Mohon tunggu...
Isep Suprapto
Isep Suprapto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Pendidikan

Hobi : Menulis, Membaca, Jogging, Cycling, Baca Qur'an

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Upaya Membentuk Komunitas Praktisi/Belajar Guru Mulok AKPK pada PGP

28 Juli 2022   15:47 Diperbarui: 28 Juli 2022   15:51 846
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peran komunitas praktiksi yang cukup besar nilainya meningkatkan efisiensi penggunaan pengetahuan, membantu dalam pengembangan ide dan inovasi, serta memfasilitasi penciptaan metode pengajaran baru. Jika  proses pembelajaran yang diikuti guru dalam komunitas praktisi diharapkan memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap praktik mengajar yang dilakukan guru di kelas. Komunitas praktisi guru AKPK bisa berperan dalam meningkatkan proses penciptaan dan transfer pengetahuan pada siswa. Proses pembelajaran yang diikuti guru dalam komunitas  praktik diharapkan  bisa  memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap praktik mengajar yang dilakukan guru di kelas.

Dalam proses  pembentukannya  komunitas  praktisi   melalui 3 tahapan yaitu :

1.         Tahap Merintis adalah membuat ide dengan  membangun percakapan awal. Ide itu muncul jika di dorong atas keresahan yang terjadi. Misalnya dalam satu sekolah guru sangat kesulitan membuat media pembelajaran daring maupun luring karena kurangnya bimbingan dan skill maka akan menimbulkan ide baik yaitu membuat komunitas media pembelajaran. Langkah selanjutnya adalah menghadap kepala sekolah untuk mengutarakan ide yang ada dan merealisasikannya. Setelah langkah tersebut dilakukan dan kepala sekolah menyambut baik maka lakukan langkah selanjutnya yaitu  menemukan pengikut pertama. Pengikut pertama tidak harus dibangun melalui undangan dan pertemuan formal namun akan lebih baik jika hal tersebut dilakukan dengan percakapan ringan. Ajaklah rekan guru yang sekiranya mempunyai keresahan dan ide yang sama karena hal tersebut lebih mudah untuk memulai membentuk kelompok kecil. Langkah awal sangat menentukan berjalannya komunitas selanjutnya. Kenapa demikian? karena pada tahap merintis dan menemukan pengikut pertama tersebut terdapat pembangunan komitmen bersama, memiliki kemauan belajar yang kuat dan selanjutnya juga turut andil dalam menggerakkan komunitas praktisi. Langkah ketiga dalam tahap   merintis adalah membangun percakapan bermakna. Pada tahap ini sudah mulai mengerucut kedalam konsep komunitas yaitu `membekukan` ide yang abstrak secara bersama tersebut kedalam wujud yang bernama komunitas dengan memulai diskusi memetakan masalah dan rencana solusi yang bisa dilakukan bersama. Jangan lupa pada tahap awal ini juga buta kesepakatan membentuk komunitas praktis tersebut sebagai tempat belajar, bediskusi dan mengembangkan praktik baik. 

2.         Tahap Menumbuhkan. Pada tahap menumbuhkan, komunitas praktisi dapat menyebarluaskan pengetahuan dan praktik baik secara luas. Langkah awal dalam  tahap ini adalah  menyelenggarakan pertemuan rutin. Buatlah kesepakatan durasi pertemuan yang bertujuan menumbuhkan komitmen anggota apakah pertemuan dilakukan secara daring maupun luring. Pertemuan rutin memberikan kesempatan kepada para anggota komunitas untuk saling berbagi praktik baik yang dilakukan di sekolah maupun di ruang kelas. Pertemuan rutin juga sebaiknya mempunyai tema tertentu dan sesuai kebutuhan anggota atau menyesuaikan dengan konteks masalah yang ingin dipecahkan. Tahap kedua adalah mendorong dan  mendampingi  anggota komunitas  menerapkan hasil belajar. Dalam tahap ini secara bersama-sama dengan anggota menerapkan pembelajaran yang didapat dari komunitas belajar. Dalam prosesnya juga terdapat inovasi karena dalam penerapannya kadang muncul masalah yang harus dipecahkan saat itu juga maka muncullah ide secara terbesit untuk melakukan pembaruan. Hal yang tidak kalah penting adalah tahap terakhir dalam proses menumbuhkan yaitu  mendokumentasikan dan membagikan hasil  belajar . Selain mempertegas keberadaan komunitas yang telah terbentuk, dokumentasi  juga menjadi krusial pada titik evaluasi. Sesama anggota saling mengevaluasi  dari pertemuan yang telah berjalan dan memperbaiki celah kekurangan yang ditemukan. Dokumentasi disini dapat berbentuk tulisan, rekaman video atau audio. Selain eksistensi dan evaluasi dokumentasi juga dapat dijadikan menyebarkan secara luas tentang manfaat dan kegiatan komunitas yang dilakukan.

3.         Tahap merawat keberlanjutan. Pada tahap ini untuk memastikan proses baik yang sudah berjalan di dalam komunitas yang akan terus memberikan dampak positif bagi anggota komunitas dan murid walapun terjadi perubahan-perubahan situasi yang berkaitan dengan komunitas praktisi. Tahap awal dalam perawatan keberlanjutan adalah mengembangkan anggota menjadi penggerak  komunitas praktisi. Setelah komunitas berkembang berjalannya waktu maka kita akan menemukan anggota yang mempunyai potensi untuk menjadi penggerak yang kemudian diberikan tangguung jawab  untuk mengelola kegiatan dengan peran yang berbeda-beda sehingga dapat memahami tantangan kedepan. kedua adalah menginisiasi kolaborasi dengan pihak-pihak diluar komunitas yang dapat memperkaya pembelajaran anggota dan dapat membantu mencapai tujuan atau mendorong anggota komunitas untuk terlibat dalam proyek-proyek kolaborasi tersebut. Tahap terakhir adalah menyelenggarakan proyek kegiatan murid, pada tahap ini semua anggota komunitas membuat proyek bersama yang akan memberikan manfaat nyata bagi komunitas dan juga aksi di dalam kelas. Misalanya jika komunitas media pembelajaran maka akan membuat karya berupa media pembelajaran di dalam kelas.   

Kesimpulan dari  artikel  ini ialah  pendidikan karakter  adalah pendidikan yang dianggap sangat penting sejak dulu hingga sekarang dan khusus di kabupaten Purwakarta, salahsatu  dari lima bunga pendidikan karakter Purwakarta adalah Agama Keagamaan dan Pendalaman Kitab (AKPK)  yaitu  pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan dalam mengamalkan ajaran agama untuk mempersiapkan peserta didik menjalankan peran dan fungsi kemanusiaan di muka bumi berdasarkan kitab suci atau sumber rujukan keberagamaannya. AKPK merupakan salah satu dari lima bunga karakter yang dikembangkan di Kabupaten Purwakarta yang diharapkan mampu memperkuat pemahaman keagamaan yang bersumber dari kitab suci sesuai dengan agama dan keyakinan yang dianut peserta didik.

Tepat rasanya melalui para guru penggerak ataupun yang belum masuk dalam program guru penggerak memulai merintis dan menggerakkan komunitas belajar atau  komunitas  praktisi  untuk rekan guru di sekolah dan di wilayahnya. Komunitas praktisi merupakan strategi pelengkap bagi pengembangan profesi yang berkelanjutan. Peran komunitas praktiksi yang cukup besar nilainya meningkatkan efisiensi penggunaan pengetahuan, membantu dalam pengembangan ide dan inovasi, serta memfasilitasi penciptaan metode pengajaran baru. Proses pembelajaran yang diikuti guru dalam komunitas praktisi diharapkan  bisa memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap praktik mengajar yang dilakukan guru di kelas. Komunitas praktisi guru AKPK  bisa membuktikan peranannya dalam meningkatkan proses penciptaan dan transfer pengetahuan pada siswa. Proses pembelajaran yang diikuti guru dalam masyarakat praktik bisa memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap praktik mengajar yang dilakukan guru di kelas. Sudah seharusnya komunitas praktisi guru AKPK SMP  terbentuk di Kabupaten Purwakarta. Jikalau sudah ada  semoga  terus  tumbuh  dan berkembang serta terawat berkelanjutan. Aamiin.

DAFTAR PUSTAKA

Kasiman, dkk (2020), Panduan Belajar di Komunitas Praktisi, Jakarta Kemendikbud

Asep Rahmatudin, dkk (2021). Panduan Agama Keagamaan dan Pendalaman Kitab AKPK, Purwakarta : Disdik Kabupaten Puwakarta

Penulis :  Isep Suprapto

Kepala  SMPN Satu Atap Terpadu 1 Warungjeruk, Kab. Purwakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun