Mohon tunggu...
Isep Suprapto
Isep Suprapto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Pendidikan

Hobi : Menulis, Membaca, Jogging, Cycling, Baca Qur'an

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Upaya Membentuk Komunitas Praktisi/Belajar Guru Mulok AKPK pada PGP

28 Juli 2022   15:47 Diperbarui: 28 Juli 2022   15:51 846
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

 

                                       Upaya  Membentuk Komunitas Praktisi /Belajar Guru Mulok AKPK  Pada  Pendidikan Guru Penggerak 

Pendidikan karakter  adalah pendidikan yang dianggap sangat penting sejak dulu hingga sekarang dan khusus di Kabupaten Purwakarta, tidak tanggung-tanggung ada lima bunga pendidikan karakter yang telah booming  dan  berjalan saat ini yakni : Tujuh Poe Atikan, Sekolah Ramah Anak, Agama Keagamaan dan Pendalaman Kitab (AKPK), Pendidikan Anti Korupsi, dan Tatanen di Bale Atikan (TdBA).

Dari lima bunga pendidikan karakter Kabupaten Purwakarta yaitu  Agama Keagamaan dan Pendalaman Kitab (AKPK) yaitu pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan dalam mengamalkan ajaran agama untuk mempersiapkan peserta didik menjalankan peran dan fungsi kemanusiaan di muka bumi berdasarkan kitab suci atau sumber rujukan keberagamaannya. 

AKPK merupakan salah satu dari lima bunga pendidikan karakter yang dikembangkan di Kabupaten Purwakarta yang diharapkan mampu memperkuat pemahaman keagamaan yang bersumber dari kitab suci sesuai dengan agama dan keyakinan yang dianut peserta didik. 

Program ini dilaksanakan pada jenjang sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP). AKPK memiliki peran penting dalam upaya membangun karakter (charracter building) peserta didik menuju terbentuknya Profil Pelajar Pancasila. Profil Pelajar Pancasila merupakan perwujudan pelajar Indonesia sebagai pembelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila, dengan enam ciri utama; beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, berkebhinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.

Pelaksanaan program AKPK di sekolah bertujuan untuk:

1. Menumbuhkan kesadaran religious;

2. Meningkatkan pengetahuan agama dan keagamaan;

3. Membiasakan perilaku sesuai nilai dan tuntunan agama;

4. Meningkatkan kemampuan baca tulis kitab suci dan referensi

keagamaan yang dianut peserta didik;

5. Menguatkan toleransi antar umat beragama.

Adapun indikator keberhasilan AKPK

1. Tumbuhnya kesadaran relijius peserta didik;

2. Memperluas pengetahuan agama dan keagamaan peserta didik;

3. Berperilaku sesuai nilai dan tuntunan agama;

4. Meningkatnya kemampuan baca tulis kitab suci dan referensi

keagamaan;

5. Terciptanya kerukunan hidup antar umat beragama.

Saat  ini di kabupaten Purwakarta  sedang berlangsung Pendidikan Guru Penggerak angkatan 5. Seperti diketahui guru penggerak adalah  pemimpin pembelajaran yang mendorong tumbuh kembang murid secara holistik, aktif dan proaktif dalam mengembangkan pendidik lainnya untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat kepada murid, serta menjadi teladan dan agen transformasi ekosistem pendidikan untuk mewujudkan profil Pelajar Pancasila. Guru penggerak akan berperan untuk salahsatunya menggerakkan komunitas belajar untuk rekan guru di sekolah dan di wilayahnya. Untuk menjadi Guru Penggerak, guru harus mengikuti pendidikan guru penggerak selama 6 bulan.

Berbicara komunitas praktisi pada pendidikan guru penggerak adalah strategi pelengkap bagi pengembangan profesi yang berkelanjutan. Konsep Komunitas Praktisi sudah banyak diterapkan oleh berbagai profesi dan penting pula diterapkan oleh para aktor utama dalam pendidikan yaitu guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah. Istilah Komunitas Praktisi diperkenalkan oleh Etienne Wenger dalam bukunya Community of Practice. Ia  mengatakan komunitas praktisi ialah  "Sekelompok individu yang memiliki semangat dan kegelisahan yang sama tentang praktik yang mereka lakukan dan ingin melakukannya dengan lebih baik  dengan berinteraksi secara rutin" (Wenger, 2012). Praktik yang dimaksud bergantung pada konteks peran sehari-hari anggota komunitas praktisi. Praktik dalam komunitas praktisi guru dapat berupa praktik mengajar dan interaksi dengan murid atau orang tua.

Komunitas praktisi  bisa  mengedukasi anggota dengan mengumpulkan dan berbagi informasi yang berkaitan dengan masalah dan pertanyaan tentang praktik pengajaran dan pembelajaran,  memberi dukungan pada anggota melalui interaksi dan kolaborasi sesama anggota, mendampingi anggota untuk memulai dan mempertahankan pembelajaran mereka, mendorong anggota untuk menyebarkan capaian anggota melalui diskusi dan berbagi, mengintegrasikan  pembelajaran yang  didapatkan dengan pekerjaan sehari-hari.

Komunitas praktisi memberikan wadah bagi para guru untuk belajar dan berpartisipasi dalam pengembangan diri mereka. Interaksi dan dialog antara anggota komunitas dapat berupa berbagi kekhawatiran, masalah, dan praktik baik untuk mandiri dan berdaya memenuhi kebutuhan profesionalismenya. Maka, penting bagi  semua   anggota  komunitas  untuk berkontribusi dan memanfaatkan semua aktivitas di dalam komunitas.

omunitas  praktisi mempunyai potensi untuk :

1.         Membangun jejaring antar guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah dan rekan sejawatnya untuk memiliki kesempatan berinteraksi secara rutin. Para anggota yang datang dari latar belakang berbeda dapat bermanfaat bagi yang lain

2.         Memberikan ruang berbagi informasi, isu kontekstual, pengalaman pribadi yang dapat membangun pemahaman dan wawasan atas sebuah isu bersama

3.         Membangun dialog atau diskusi antar rekan sejawat yang dapat mengeksplorasi strategi dan solusi baru atas tantangan yang dihadapi dan saling mendukung dalam proses pengembangan diri

4.         Menstimulasi pembelajaran melalui komunikasi, mentoring, coaching dan reeksi diri

5.         Membagikan pengetahuan yang ada untuk  membantu  anggota  dalam  meningkatkan praktik mereka dengan menyediakan   forum  untuk mengidentikasi solusi untuk masalah umum dan proses untuk mengumpulkan dan mengevaluasi praktik terbaik.

6.         Memperkenalkan proses kolaboratif  kepada kelompok dan organisasi untuk mendorong gagasan dan pertukaran informasi

7.         Mendorong anggota komunitas untuk mengembangkan aksi nyata dengan hasil yang terukur

8.         Menghasilkan pengetahuan baru untuk membantu anggota mengubah praktik  mereka  untuk  mengakomodasi  perubahan kebutuhan dan teknologi.

Peran komunitas praktiksi yang cukup besar nilainya meningkatkan efisiensi penggunaan pengetahuan, membantu dalam pengembangan ide dan inovasi, serta memfasilitasi penciptaan metode pengajaran baru. Jika  proses pembelajaran yang diikuti guru dalam komunitas praktisi diharapkan memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap praktik mengajar yang dilakukan guru di kelas. Komunitas praktisi guru AKPK bisa berperan dalam meningkatkan proses penciptaan dan transfer pengetahuan pada siswa. Proses pembelajaran yang diikuti guru dalam komunitas  praktik diharapkan  bisa  memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap praktik mengajar yang dilakukan guru di kelas.

Dalam proses  pembentukannya  komunitas  praktisi   melalui 3 tahapan yaitu :

1.         Tahap Merintis adalah membuat ide dengan  membangun percakapan awal. Ide itu muncul jika di dorong atas keresahan yang terjadi. Misalnya dalam satu sekolah guru sangat kesulitan membuat media pembelajaran daring maupun luring karena kurangnya bimbingan dan skill maka akan menimbulkan ide baik yaitu membuat komunitas media pembelajaran. Langkah selanjutnya adalah menghadap kepala sekolah untuk mengutarakan ide yang ada dan merealisasikannya. Setelah langkah tersebut dilakukan dan kepala sekolah menyambut baik maka lakukan langkah selanjutnya yaitu  menemukan pengikut pertama. Pengikut pertama tidak harus dibangun melalui undangan dan pertemuan formal namun akan lebih baik jika hal tersebut dilakukan dengan percakapan ringan. Ajaklah rekan guru yang sekiranya mempunyai keresahan dan ide yang sama karena hal tersebut lebih mudah untuk memulai membentuk kelompok kecil. Langkah awal sangat menentukan berjalannya komunitas selanjutnya. Kenapa demikian? karena pada tahap merintis dan menemukan pengikut pertama tersebut terdapat pembangunan komitmen bersama, memiliki kemauan belajar yang kuat dan selanjutnya juga turut andil dalam menggerakkan komunitas praktisi. Langkah ketiga dalam tahap   merintis adalah membangun percakapan bermakna. Pada tahap ini sudah mulai mengerucut kedalam konsep komunitas yaitu `membekukan` ide yang abstrak secara bersama tersebut kedalam wujud yang bernama komunitas dengan memulai diskusi memetakan masalah dan rencana solusi yang bisa dilakukan bersama. Jangan lupa pada tahap awal ini juga buta kesepakatan membentuk komunitas praktis tersebut sebagai tempat belajar, bediskusi dan mengembangkan praktik baik. 

2.         Tahap Menumbuhkan. Pada tahap menumbuhkan, komunitas praktisi dapat menyebarluaskan pengetahuan dan praktik baik secara luas. Langkah awal dalam  tahap ini adalah  menyelenggarakan pertemuan rutin. Buatlah kesepakatan durasi pertemuan yang bertujuan menumbuhkan komitmen anggota apakah pertemuan dilakukan secara daring maupun luring. Pertemuan rutin memberikan kesempatan kepada para anggota komunitas untuk saling berbagi praktik baik yang dilakukan di sekolah maupun di ruang kelas. Pertemuan rutin juga sebaiknya mempunyai tema tertentu dan sesuai kebutuhan anggota atau menyesuaikan dengan konteks masalah yang ingin dipecahkan. Tahap kedua adalah mendorong dan  mendampingi  anggota komunitas  menerapkan hasil belajar. Dalam tahap ini secara bersama-sama dengan anggota menerapkan pembelajaran yang didapat dari komunitas belajar. Dalam prosesnya juga terdapat inovasi karena dalam penerapannya kadang muncul masalah yang harus dipecahkan saat itu juga maka muncullah ide secara terbesit untuk melakukan pembaruan. Hal yang tidak kalah penting adalah tahap terakhir dalam proses menumbuhkan yaitu  mendokumentasikan dan membagikan hasil  belajar . Selain mempertegas keberadaan komunitas yang telah terbentuk, dokumentasi  juga menjadi krusial pada titik evaluasi. Sesama anggota saling mengevaluasi  dari pertemuan yang telah berjalan dan memperbaiki celah kekurangan yang ditemukan. Dokumentasi disini dapat berbentuk tulisan, rekaman video atau audio. Selain eksistensi dan evaluasi dokumentasi juga dapat dijadikan menyebarkan secara luas tentang manfaat dan kegiatan komunitas yang dilakukan.

3.         Tahap merawat keberlanjutan. Pada tahap ini untuk memastikan proses baik yang sudah berjalan di dalam komunitas yang akan terus memberikan dampak positif bagi anggota komunitas dan murid walapun terjadi perubahan-perubahan situasi yang berkaitan dengan komunitas praktisi. Tahap awal dalam perawatan keberlanjutan adalah mengembangkan anggota menjadi penggerak  komunitas praktisi. Setelah komunitas berkembang berjalannya waktu maka kita akan menemukan anggota yang mempunyai potensi untuk menjadi penggerak yang kemudian diberikan tangguung jawab  untuk mengelola kegiatan dengan peran yang berbeda-beda sehingga dapat memahami tantangan kedepan. kedua adalah menginisiasi kolaborasi dengan pihak-pihak diluar komunitas yang dapat memperkaya pembelajaran anggota dan dapat membantu mencapai tujuan atau mendorong anggota komunitas untuk terlibat dalam proyek-proyek kolaborasi tersebut. Tahap terakhir adalah menyelenggarakan proyek kegiatan murid, pada tahap ini semua anggota komunitas membuat proyek bersama yang akan memberikan manfaat nyata bagi komunitas dan juga aksi di dalam kelas. Misalanya jika komunitas media pembelajaran maka akan membuat karya berupa media pembelajaran di dalam kelas.   

Kesimpulan dari  artikel  ini ialah  pendidikan karakter  adalah pendidikan yang dianggap sangat penting sejak dulu hingga sekarang dan khusus di kabupaten Purwakarta, salahsatu  dari lima bunga pendidikan karakter Purwakarta adalah Agama Keagamaan dan Pendalaman Kitab (AKPK)  yaitu  pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan dalam mengamalkan ajaran agama untuk mempersiapkan peserta didik menjalankan peran dan fungsi kemanusiaan di muka bumi berdasarkan kitab suci atau sumber rujukan keberagamaannya. AKPK merupakan salah satu dari lima bunga karakter yang dikembangkan di Kabupaten Purwakarta yang diharapkan mampu memperkuat pemahaman keagamaan yang bersumber dari kitab suci sesuai dengan agama dan keyakinan yang dianut peserta didik.

Tepat rasanya melalui para guru penggerak ataupun yang belum masuk dalam program guru penggerak memulai merintis dan menggerakkan komunitas belajar atau  komunitas  praktisi  untuk rekan guru di sekolah dan di wilayahnya. Komunitas praktisi merupakan strategi pelengkap bagi pengembangan profesi yang berkelanjutan. Peran komunitas praktiksi yang cukup besar nilainya meningkatkan efisiensi penggunaan pengetahuan, membantu dalam pengembangan ide dan inovasi, serta memfasilitasi penciptaan metode pengajaran baru. Proses pembelajaran yang diikuti guru dalam komunitas praktisi diharapkan  bisa memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap praktik mengajar yang dilakukan guru di kelas. Komunitas praktisi guru AKPK  bisa membuktikan peranannya dalam meningkatkan proses penciptaan dan transfer pengetahuan pada siswa. Proses pembelajaran yang diikuti guru dalam masyarakat praktik bisa memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap praktik mengajar yang dilakukan guru di kelas. Sudah seharusnya komunitas praktisi guru AKPK SMP  terbentuk di Kabupaten Purwakarta. Jikalau sudah ada  semoga  terus  tumbuh  dan berkembang serta terawat berkelanjutan. Aamiin.

DAFTAR PUSTAKA

Kasiman, dkk (2020), Panduan Belajar di Komunitas Praktisi, Jakarta Kemendikbud

Asep Rahmatudin, dkk (2021). Panduan Agama Keagamaan dan Pendalaman Kitab AKPK, Purwakarta : Disdik Kabupaten Puwakarta

Penulis :  Isep Suprapto

Kepala  SMPN Satu Atap Terpadu 1 Warungjeruk, Kab. Purwakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun