Mohon tunggu...
Iskandar Mutalib
Iskandar Mutalib Mohon Tunggu... Penulis - Pewarta

Pengabdi Ilmu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Nama Hanyalah Nama

10 Agustus 2019   22:03 Diperbarui: 10 Agustus 2019   22:13 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Eneng yang sejak tadi menyimak percakapan Fitri dan Rojak dengan seksama tersenyum mendapat pertanyaan tersebut.

Aku terlahir dari orangtua suku Sunda. Eneng merupakan panggilan kesayangan bagi anak perempuan. Nama itu sengaja dikasih ke namaku dengan harapan semua orang di kampung ini sayang sama Eneng.

"Alhamdulillah, sampai saat ini semua masih sayang Eneng," ucapnya.

"Kalau kamu bagaimana Tuju," tanya Eneng.

Aku diam tak tau menjawab apa. Pertanyaan itu bagai pisau tajam yang ditusukan ke hulu hati. Lidahku kelu. Otakku tak mampu bekerja cepat. Aku tertunduk semakin dalam. Walau aku akhirnya menjawab terbata-bata.

Namaku Tuju Asa Kelam. Jujur aku tak tahu kenapa nenekku memberi nama itu. Yang pasti setiap kali nenekku marah semua nama-nama binatang dilontarkan ke arahku. Babi, anjing busuk, kucing garong, ular piton, bangsat, kecoa, bangkai kurap dan masih banyak lagi.

"Aku sempat berpikir kalau namaku memiliki arti segala jenis binatang itu. Tapi ibuku melarang aku berpikir seperti itu. Buatnya nama adalah nama, hanya pembeda anak yang satu dengan anak lainnya, manusia satu dengan manusia lainnya," tuturnya.

Nenek, lanjut ku, akan murka jika aku bertanya dimana bapak, kemana bapak, siapa namanya, dimana keluarganya. Ibu hanya bisa menangis kalau nenek mulai mengeluarkan sumpah serapah kearahku.

"Ibu selalu berpesan tak usah menanyakan bapak. Ia dan nenek akan menjagaku dengan baik. Bapak ya bapak, tak bisa tergantikan. Tapi untuk saat ini lupakan" katanya.

Jadi, sambung Tuju, aku tidak bisa menjelaskan arti nama Tuju Asa Kelam. Apalagi doa dan harapan yang terkandung di dalam nama ini.

"Mungkin binatang, cacian, omelan dan banyak lagi kata yang lainnya," tuturnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun