Namun makna jauh ini sejalan dengan hadis: “Shalat malam itu dua rakaat, dua rakaat.”
Jadi perkataan Imam Shon'ani menyebut : Rasulullah sholat empat rakaat, memiliki makna dlohir sebagaimana, yang bisa dipahami langsung dari perkataan dhor hadits, karena jelas sekali maksudnya, tidak memerlukan pengertian lain seperti ayat ini
وَأَحَلَّ اللهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا ... البقرة [2]: 275.
Dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba… (QS. Al-Baqarah, 2:275) . Nyata sekali dlohir ayat tersebut menyebutkan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba, sehingga tidak memerlukan penjelasan, ribanya begini dan begitu , dan yang begitu tidak haram, misalnya. Cukup dengan membaca dhohirnya saja, terbukti sekali kalau "Riba haram" dengan segala jenisnya. sama dengan hadits Aisyah tersebut yang mengangkat tema 4-4-3, cukup jelas tidaklah memerlukan dalil lain untuk menafsirkannya sebagaimana kaidah fiqih yang menyebutkan :
الظَّاهِرُ هُوَ اللَّفْظُ الَّذِي يَدُلُّ عَلَى مَعْنَاهُ دِلاَلَةً وَاضِحَةً بِحَيْثُ لاَ يَتَوَقَّفُ فَهْمُ المُرَادِ مِنْهُ عَلَى قَرِيْنَةٍ خَارِجِيَّةٍ.
Zhâhir ialah suatu lafaz yang menunjukkan kepada pengertian yang jelas tanpa memerlukan penjelasan dari luar. (Ushûl al- Fiqh al-Islâmî, Zakî al-Dîn Sya‘bân, hlm. 341..lafadz Aisyah itu jelas tidak memerlukan lagi qarinah untuk menjelaskan maksud hadits.
Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Umar Bazmuul hafidhahullah berkata :
يشرع للمسلم أن يوتر بإحدى عشرة ركعة ، ويصليها على صفتين :
الأولى : أن يصلي مثنى مثنى عشر ركعات ثم يوتر بواحدة .
الثاني : أن يصلي أربعاً أربعاً ثم يصلي ثلاثاً.
“Disyari’atkan bagi muslim untuk shalat witir 11 raka’at, yang dapat dilakukan dengan dua sifat : (1) shalat dua raka’at dua raka’at sebanyak 10 raka’at, lalu shalat witir satu raka’at; (2) shalat empat raka’at empat raka’at, lalu shalat witir 3 raka’at”……. Lalu beliau menyebutkan hadits ‘Aaisyah di atas [Bughyatul-Mutathawwi’, hal. 60-61].