Mohon tunggu...
Iskandar Gumay
Iskandar Gumay Mohon Tunggu... Lainnya - Pecinta Kopi

Let's Talk With Hearts

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Khilafah Islam, Khilafah Cinta dan Kasih Sayang, Bukan Khilafah Kebencian

29 Januari 2021   05:35 Diperbarui: 29 Januari 2021   20:44 1073
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : www.alislam.org

Khilafah saat ini menjadi momok bagi sebagian masyarakat dunia. Kehadirannya dinilai identik dengan unsur radikalisme dan terorisme, terlebih Khilafah selalu berorientasi pada tujuan politik yang lekat dengan perebutan teritori dan kekuasaan. Hal-hal inilah yang menyebabkan beberapa negara bersikap antipati terhadap kelompok yang menyuarakan Khilafah.

Padahal dalam sejarahnya, Khilafah sangat lekat dengan nuansa rohani sebagaimana telah ditunjukan oleh Khilafah Rasyidah. Namun setelahnya sistem Khilafah berubah drastis menjadi sistem Kerajaan yang lekat dengan kepentingan politik dan perebutan kekuasaan. Dan setelah melewati masa ribuan tahun, sistem Khilafah ini runtuh lalu punah, dan umat Islam harus menelan pil pahit hidup tanpa memiliki Khilafah.

Hari ini, kesadaran umat Islam tengah bangkit, di mana sebagian besar umat Islam ingin hidup kembali dalam keberkatan Khilafah, karena Khilafah telah terbukti menghadirkan kemuliaan dalam berbagai lini kehidupan. Bahkan lebih dari itu, umat Islam saat ini bercita-cita untuk menguasai dunia dengan Khilafah.

Khilafah Tidak Runtuh

Sebenarnya, sistem Khilafah dalam Islam tidaklah runtuh apalagi punah, karena pada tahun 1908 Jamaah Ahmadiyah telah berhasil mendirikannya. Khilafah ini berdiri diawali dengan kebangkitan seorang Utusan Allah Swt., yakni Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad (as). Beliau adalah Imam Mahdi dan Al-Masih yang dijanjikan oleh Rasulullah (saw). Beliau hadir dengan misi untuk melanjutkan risalah Nabi Muhammad SAW. di akhir zaman ini, yakni memenangkan agama Islam di atas semua agama.

Proses berdirinya Khilafah Ahmadiyah memiliki kesamaan dengan berdirinya Khilafah Rasyidah. yakni sama-sama tegak di atas jalan kenabian atau Khilafah 'Alaa Minhaajin Nubuwwah. Khilafah ini diawali dengan kebangkitan seorang utusan Allah, kemudian tatkala sang utusan wafat, maka Khalifah dipilih melalui lembaga musyawarah. 

Dan yang paling penting, tujuan dari kedua Khilafah tersebut adalah sama, yakni bercorak rohani bukan politis. Khilafah ini tidak membutuhkan teritori, kekuasaan dan Negara. Karena wilayahnya berada dihati manusia yang berada di seluruh dunia tanpa mengenal batas negara. 

Perjuangan Khilafah Ahmadiyah berfokus pada nilai rohani, perbaikan akidah, penyempurnaan ibadah dan penguatan akhlak secara utuh. Khilafah ini memperjuangkan setiap hamba dekat dengan Allah Swt, lalu berkhidmat terhadap sesama. Khilafah ini berupaya membangun persatuan umat Islam dalam satu Jamaah dengan satu pemimpin. 

Khilafah ini pun menghidupkan kembali sistem ekonomi Islam yang pro keadilan, melalui sistem pengorbanan harta, bahkan Khilafah ini secara aktif membangkitkan penguasaan ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta membangun peradaban yang mulia sesuai dengan ajaran Yang Mulia Rasulullah saw.

Khilafah dan Jihad

Khilafah ini bangkit dalam jihad mensejahterakan dan menyehatkan umat manusia melalui pendirian sejumlah sekolah dan rumah sakit di berbagai pelosok negara. Mengirimkan guru-guru dan dokter-dokter sukarelawan ke seluruh penjuru dunia, hal ini semata-mata untuk mengkhidmati nilai kemanusiaan. 

Khilafah Ahmadiyah berfokus dalam 'membumikan' cinta dan kasih sayang, karena kedua hal tersebut menjadi pijakan manusia dalam kehidupan dan menjadi sarat kebahagiaan.

Tidak dipungkiri bahwa saat ini semangat cinta dan kasih sayang tengah terdistrosi di antara sesama manusia, sehingga penderitaan dan kesedihan manusia semakin luas terjadi di muka bumi. Cinta dan kasih sayang sejatinya merupakan 'wujud' yang hadir bersamaan dengan terlahirnya manusia ke muka bumi, ia hadir sebagai 'cetak biru' yang ditakdirkan oleh Allah Swt dan sebagai tanda bawaan yang mustahil lenyap serta akan selalu menjadi ciri khas yang kekal abadi. Jika sifat khas tersebut terdistorsi secara sistematis, berarti dunia tengah mengalami krisis dan darurat nilai kemanusiaan, dan tentunya harus ada gerakan revolusi untuk menghidupkannya kembali melalui konsep Khilafah yang benar.

Revolusi melalui konsep Khilafah yang dimaksud adalah revolusi nilai-nilai rohani, mengingat revolusi yang bersifat jasmani dalam beberapa kasus justru telah gagal menghadirkan cinta dan kasih sayang malah menghadirkan rasa was-was, khawatir dan rasa takut dalam menyongsong masa depan. 

Gerakan revolusi rohani ini diawali dengan pembaruan nilai-nilai Tauhid yang menuntut maut dan taubat. Maut yang dimaksud adalah kematian terhadap nafsu dan cinta dunia, karena faktanya memperturutkan hawa nafsu dan cinta dunia membawa manusia pada permusuhan dan peperangan.

Revolusi rohani melalui konsep Khilafah ini pun menuntut taubat, dalam artian bahwa manusia harus berkomitmen secara sungguh-sungguh untuk kembali kepada perintah Allah Swt, bersatu padu dengan kehendak-Nya, manunggal dalam kemuliaan-Nya lalu menyatakan janji setia di hadapan-Nya. Melalui tahapan ini manusia bak terlahir kembali, menjadi pribadi yang penuh dengan kelembutan hati, belas kasih, sabar, pemaaf dan memiliki pancaran kasih sayang Allah Swt.

Tahapan selanjutnya dalam revolusi ini terkait dengan hubungan antar sesama manusia. Dalam tahapan ini, Khilafah Ahmadiyah berpandangan bahwa manusia mustahil memperoleh kwalitas revolusi rohani jika tidak mengikuti dan berpegang teguh kepada ajaran Yang Mulia Rasulullah saw. karena beliau adalah contoh paripurna dalam memperlakukan sesama manusia, beliau mengamalkan kasih sayangnya melalui pengkhidmatan sejati dengan dasar pengakuan persamaan nilai, menegakkan keadilan dan memberikan ihsan.  

Rasulullah saw. tidak pernah membeda-bedakan satu manusia dengan yang lainnya, apapun warna kulitnya, bangsanya, bahasanya dan agamanya. Sikap ini melenyapkan kecenderungan sikap monopoli kemuliaan, kebenaran dan keselamatan. Yang tercipta justru semangat menyayangi orang lain, sikap toleransi, tidak membenci siapapun dan inilah ruh dari perdamaian sejati yang disebarkan Khilafah Ahmadiyah, yakni 'Kasih sayang untuk semuanya, Tiada kebencian bagi siapapun.'

Khilafah dan Kasih Sayang

Konsep Islam dalam kategori cinta dan kasih sayang inilah yang dikembangkan oleh Khilafah Ahmadiyah di seluruh dunia melalui satu komando Khalifah Ahmadiyah saat ini, yakni Hz. Mirza Masroor Ahmad (aba). 

Dengan motto "Love for all hatred for none" (Kasih sayang untuk semuanya, Kebencian tidak bagi siapapun), Khilafah Ahmadiyah membangun kasih sayang sebagai gambaran kecintaan universal ajaran Islam yang rahmatan lil alamin, yang mengajarkan kita untuk selalu hidup dengan cinta kasih, harmoni dan rendah-hati. 

Dan dengan karunia Allah Swt. saat ini Ahmadiyah telah hadir di lebih 200 negara dunia. Hidup dengan damai dan terus berkontribusi membangun negara dimana pun berada. Hal ini terjadi karena Khilafah Ahmadiyah berakidah bahwa cinta terhadap negara adalah bagian dari keimanan.

Khilafah Ahmadiyah semenjak awal berdirinya telah meninggalkan secara total konsep penyatuan antara agama dan negara, sehingga sampai kapan pun tidak akan pernah memiliki cita-cita dan upaya untuk mengganti ideologi negara manapun atau mendirikan suatu Negara dan pemerintahan. Di mana pun orang Ahmadiyah berada, dia akan taat pada hukum nasional negara tersebut bahkan dengan penuh tanggung-jawab akan selalu ikut berjuang membangunnya.

Melalui pemahaman atas konsep Khilafah yang benar, para Ahmadi di berbagai tempat telah menunjukan bukti loyalitas terhadap negaranya masing-masing. Sebagai contoh di Pakistan, Sir Muhammad Zafrullah Khan seorang Ahmadi yang berkhidmat sebagai Menteri Luar Negeri pertama Pakistan dan Professor Abdus-Salam sebagai Ilmuwan muslim pertama peraih Nobel di bidang Fisika. Demikian pula di Indonesia, Tuan Sayyid Sah Muhammad yang menjadi salah satu pahlawan kemerdekaan, Arif Rahman Hakim yang dikenal sebagai Pahlawan Ampera dan beberapa Ahmadi lainnya yang berdedikasi terhadap NKRI.

Khilafah dan NKRI

Selain itu Khilafah Ahmadiyah pun sangat kental menyertai perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Melalui seruan Khalifah Ahmadiyah yang ke-2, Hz. Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad (ra). para Ahmadi di seluruh dunia dihimbau untuk menjalankan program rohani, yakni berdoa secara khusyu selama dua bulan yang disertai puasa Sunnah senin-kamis untuk mendukung Indonesia meraih kemerdekaannya, hal ini benar-benar menjadi kekuatan bagi kemerdekaan Indonesia saat itu.

Saat ini pun, Khilafah Ahmadiyah tetap memberikan 'warna-warni' indahnya untuk bangsa dan negara Indonesia, khususnya dengan memberikan pencerahan bagi para Ahmadi untuk semangat dalam mengisi kemerdekaan NKRI. Semoga warna indah ini meraih ridho dan keberkahan dari Allah Swt. Aamiin.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun