Artikel dipilih dengan mempertimbangkan keaslian cerita, akurasi dan aktualitas konten. Penulis yang masuk ke Freez juga diharuskan sudah memverifikasi akunnya, untuk menghindari adanya penulis anonim dan demi menjaga kredibilitas konten.Â
Artikel-artikel yang dipilih itu kemudian diedit untuk keperluan cetak, sehingga apa yang ditulis oleh warga di Kompasiana boleh jadi berbeda dengan apa yang dimuat di Kompas. Pengeditan dilakukan tidak hanya untuk menyesuaikan kapasitas halaman, tapi juga untuk menyamakan gaya penulisan.Â
Selain itu, verifikasi konten tak jarang dilakukan dengan menghubungi penulisnya baik lewat telepon, layanan pesan Kompasiana maupun email.Â
Ke depan, Kompasiana akan mengembangkan pengelolaan konten model Freez ini ke dalam bentuk majalah, buku dan sebagainya. Hal ini dimungkinkan, mengingat banyaknya konten berkualitas yang ditulis masyarakat di Kompasiana.Â
Begitulah sekilas isi dapur Kompasiana Freez. Semua proses itu dilakukan dengan semangat memberi apresiasi bagi para Kompasianer, sekaligus memancing gairah menulis di kalangan pembaca Kompas.Â
Karena di era media sosial, pembaca koran bukan sekedar pembaca. Mereka adalah hadirin (audience) yang bisa diajak terlibat dalam interaksi multi-arah. Bahkan, mereka sudah berubah wujud menjadi pembuat berita. Yang saya maksud mereka adalah: Anda semua!Â
ISKANDAR ZULKARNAENÂ
Editor dan Pengelola KompasianaÂ
Catatan:Â Tulisan di atas dimuat pertama kali di Kompasiana Freez edisi ke-100, Harian Kompas, Rabu (26/6/2013).Â
Ikuti iskandarjet di Kompasiana, Facebook, Instagram dan Twitter.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H