Mohon tunggu...
ISJET @iskandarjet
ISJET @iskandarjet Mohon Tunggu... Administrasi - Storyteller

Follow @iskandarjet on all social media platform. Learn how to write at www.iskandarjet.com. #katajet. #ayonulis. Anak Betawi. Alumni @PMGontor, @uinjkt dan @StateIVLP. Penjelajah kota-kota dunia: Makkah, Madinah, Tokyo, Hong Kong, Kuala Lumpur, Langkawi, Putrajaya, Washington DC, Alexandria (VA), New York City, Milwaukee, Salt Lake City, San Francisco, Phuket, Singapore, Rio de Janeiro, Sao Paulo, Dubai, Bangkok.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama featured

Ssst... Twitter dan Tumblr Banyak Pornonya Loh.. (Jangan Diam Saja)

17 September 2015   11:17 Diperbarui: 6 Maret 2018   10:50 8429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak terlalu sulit mendefinisikan pornografi. Pornografi pun tidak sekedar diartikan dalam konteks gambar atau visual. Tapi juga dalam bentuk penggambaran atau visualisasi. “Bahan bacaan yang dengan sengaja dan semata- mata dirancang untuk membangkitkan nafsu birahi dalam seks” juga masuk dalam definisi pornografi.

Tapi di sini saya ingin fokus membicarakan seputar visual (foto, video) yang nampak jelas gambar cabulnya. Dan konten ini dengan bebas pindah tempat dari media-online-mainstream ke media sosial.

Media-online-mainstream yang saya maksud tentu bukan koran atau majalah yang dionlinekan (seperti yang lazim saya ulas di sekian banyak bahasan media sosial sebelumnya). Lantas apa yang mainstream dari online? Tentu saja sebuah website yang kontennya hanya bisa dikelola oleh pemiliknya.

Perpindahan atau shifting konten porno dari website ke media sosial sudah berlangsung lama. Persisnya sudah ada sejak Twitter, Facebook sampai Tumblr hadir. Di Youtube dan Vimeo, dua platform berbagi video terkemuka, konten porno juga sempat mewabah. Termasuk di Indonesia sendiri, sebuah forum online menjadi begitu terkenal karena pada mulanya hadir dengan suguhan konten-konten sejenis.

Konten porno memang menjadi daya tarik yang menggairahkan. Terlebih mayoritas netizen adalah anak-anak muda usia sekolah yang loyal menghamburkan paket data lantaran mereka tinggal menunggu suntikan pulsa dari orang tua. Porno laksana permen yang membahayakan buat kelompok ini.

Nah, sebagai orang tua, sadarkah kita bahwa uang yang kita berikan untuk anak justru digunakan untuk menikmati konten yang belum waktunya mereka nikmati?

Dulu, kita sempat heboh dan gusar ketika Menkominfo Sembiring memblokir Tumblr dengan alasan pornografi. Setelah diprotes dan diprotes, akhirnya blokiran dibuka. Salahkah langkah pemerintah? Sama sekali tidak. Karena konten porno memang berserakan di Tumblr—dan dengan mudah ditemukan oleh anak-anak kita.

Sesungguhnya, sampai detik ini pun, Anda sebagai orang tua dapat dengan mudah menemukan konten-konten porno di Twitter. Googling saja kata kunci ‘twitter sex’, “tumblr sex” atau padukan kata kunci seputaran seks dengansatu dari kedua jejaring blog tadi. Dalam sekejap, akan tersedia banyak pilihan akun di Twitter yang memang dibuat hanya  untuk menyebarkan konten-konten porno. Dan konten yang diedarkan di sini adalah kategori biru sebiru-birunya—bukan sekedar konten-semi pemancing cabul atau konten seksi perangsang hasrat.

Penyebar konten tidak hanya produsen porno tapi juga bintang-bintang porno yang menjadikan media sosial sebagai media promosi terbuka. Maka ekses dari hadirnya para pelaku pornoaksi ini adalah munculnya banyak kasus penipuan yang berujung pada pemerkosaan dan perdagangan manusia--yang korban empuknya juga netizen usia muda.

Parahnya Twitter, konten-konten itu bisa dinikmati bahkan tanpa harus Masuk (Login) Twitter! Untuk konten berupa foto memang ada pemblokiran yang bisa disesuaikan setelah Anda Masuk. Tapi untuk konten berupa video, gambar bergerak GIF dan konten dari Vine, semua bisa dinikmati dengan asiknya!

Bagaimana dengan Youtube? Televisi online dengan konten terbanyak di dunia ini saya lihat sudah lama bersih-bersih konten dan akun porno. Hanya konten-semi saja yang masih dibolehkan tayang dan ditonton. Yang biru-biru seperti berserakan di Tumblr dan Twitter sudah sulit ditemukan.

Facebook pun setahu saya sudah menerapkan aturan ketat seputar pornografi dan memberikan kemudahan untuk pengguna dalam melaporkan konten porno yang beredar di jejaring sosial terbesar di bumi ini.

Tapi langkah strategis dalam rangka memerangi konten porno di media sosial sudah mendesak dilakukan  terhadap semua medsos yang bisa diakses di tanah air.

Lalu mungkin Anda akan bertanya-tanya, mengapa blokir atas Tumblr dicabut?

Jawabannya, karena Tumblr adalah media sosial!

Trus kenapa Twitter malah tidak pernah diblokir?

Jawabannya sama: karena Twitter adalah media sosial!

Yup, di sinilah letak kecerdasan para produsen dan bintang film porno. Sekaligus letak ketidakcerdasan para pengawas konten di internet (termasuk pemerintah, termasuk guru dan dosen, termasuk para orang tua).

Bagi para produsen porno, media sosial adalah saluran. Sebuah media massa yang kapasitas jangkauannya sudah jauh melebihi media lain seperti website, televisi, majalah atau pun buku. Sementara kita, menganggap media sosial hanya sebuah website belaka. Pemerintah juga masih berkutat memblokir website porno tapi membiarkan konten porno di media sosial.

Bagi anak-anak pun, media sosial merupakan saluran, bahkan satu-satunya media yang mereka butuhkan setiap hari. Mereka bahkan tidak mengenal www karena setiap hari hanya menekan satu ikon aplikasi di ponsel pintarnya. Dan begitu mengakses media sosial, mereka dapat dengan mudah menemukan apa pun, termasuk konten porno.

Dan hebatnya, begitu satu orang anak remaja menemukan konten porno, teman sejawatnya bisa dengan mudah bertemu konten yang sama. Karena teknologi di dalamnya memungkinkan para pengguna hanya menemukan konten yang ‘gue banget’ alias personal. Hanya bertemu dengan konten milik temannya. Atau konten sejenis yang mereka nikmati sebelumnya. Atau konten heboh yang sedang digandrungi dalam jejaringnya.

Yang saya maksud dengan konten adalah semua: teks, foto, video, film, foto profil, foto sampul, pokoknya apapun yang muncul di layar ponsel mereka.

Nah, dengan memaklumi kondisi di atas, semestinya pemerintah sudah harus bergerak cepat. Lembaga sensor tidak bisa hanya memblokir situs ini situs itu. Mereka harus menemukan cara agar bisa segera memberangus konten porno di media sosial dan memblokir akun-akun penyebar pornografi.

Kalau mentok, ya apa boleh buat, media sosial itu harus diblokir, sebagai peringatan untuk pemiliknya agar segera membereskan konten-konten di dalamnya. Toh sekarang semua pemilik media sosial terkemuka mulai dari Youtube, Facebook sampai Twitter sudah hadir di tanah air.

Mengapa mereka buka kantor di sini? Karena Indonesia pasarnya besar, Bung! Makanya mumpung pasar kita seksi di mata mereka, yuk naikkan posisi tawar agar kita tetap bisa melindungi anak-anak dari konten porno yang menyebar di media sosial yang mereka buat.

Jangan terlena hanya menyensor website-website porno dan putus asa menghadapi serbuan porno lewat media sosial, khususnya Twitter dan Tumblr. Kalau sungguh-sungguh, pasti ada cara agar dua media sosial itu bisa tetap diakses dari Indonesia tapi juga terbebas dari konten porno.

Kalau memang tidak ada lagi jalan untuk memblokir konten porno di dalamnya, masyarakat Indonesia harus mendukung langkah pemerintah menutup rapat-rapat akses ke media sosial yang membebaskan konten porno beredar di dalamnya. Toh ini bisa jadi pemantik buat anak bangsa membuat media sosial yang lebih sehat—persis seperti Cina yang dengan hebat membangun jejaring sosial sendiri karena punya modal penduduk populasi yang besar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun