Berikut perbandingan lengkapnya:
- Berita Kunjungan Komisi 8: 144 ribu pembaca, 280 komentar, 30 bintang, 3500 penyebar Twitter dan 21 ribu penyebar Facebook.
- Berita Bayi BlackBerry: 325 ribu pembaca, 196 komentar, 10 bintang, 188 penyebar Twitter dan 6900 penyebar Facebook.
Jawaban dari pertanyaan di atas sebenarnya ada pada perangkat canggih warna hitam (yang belakangan ikut latah mengeluarkan versi warna putih) bernama BlackBerry. Berita Didi Rul memang lebih seksi dan diminati tipi, tapi tidak mengandung BlackBerry. Sedangkan berita Titi tidak berkembang liar di koran atau tipi, tapi menyentuh rasa kemanusiaan dan berhubungan erat dengan BlackBerry (dan penggunanya).
Cerita Titi secara kasat mata melibatkan para pengguna BlackBerry. Bahkan ia tak segan-segan mendedikasikan tulisannya untuk para pengguna BlackBerry, agar mereka tidak terbuai dengan kotak ajaib itu dan mengabaikan lingkungan di sekitarnya. Itulah yang menyebabkannya menyebar dengan sangat cepat dari satu perangkat ke perangkat berikut. Dari satu kelompok BBM ke jejaring BBM lainnya. Begitu mendapatkan berita dan tautannya, pengguna BlackBerry segera membukanya, membacanya, geleng-geleng kepala, lalu kembali ke aplikasi BBM untuk menyebarkannya ke pengguna BlackBerry lain.
Begitu seterusnya.
Dengan adanya penyebaran secara mobile seperti ini, perbandingan angka-angka yang saya sajikan tadi akan lebih mudah untuk dipahami.
Karena berita itu diterima dan disebarkan lewat telepon genggam, para pembaca tulisan Titi hanya sempat membaca. Mereka tidak sempat (atau tidak bisa memberi komentar). Apalagi memberi bintang ataupun menggunakan fitur berbagi konten yang disediakan Facebook dan Twitter.
Di luar angka pembaca, angka-angka yang dihasilkan di atribut tulisan lainnya dapat dipastikan hanya berasal dari pembaca desktop yang menikmati tulisan tersebut lewat komputer. Hal ini berbeda dengan pola yang terjadi di tulisan Didi, di mana mayoritas pembacanya adalah warga Internet yang berselancar lewat komputer pribadi.
Jadi kesimpulannya, untuk konteks pengguna Internet dan penikmat media sosial di Indonesia, penyebaran konten lewat BlackBerry dapat berlangsung lebih cepat dan berdampak lebih hebat dibandingkan penyebaran lewat perangkat dan media sosial lain. Bahkan gabungan sekian banyak media mainstream pun tak mampu mengalahkan kekuatan komunitas yang ada di BlackBerry.
Atau kurang lebih seperti itulah faktanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H