Mohon tunggu...
Isa Multazam Noor
Isa Multazam Noor Mohon Tunggu... Dokter - PsycTelston

Psikiater anak di Instalasi Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja RSJ Dr. Soeharto Heerdjan Grogol Jakarta Barat Kepala Instalasi Diklat Litbang RSJ Dr. Soeharto Heerdjan Grogol Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Post Partum Blues atau Baby Blues Syndrome: 1 dari 7 Wanita Alami Depresi Setelah Melahirkan

25 April 2021   15:08 Diperbarui: 25 April 2021   15:25 557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam  buku ini, Brooke shields berhasil membagi pengalamannya terhadap penanganan kasus yang sering terabaikan dan tersembunyi ini. Dalam istilah popular, masalah kesehatan jiwa yang diderita oleh Brooke dapat dianalogikan ke dalam depresi terselubung atau masked depression.

Pengalaman ini tentunya dapat menjadi suatu pelajaran yang berharga sekali bagi para ibu muda, wanita yang baru pertama kali melahirkan atau memiliki bayi dalam menghadapi permasalahan psikis setelah melahrkan bayi. Dalam buku tersebut juga disajikan sedikit pembahasan mengenai depresi paska melahirkan oleh seorang guru besar di bidang psikologi.             

2. Kata dokter: Depresi Paska Persalinan, Bukan Baby Blues Semata.

Ilustrasi kasus:

Ny. A, 27 tahun, seorang perempuan yang dikonsultasikan kepada bagian psikiatri rumah sakit dari ruang perawatan bagian obsgyn karena mengalami gangguan perasaan berupa sering tiba-tiba menangis, murung, tidak mau makan minum dan menolak kehadiran bayi yang baru dilahirkannya kurang lebih 1 minggu yang lalu. Ibu muda yang baru pertama kali melahirkan tersebut menolak untuk menyusui dan tidak mau bertemu dengan bayinya itu, bahkan sampai menolak untuk menyentuhnya.

Kondisi yang dialami oleh Ny. A pada ilstrasi kasus diatas dikenal dalam ilmu psikiatri (kedokteran jiwa) sebagai suatu gangguan mood afektif yang dikenal dengan sebutan "Depresi Paska Persalinan."

Pada umumnya hampir setiap orang di suatu saat dalam hidupnya pasti pernah mengalami depresi. Sebagian wanita ada yang dapat mengalami gangguan suasana perasaan paska persalinan. Tetapi terkadang, bentuk depresi ini tidak disadari oleh keluarga ataupun wanita itu sendiri. Hal ini disebabkan karena gejalanya mirip dengan "baby blues syndrome," yaitu berupa kelelahan, sulit tidur, kehilangan nafsu makan, bahkan sampai pada penurunan libido paska melahirkan.

Depresi paska persalinan bukanlah sebuah maternal blues (baby blues) semata, karena derajatnya dikategorikan lebih berat daripada baby blues syndrome yang mana gradasinya bisa mulai dari ringan sampai sedang. 

Baby blues syndrome biasanya muncul pada masa-masa wanita tersebut mengandung (pregnancy) atau menjelang waktu kelahiran bayi sampai 1 minggu paska persalinan. Sedangkan depresi paska persalinan muncul pada periode mulai 2 sampai 4 minggu setelah wanita tersebut menjalani proses kelahiran bayinya.

Pada baby blues syndrome dijumpai gejala campuran cemas dan depresi. Sedangkan pada depresi paska persalinan, gejala kecemasannya lebih parah dengan disertai serangan panik yang mendadak dan kekhawatiran yang berlebihan bahwa dirinya tidak akan bisa mengurus bayi. Bahkan pada beberapa laporan kasus dijumpai perasaan was-was apabila dirinya dapat tiba-tiba menyakiti bahkan membunuh bayi yang dilahirkannya itu. Bahkan pada beberapa laporan kasus dijumpai perasaan was-was apabila dirinya dapat secara tiba-tiba menyakiti bahkan membunuh bayi yang dilahirkannya itu.

Penelitian di beberapa negara di Asia, Australia, Eropa, dan Amerika melaporkan bahwa angka kejadian depresi paska persalinan adalah sebesar 13%. Wanita yang berusia 20 sampai 40 tahun dan ditambah dengan adanya riwayat depresi pada pohon keluarga merupakan kelompok yang paling rentan untuk alami depresi paska persalinan. Faktor risiko ini meningkat pada periode post partum (paska melahirkan bayi) dari waktu 2 minggu sampai 6 bulan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun