panah asmara hatiku,
sudut korner pengayoman,
mengais - ngais hatiku,
secangkir teh manis meneteskan dahaga,
puik - puik kendaraan lalu lalang,
kasmaran dua pelipur lara,
senja - senja matahari di kota daeng,
kelas - kelas sosok belahan jiwa,
metropolitan nan mengusik hati,
wajah - wajah postmodernis,
ketuk -ketukan pelepuh hati,
tak menggoreskan risalah surgawi.
kupetik - petik dedaunan mawar,
kau tengadahkan kedua tanganmu,
intuisi - intuisiku berbicara isyarat hatimu,
bagai roman  - roman mahabrata,
engkau yang dulu penuh mendawai - dawai,
jika hatiku dan jika hatimu,
kulangkah dan melangkah,
sang pemilik senja pelipur lara,
dedikasiku dan sanubariku,
kubuka mata hatiku padamu.
tutup buka tentang kisahku,
senja dan senandung cinta,
buaian bukanlah bualan terpongah,
maaf, maaf, dan maaf,
tak pantas dimiliki dan dicinta,
tatkala asahku dan asahmu,
hanyalah sumpalan belaka,
berilah titik  - titik pada lampu lilin.
corner pengayoman, 19 september 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H