Mohon tunggu...
Isharyanto Ciptowiyono
Isharyanto Ciptowiyono Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Pencari Pengetahuan

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Konflik Identitas Di Sri Lanka

6 April 2014   04:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:01 2354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada tahun 1972, di bawah situasi darurat, pemerintah menetapkan konstitusi etnis sebagaimana pernah dirancang oleh Inggris. Tetapi penyusunan konstitusi itu sama sekali mengabaikan Tamil, lebih memberikan perlindungan kepada agama Budha, dan mengabaikan kelompok agama Hindu, Islam, dan Katolik (Devotta, 2009: 1026).

Faktor Eksternal

Faktor eksternal juga mempertajam konflik di Sri Lanka.


  1. Posisi Geografis


Posisi geografis Sri Lanka memberikan adil terhadap berkemnbangnya konflik. Letak negara yang  secara artifisial lemah dan mendorong terbentuknya negara gagal. Wilayah menjadi tempat berkumpulnya gerakan nasionalis tanpa mengindahkan aspirasi kenegaraan, sehingga memungkinkan pengaruh perbatasan masuk dan memberikan efek yang lebih luas (Dondelinger, 2010: 85). Nampaknya hal itu cocok untuk keadaan Sri Lanka yang di wilayah Asia Selatan kebanyakan bercokol negara-negara bekas jajahan Inggris dan memperoleh kemerdekaan pada abad ke-20. Gerakan etnis dan nasionalis dimulai dari terbentuknya India dan Pakistan. Pemisahan wilayah timur Pakistan menjadi Bangladesh (1971) memberikan dorongan bagi Tamil. Sebagai akibatnya, LTTE tumbuh menjadi organisasi perlawanan yang keras pada 1972 dan menuntut pemisahan diri.


  1. Dukungan Eksternal


Faktor India

India menjalankan peran khusus sepanjang terjadinya konflik. Kebanyakan etnis Tamil adalah warganegara India dan mereka menyeleraskan diri dengan etnis serupa di negara bagian Tamil Nadu yang menekan pemerintah India untuk terlibat dalam konflik. India menerima imigran Tamil dan menyediakan bantuan kepada mereka. India berperan khusus dalam negosiasi perdamaian dan mengirimkan pasukan ke Sri Lanka (Zwier, 1998: 63-65).

Faktor Perantau Tamil

Para perantau etnis Tamil memiliki kedudukan khusus. Sesudah keributan anti Tamil meletus pada 1987, ribuan etnis Tamil pindah ke negara bagian Tamil Nadu dan banyak negara-negara Barat yang menerima sebagai pengungsi politik. Jumlah perantau ini mencapai 450 ribu hingga 500 ribu yang tersebar di 50 negara (Voorde, 2005: 191). Para perantau ini berperan menyediakan dana besar bagi gerakan Macan Tamil, bagian dari kelompok perlawanan yang paling militan. Dana itu mencapai tak kurang US$ 300 juta (Montlake, 2009: 12). Mereka mempersenjatai kelompok ini dan menghimpun kampanye propaganda. Mereka menyebarkan visi Macan Tamil ke seluruh penjuru dunia.


  1. Globalisasi dan Hak Menentukan Nasib Sendiri


Globalisasi juga memberikan peran yang signifikan. Dalam dunia global, LTTE semakin terorganisir. Misalnya, mereka meluncurkan situs internet. Internet dan telepon menghubungkan kelompok perlawanan ini dengan para perantau di luar negeri. Hak menentukan nasib sendiri dalam hukum internasional juga memotiviasi kelompok perlawanan ini (Whall, 1995: 123). Atas nama hak menentukan nasib sendiri, mereka menginginkan otonomi dan kemudian membentuk negara sendiri yang mencakup daerah di kawasan utara dan timur, yang mayoritas dikendalikan oleh etnis berbahasa Tamil (Whall, 1995: 133).

Faktor Katalis

Ini menjadi pemicu konflik tersendiri, di samping adanya peran menentukan secara internal dan eksternal. Faktor katalis menyangkut tekanan diantara kalangan etnis Tamil dan Sinhala sejak masa penjajahan Inggris, tetapi, tetap terpelihara setelah memperoleh kemerdekaan. Kebijakan atas dasar diskriminasi etnis tetap dipertahankan. Misalnya UU 1956 dan Konstitusi 1972, berakar dari kebencian terhadap etnis Tamil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun