaukee, Salt Lake City, San Francisco, Phuket, Singapore, Rio de Janeiro, Sao Paulo, Dubai, Bangkok.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Cerita di Balik 100 Lembar Undangan Makan Siang untuk Kompasianer

15 Desember 2015   10:10 Diperbarui: 15 Desember 2015   17:00 5706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena undangan ke Istana ini serba tidak pasti dan serba mendadak, maka ini dikategorikan sebagai kegiatan yang tidak normal, sehingga SOP di atas tidak bisa digunakan. Ditambah kesibukan yang sudah menumpuk terkait persiapan Kompasianival yang sangat teknis, maka cara paling praktis adalah menelepon langsung Kompasianer, membacakan aturan dan tata tertibnya, lalu memastikan kesediaannya.

Tidak dibukanya undangan secara online juga untuk memastikan Kompasianer yang ikut sudah teridentifikasi dengan baik. Karena pihak Istana mempercayakan sepenuhnya orang yang diundang kepada Kompasiana. Sehingga, apapun yang terjadi sepanjang pertemuan berlangsung, akan menjadi beban dan tanggungjawab Kompasiana.

Jumat pagi, saya langsung mengarahkan dan memantau teman-teman menghubungi satu per satu Kompasianer yang namanya tercantum. Tentunya itu bukan sebuah daftar yang representatif, apapun kriteria yang dijadikan patokan, karena dikerjakan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Tapi 100 nama harus segera dikonfirmasi. Saya mencoba mencairkan suasana hati teman-teman yang sedang bekerja multi-tasking dengan mengatakan, tambahan pekerjaan ini adalah misi membangun candi dalam semalam yang harus benar-benar jadi dalam semalam.

Dari sekian nama yang ditelepon, beberapa nomor HP tidak bisa dihubungi, ada yang tidak aktif, ada juga yang tidak diangkat, ada juga yang menolak hadir atau tidak bisa hadir. Walhasil, sampai sebelum Jumatan, baru 49 peserta yang berhasil dihubungi terkonfirmasi hadir.

Setelah Shalat Jumat, acara telepon-teleponan dilanjutkan hingga malam. Tapi dengan waktu tersisa kurang dari 24 jam jelang makan siang di Istana, saya berinisiatif memburu nama-nama Kompasianer lain yang dikenal. Admin lain pun melakukan hal yang sama. Walhasil, orang-orang yang dihubungi benar-benar acak. Ada yang ditelepon, ada juga yang dikirimi pesan lewat Facebook, WhatsApp ataupun Twitter.

Sehingga, setelah 100 nama terkumpul, hasilnya tidak bisa mendefinisikan kriteria pemilihan Kompasianer. Ada yang sering datang ke event, ada yang tulisannya bagus-bagus, ada yang aktif menulis, ada yang sudah mendaftar Kompasianival ada juga yang belum. Pertimbangan utamanya ada di kenyamanan Admin terkait faktor keamanan. Ketika ditanya oleh banyak orang termasuk oleh wartawan KOMPAScom pun, saya tidak bisa menjelaskannya dengan yakin. Tapi yang pasti, semua yang diundang adalah Kompasianer yang sudah dikenal baik, sehingga Protokoler Kepresidenan tidak khawatir menerima mereka masuk ke Istana Negara.

Mereka yang diundang bukan berarti paling bagus ataupun paling istimewa, karena toh banyak Kompasianer berkualitas yang luput dihubungi. Mereka yang tidak diundang pun bukan berarti tidak dianggap atau diremehkan. Sama sekali bukan. Kenapa si A diundang si B tidak semata-mata karena waktu itu semua keputusan harus diambil dalam tempo sesingkat-singkatnya.

Saat membuka acara, saya menyampaikan soal proses undangan itu dengan bahasa santai. “Pak Presiden, gara-gara acara ini saya dimusuhi banyak Kompasianer. Kenapa saya tidak diundang? Kenapa Haters yang diundang?” Jokowi dan hadirin tertawa mendengar guyonan saya.

Undangan Lanjutan

Terus-terang, sepanjang acara santap siang di Istana, saya jadi parno karena kekhawatiran akan terjadi sesuatu di luar dugaan akan terjadi. Tapi alhamdulillah, semua berjalan lancar tanpa gangguan apapun.

Kompasianer disambut dengan hangat dan cair. Saya bahkan berani bilang, Jokowi sangat terkesan dengan 100 tamunya yang siang itu mengenakan pakai batik lengan panjang. Sebagai ketua rombongan, saya pun merasa mudah melempar guyon-guyon segar untuk semakin mengakrabkan suasana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun