Oleh
- Isatunnafiah
- 17410066
- Psikologi Konseling D
- Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Seorang karyawan berinisial O bekerja sebagai Admin di salah satu Cafe and Resto di Kota Malang, pekerjaannya berkaitan dengan pembuatan laporan-laporan dan mengecek ketersediaan stok bahan-bahan makanan digudang.
Pekerjaannya terlihat ringan dan siapapun bisa mengerjakannya, tapi kenyataannya pekerjaan administrasi itu butuh kecermatan, ketelitian, serta kerapihan dalam melakukan pekerjaannya. O mengatakan jika pekerjaan yang dikerjakannya sangat banyak.
Awalnya ia mengerjakaan sesuai dengan yang harus dikerjakan, kemudian seiring berjalannya waktu ia merasa jika pekerjaan yang harus ia kerjakan tidak sesuai dengan gaji yang didapatkan.
Selain hal tersebut tuntutan dan target kerja yang diberikan atasannya sering tidak sesuai dengan keinginannya, sampai O merasa stres. Tapi ia juga merasa senang karena bisa bekerja sebagai admin yang bisa menambah pengalaman bekerjanya. Namun O juga sangat tertekan dengan tugas yang banyak serta atasan yang kurang mendukung.
Selain bekerja sebagai karyawan admin, saat ini ia juga sedang menempuh pendidikan di salah satu universitas di Kota Malang. Dari sini ia harus membagi waktu antara bekerja dan belajar.
Dari kondisi diatas menyebabkan karyawan mengalami cemas dan stress, sampai akhirnya berdampak ke penurunan produktifitas kerja. Karyawan ini merasa cemas karena khawatir pekerjaannya tidak bisa diselesaikan tepat waktu.
Sedangkan dia stres karena tuntutan target yang diberikan atasannya serta gaji yang diterima tidak sesuai dengan keinginannya dimana gaji tersebut juga ia gunakan untuk membayar biaya kuliahnya. Keadaan tersebut pun jadi berdampak ke penurunan produktifitas kerja seperti laporan-laporan yang ia buat mendapat komplain dari atasannya karena kurang rapi.
Masalah tersebut diatas penting untuk dibahas karena saat ini banyak orang-orang yang mengalami masalah yang sama seperti masalah karyawan diatas.
Disini konseling penting dilakukan supaya bisa menolong karyawan yang mengalami masalah tersebut untuk mengatasi kecemasan dan stres akibat tekanan pekerjaan karena ia sampai mengalami penurunan produktifitas kerja.
Stress kerja merupakan perasaan tertekan yang dialami oleh karyawan dalam menghadapi pekerjaannya. Beberapa indikator stres kerja yaitu tuntutan tugas, tuntutan peran, tuntutan sosial atau antar pribadi, struktur organisasi, dan kepemimpinan organisasi (Rachel Natalya Massie, 2018). Sedangkan gejalanya yaitu tidak stabilnya emosi, merasa tidak tenang, senang menyendiri, susah tidur, merasa cemas, tegang, tekanan darah naik, dan pencernaan terganggu.
Konseling merupakan bentuk pertolongan yang fokus pada kebutuhan dan tujuan dari individu. Konseling beperan untuk membantu individu memahami kebutuhannya dan mencapai tujuan yang diinginkan agar lebih baik (Komalasari, 2009).
konseling merupakan pelayanan profesional yang diberikan oleh konselor kepada konseli secara tatap muka, supaya konseli dapat mengembangkan perilakunya ke arah yang lebih baik.
Pengertian ini menekankan bahwa konseling dilakukan secara tatap muka untuk mek membantu konseli kepada perilaku yang lebih baik (Hartono, 2013)
Kerja merupakan suatu aktivitas yang dilakukan individu untuk menghasilkan sesuatu atau mendapatkan imbalan biasanya uang.
Dalam dunia kerja, konseling merupakan hal yang penting dilakukan terutama untuk karyawan dalam membantu untuk tumbuh dan berkembang.
Ada beberapa kegunaan konseling di dunia kerja. Beberapa diantaranya yaitu pertama, kepuasan kerja dimana keadaan yang diharapkan ialah pekerja yang merasa senang dalam bekerja, merasa betah dan puas dengan kondisi tempat kerja.
Kondisi tersebut membuat para karyawan mengerjakan tugas nya dengan penuh semangat. Karyawan yang tidak puas terhadap kondisi kerja memerlukan bantuan konseling agar kembali semangat dalam bekerja dan memiliki sikap positif terhadap pekerjaannya.
Kedua, pengentasan masalah lainnya, masalah lain yang berhubungan dengan kesehatan, keluarga, sikap, dan masalah lainnya merupakan objek dari konseling. Masalah ini terlihat sepele namun jika dibiarkan membesar maka akan mengganggu hubungan kerja dan kinerja karyawan.
Dan apabila masalah pribadi tersebut diselesaikan dengan baik maka hubungan kerja dan kinerja karyawan tersebut akan baik dan bisa ditingkatkan lebih baik lagi (Prayitno, 1997).
Tujuan konseling kerja secara umum yaitu untuk agar karyawan dapat merubah perilakunya kearah yang lebih baik atau lebih maju (progressive behavior changed) (Hartono, 2013).
Proses konseling kerja bisa bersifat directive counseling atau conselor centered hal ini dikarenakan yang menjadi konselor memiliki posisi atau berpengaruh dalam perusahaan seperti HRD, manager dan trainer. Jadi konselor bisa berperan dalam pengambilan keputusan atau pemecahan masalah dari karyawan tersebut (Suwarjo).
Selain itu bisa menggunakan teori konseling behavioral, dasar teori ini yaitu memusatkan diri pada pengubahan perlaku nyata individu. Tujuannya untuk membantu klien memperbaiki pola perilaku yang salah, membuat keputusan secara mandiri, serta mencegah timbulnya berbagai masalah.
Penggunaan teori konseling ini dipilih karena lebih mudah diaplikasikan karena lebih rinci dan sistematis, hasil mudah dilihat dari perilaku nyata, diukur dan dirumuskan (Masdudi, 2011).
Kesimpulanya adalah konseling di dunia kerja difokuskan untuk upaya-upaya perusahaan membantu para karyawan mengatasi problem terkait pekerjaan sehari-hari, tidak hanya problem terkait pekerjaan saja namun problem terkait pribadi juga diperhatikan.
Konselor pada konseling kerja merupakan orang-orang dari HRD, manager, dan supervisor. Namun jika masalah atau problem pribadi yang berat akan direfer ke konselor yang lebih ahli.
Tujuan dari konseling kerja sendiri ialah meningkatkan kompetensi karyawan, yang jika kompetensinya ditingkatkan maka juga akan meningkatkan dan menjaga produktivitas kerjanya secara stabil dan optimal.
Melalui konseling kerja ini diharapkan sumber daya manusia pada perusahaan dapat terjaga dan ditingkatkan sehingga bisa bersaing dengan sumber daya manusia dari luar negeri. Dengan handalnya sumber daya manusia perusahaan mengharapkan pandangan awal terhadap globalisasi yang mereka anggap sebagai ancaman bisa berubah menjadi tantangan.
Selain itu, peran dari konselor sangat penting untuk mengembangkan dan meningkatkan kesehatan mental karyawan tersebut agar karyawan merasa nyaman dengan dirinya sendiri, punya pandangan obyektif tentang orang lain, dan bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri.
Baca Juga: Waspada "Stress Carrier" dalam Dunia Kerja
Referensi:
- Hartono, &. S. (2013). Psikologi Konseling. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
- Komalasari, G. W. (2009). Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. Bandung: PT. Indeks.
- Masdudi. (2011). Bimbingan dan Konseling Perspektif Sekolah. Cirebon: at-Tarbiyah Press.
- Prayitno. (1997). Layanan Konseling Untuk Para Pekerja. Padang: IKIP Padang.
- Rachel Natalya Massie, W. A. (2018). Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada Kantor Pengelola It Center Manado. Jurnal Administrasi Bisnis, 41-49.
- Suwarjo. (t.thn.). PENGEMBANGAN SDMMELALUI KONSELING DI DUNIA INDUSTRIDANTANTANGAN GLOBALISASI. 1-16.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H