Saya pernah sekolah di SD Cimuncang, yang tidak jauh dari rumah ketika sekolah belum ada yang memakai sepatu, hari pertama di antar dan di belikan sandal lili yang keras untuk di pakai ke sekolah. Di sekolah kelas satu SD tidak mengerti apa-apa yang penting ada teman dan bermain kejar-kejaran. Pernah saya berangkat ke sekolah, sandal yang harusnya di pakai saya lempar kehalaman rumah dan terus berlari menuju ke sekolah dengan tidak menggunakan alas kaki, ketika di hampiri oleh guru kenapa tidak memakai sandal saya diam saja, hanya itu yang dapat diingat ketika sekolah di SD Cimuncang karena dari situ saya harus pindah ke asrama Yon Kav 8 Tank di Cibangkong sebutan daerah itu. Kemudian saya sekolah di SD Terang jalan turangga sampai kelas 3 karena suasana sekolah tersebut lebih maju di bandingkan SD Cimuncang, di SD Terang harus memakai sepatu, karena ruangan nya tidak cukup pertama kali sekolah di masukan ke ruang TK, munkin karena ruang SD terang tidak cukup.Â
Hanya sampai kelas tiga SD saya di SD Terang, kumudian pindah ke SD Inpres yang dekat dengan asrama. Ada cerita yang menarik ketika di SD terang, karena mungkin saya nakal dan suka naik keatas meja sehingga orang tua kami di panggil karena melihat kenakalan saya, shingga ketika naik kekelas 3 saya diberi naik percobaan dan kelas 3 lokasinya pindah di sd gelap istilah dahulu karena kelas tiga tersendiri yang di pindah kesitu yang akhirnya sekolah ini menjadi SMP Kavaleri, sekarang SMP Kartika X. Diceritakan di atas karena sulitnya ekonomi, maka ibu ku juga berdagang di pinggir jalan turangga dengan menggunakan roda, tepat di depan SD Terang. Dagangan tersebut berupa jajanan anak-anak dan ada juga rokok berdagang di jalan turangga kadang sampai jam 9 malam baru pulang ke asrama. Pernah suatu ketika saya bersama kakaku yang lelaki menyusul ketempat ibu saya berjualan dengan menggunakan sepeda, kaka mengendalikan sepeda dan saya yang digonceng di belakang, dengan gaya yang nyeleneh saya lepas tangan dan tiba-tiba kakiku masuk jari-jari dengan luka yang cukup parah.Â
Kebetulan di tempat itu masih ada dr. sukoco yang masih buka praktek, sekarang trans studio bandung tepat didepan SD Terang, saya di bawa ke sana, selama beberpa hari saya tidak bisa berjalan, tapi selalu ingin masuk sekolah. Karena ingin ke sekolah, kebutulan sekolah di sd terang kelas 3 dilaksanakan sore hari dan saya di antar sekolah oleh ibu saya dan ketika pulang sekolah saya belum di jemput, bagai mana pikir saya, akhirnya saya putuskan merangkak pelan pelan dengan menggunakan tangan, disitulah pa guru Muji ketika itu melihat saya yang berjalan merangkak tidak tega melihatnya serta mengajak saya untuk di gonceng dengan sepedahnya, namun tidak lama kemudian ibu saya segera datang mengendong saya pulang.
Pindah dari SD Terang ke SD Inpres
SD Inpres merupakan program pemerintah yang menyiapkan  sekolah sekolah baru dengan program Inpres, inpres sendiri singkatan dari instruksi presiden. SD ini berdiri masih berada di lingkungan yang dekat dengan komplek militer di wilayah Pusenkav, Bataliyon Kavaleri 8 Tank yang sekarang menjadi Bataliyon Kavaleri 4 Tank. Saya bersekolah dari kelas 4 SD dari tahun 1974 sampai tahun 1977, tetapi ketika ujian ikut di Induk sekolah yaitu di SD negeri Turangga. Jumlah murid di kelas 4 hanya ada 18 orang, tidak begitu beda dengan cerita dari laskar pelangi.
Di kelas 4 saya mengikuti perkemahan yang dilaksanakan oleh sekolah kakaku yang kebetulan kakaku kelas 1 smp dan akau kelas 4 sd ikut pramuka yang tergabung dengan penggalang kelas 1 smp, badan saya waktu itu masih kecil tetapi nekat ingin ikut kemping bersama kakaku, karena di paslitasi oleh kavaleri saya tidak takut untuk berkemah di daerah Situ Pategang Bandung Selatan, daerah itu masih serem tidak seperti sekarang sudah enak bersih dan tertata. Ketika pada esok hari pada kegiatan pencarian jejak, saya menjadi penjaga tenda dan anggota yang lain mencari jejak di sekitar Situ Patenggang, sambil menunggu kedatang para pencari jejak saya tidur-tiduran di pinggir tenda, karena lelapnya serta daerah itu kondisinya tidak datar tanahnya tetapi agak miring, sehingga ketika para pencari jejak datang saya masih tertidur dan hampir menyentuh bibir pantai Situ Pategang.Â
Untung mereka datang kalau tidak mungkin saya sudah tenggelam dan kebasahan. Cerita ini saya tuliskan dalam pelajaran mengarang di SD Inpres, cerita ini mendapat sambutan dari Ibu guru Tur Yati Iskandar sehingga kalau ada kegiatan di gedung merdeka saya suka di ajak, namun karena penampilan saya dekil tidak seperti anak perwira, saya di ajak oleh bu Yati tapi disuruh ganti baju dulu yang rapih, serapih-rapih nya saya tetap kelihatan dekil and the kummel itu lah saya ketika SD.
Gigi Patah
Memiliki gigi yang rapih dambaan setiap insan. Saya memiliki gigi sedikt kedepan, mungkin hanya berapa mili. Gigi ini cukup mengganngu, kemudian saya berkeluh kesah sama ibu saya kenapa gigi nya sedikit kedepan, padahal juga tidak terlalu kedepan, masih bagus dengan senyum dikulum. Ternyata kita tidak boleh berkeluh kesah dengan apa yang sudah di berikan oleh sang pencipta Allah SWT, karena dalam pergaulan sehari-hari dengan teman sebaya kita saling bercanda dan besenda gurau. Dengan bercanda itulah gigi ku yang sebelah kanan patah, karena terjatuh.Â
Ceritanya ketika sedang bermain di bawah ayunan dekat pohon rindang, teman saya yang bernama wowo tidak sengaja mendorong saya, seketika itu saya terjatuh dengan gigi saya membentur tembok. Betapa linunya ketika gigiku patah, beberapa hari saya tidak bercerita sama ibu saya, kalau beliau tahu tentu gusar dengan apa yang terjadi dengan gigi saya. Ternyata benar, ketika beliau tahu langsung kaget dan mendesak saya untuk menanyakan siapa yang sudah berbuat demikian pada saya. Setelah dua, tiga minggu baru saya sampaikan bahwa yang melakukan itu adalah wowo anaknya pa sarjono yang tinggalnya di barak c asrama yon kav 8 tank, emosi ibu saya sudah reda, namun ketika bertemu dengan ibunya wowo hal ini disampaikan kepadanya.
Tinggal di asrama memang sangat komplek. Karena selalu bersentuhan antara anak dengan anak, sering terjadi ribut antar orang tua. Karena di alami juga oleh saya ketika berantem dengan sama-sama anak tentara, tidak jarang orang tua ikut campur. Suatu ketika saya berantem dengan anak yang orang tuanya orang mendan, namanya Pa Damanik dan anaknya bernama Wawan. Wawan usianya memang di bawah saya, tetapi suka ngeyel karena orang tua nya sedikit punya dan memiliki TV yang suka di tonton oleh warga, saya sering nonton tv di rumah wawan. Suatu ketika saya ada kles dengannya dan terlibat berantem anak kecil dan saya kebetulan menjadi pemenangnya.Â