Murojaah (mengulang hapalan) dirumah tak semudah yang dibayangkan, santri menemui banyak godaan. Selain lingkungan yang tidak mendukung, santri dihadapi kebebasan bermain gadget, sehingga, membuat santri tidak fokus untuk mengulang hapalannya.
Mega Wati - Kota Bengkulu
Faza Salbillah Kusnadi (15) terlihat duduk di sudut pekarangan rumah neneknya, Faza yang sedang bermalam di rumah neneknya. Tampak sedang memegang Al-Quran dengan mulut komat-kamit, sambil sesekali matanya melirik keatas untuk mengingat kembali hapalannya. Sejak Wabah Covid-19, santri pondok pesantren Nurul Jannah Kota Bogor itu harus mengikuti proses belajar dan murojaah dari rumah. Ternyata tak semudah yang dibayangkan. Selain lingkungan yang tidak mendukung, kebebasan bermain gadget membuatnya tidak fokus untuk mengulang hapalan.
“Ditengah proses mengulang hapalan terkadang terbesit dipikiran ingin cepat selesai karena mau main hp,” ujar Faza.
Faza mengaku, sejak santri dipulangkan ke rumah masing-masing pada (17/3), dalam satu hari ia hanya dapat mengulang hapalan sebanyak satu kali bahkan pernah tidak mengulang sama sekali. Padahal, jika di Pondok ia, bisa mengulang hapalan sebanyak dua kali sampai tiga kali dalam satu hari.
Wanita yang bercita-cita menjadi seorang hafidzah dan pengusaha ini mengaku, ia telah berhasil menghapal sebanyak lima juz Al-Quran. Namun, hapalan itu sudah sedikit memudar diingatannya, tidak selancar sewaktu di Pondok kemarin.
Rasa malas untuk mengulang hapalan sangat terasa jika di rumah, karena lingkungan rumah berbeda dengan di Pondok.
“Kalau di Pondok kami murajaah bersama-sama, dan kami harus langsung menyetor hasil murojaah dan hapalan baru kami kepada ustadz,” cerita Faza.
Selain diperintahkan untuk murojaah, santri pondok pesantren Nurul Jannah ini juga diminta untuk melakukan kegiatan lain. Seperti, sholat sunnah Dhuha, Tahajud, Witir, Rawatib, puasa Sunnah, Tilawah, Dzikir pagi petang, membaca surat Al-Kahf dihari Jumat, juga belajar bahasa Arab dan Tahsin.
Semua ini dilakukan secara mandiri di rumah masing-masing, lalu terakhir di jam sembilan malam wajib untuk melaporkan kegiatan tersebut, apakah lakukan atau tidak.
Jika perintah tersebut tidak dilaksanakan, santri akan diberi sanksi, karena santri berada di rumah, maka sanksi tersebut akan diberikan pada saat santri pulang ke pondok nanti, yang dijadwalkan pada (03/06) akan datang.
“Saya pernah tidak melaksanakannya, karena dirumah banyak godaan, kalau di pondok kami hanya dikasih kesempatan main hp satu bulan sekali, saat di rumah kami bebas, jadi godaan itulah yang susah dilawan” tutur Faza, wanita yang hobi olahraga dan bermain sepak bola ini.
Diakuinya, kegiatan yang dilakukan santri di Pondok begitu padat, selain menghapal Alquran, belajar bahasa Arab juga Tahsin. Kegiatan wajib pengajian malam jumat, dan mawaris. Di pondok juga ada ekstrakulikuler yang seru. Seperti, memasak, membuat kerajinan, juga ada olahraga joging dan senam, yang dilakukan dihari weekend sabtu, minggu.
Wanita yang akrab diberi julukan santri terganteng oleh teman-temannya karena ketomboiannya ini juga mengakui, saat berada di Bengkulu, yang ia rindukan dari pondok adalah kegiatan pengajian malam jumat, mawaris, dan olahraga joging.
“Itu adalah kegiatan yang paling saya suka, karena kalau ikut kegiatan itu kami diberi uang jajan lima ribu per orang, kalau joging karena saya suka olahraga,” cerita Faza.
Dengan berbagai pertimbangan, murojaah di rumah akan menjadi rutinitas yang cukup lama bagi santri. Semoga godaan yang dihadapi santri, dapat teratasi. Juga santri diharapkan lebih bisa mengatur waktu dan melawan godaan itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H