Ini sekadar berbagi pengalaman tentang ibadah haji dan oleh-2 .
Sudah jadi perjanjian tidak tertulis setiap ada saudara yang berangkat kemanapun , selain ucapan selamat iringi dengan embel-2, “ oleh nya jangan lupa dong “.
Kayaknya ucapan ini juga disampaikan pada saudara-2 Â , handai tolan yang berangkat beribadah haji.
Dalam kondisi perjalanan normal saja , faktor oleh-2 sudah jadi beban atau masaalah. Jumlah bagasi sangat terbatas, apalagi penerbangan murah meriah. Lebih sedikit saja sudah harus bayar.
Kadang pengharapan terhadap oleh-2 ini berlebihan, sehingga menyita pikiran, tenaga dan tentu dana.
Bagaimana dengan berhaji atau berumroh.
Ibadahnya sendiri sudah berat ,kondisi disana juga bukan nyaman , apalagi ditambah dengan tugas yang tidak tertulis, nyari pesanan saudara, mertua, ipar , teman sekantor . Sungguh pusing. Mana waktu untuk khusuk beribadah .
Pengalaman penulis sendiri menunai ibadah haji tahun 1997 dan umroh tahun 1999 dan 2012.
Hari pertama kita di Madinah , setiap hari kita dibawa Ziarah keberbagi tempat. Dan setiap akhir tour dibawa ke daerah pertokoan. Untuk belanja. Kalau Madinah kayaknya wajib ketempat pusat-2 atau kebon kurma. Memang mengiurkan berjenis-2 kurma dipamerkan.
Disini bermula  nafsu beli. Melihat orang ramai saling berebut, ikut berebut. Murah, enak, tidak ada ditempat lain, macam-2 variasinya.
Tanpa pikir panjang 5 kg kurma dibeli , nanti untuk dibagi-2 kalau pulang.
Apa yang sebenar terjadi, 5 kg bagasi anda bertambah , kalau datang dengan bagasi max . umpama 20 kg , berarti 5kg baju anda harus ditinggal atau bayar overweight 5g.
Saya lihat di Madinah saja , sudah banyak koper-2 yang sudah hamil.
Kemudian diteruskan ke Mekkah . Disini godaan lebih hebat lagi. Sebetulnya bukan cuma godaan , tapi tantangan lebih hebat. Umpama tempat tinggal jauh dari Mesjidil Haram , harus tunggu naik bus. Kadang tidak bisa sholat lima waktu di Mesjid yang didambakan itu, dengan segala bonus pahalanya. Namun untuk shopping ada waktu.
Di Mekkah godaannya , adalah karpet, sajadah. Dahulu waktu masih ada Pasang Seng, hampir didominasi jemaah Indonesia. Pendagangnya juga sudah fasih bahasa Indonesia, paling kurang hitung-2 an dia mengerti.
Hampir tidak ada pembeli dari Indonesia yang menanyakan, atau memperhitungkan berat karpet-2 itu berapa , atau masih  berapa kg ruang tersisa  bagasinya. Atau berapa ongkos yang harus dibayar untuk overweight karpet-2 itu.
Disini koper-2 tidak hamil lagi tapi sudah beranak pinak.
Persoalan berikut muncul waktu haji mau selesai . Bagaimana nasib barang -2 tersebut. Disini  mulai perang dengan airline, Garuda paling pertama jadi sasaran tembak . Tidak tenggang rasa, orang beribadah kok dipersulit.
Mungkin pembaca tidak percaya, waktu rombongan saya tahun 1997 , ada jemaah yang mencoba bawa tabung gas ukuran kecil dimasukin didalam koper.
Saya punya seoang teman , yang berangkat sendiri . Dia tidak pernah tergoda beli apapun, dia pulang tanpa bawa oleh-2 apapun. Dia hanya khusuk beribadah dan dalam perjalanan dia santai , tidak direpotkan oleh barang-2. Apa yang bawa pergi ,itu juga yang dibawa pulang.
Diakhir tulisan ini saya mengucapkan;
OLEH-2 NYA TOLONG DILUPAKAN
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H