Pengalaman positif yang diungkapkan beberapa Kompasianer di atas tidak sekedar mengonfirmasi kualitas konten yang beredar di Kompasiana, tapi juga menghadirkan satu fenomena baru yang menarik untuk dicermati: Betapa konten yang ditayangkan Kompasianer dalam bentuk tulisan dibaca, dipantau dan dicari oleh banyak pengguna Internet dari beragam kalangan.
Beragam kalangan yang saya maksud bisa jadi pelajar yang sedang menulis makalah, mahasiswa yang sedang menyusun skripsi, akademisi yang sedang melakukan penelitian, dosen, manager, direktur, konsultan, pengamat, politisi, bahkan orang nomor satu negeri ini boleh jadi ikut mengikuti perkembangan konten di media warga ini. Saat mereka ingin mencari sebuah konten, mereka cukup memasukkan kata kunci di kotak pencarian Google, maka muncullah tulisan-tulisan Kompasianer, yang semuanya merupakan konten utuh, bukan sekedar percakapan singkat atau kicauan belaka.
Kompasianer memang tidak pernah bisa menduga siapa yang membaca tulisannya. Tapi karena media sosial ini bersifat terbuka (bukan berjejaring seperti Facebook), siapapun memiliki akses terhadap semua konten yang berseliweran di dalamnya. Bisa jadi hanya teman biasa. Atau saudara jauh yang kisahnya sedang disajikan ke pembaca. Atau pihak perusahaan yang sedang dikeluhkan pelayanannya (seperti yang pernah dialami oleh Pipit Senja yang mengeluhkan pelayanan Bank Mandiri, lalu mendapat tanggapan langsung dari Media Relations - Corporate Secretary Bank Mandiri).
Dalam tingkat-khayal-tinggi, boleh jadi saat ini ada seorang putri konglomerat super kaya yang sedang mencari calon suami lewat tulisan yang ditayangkan di dunia maya.
Siapa tahu?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H