Sudut kamar menjadi kesaksian
Dalam keterbatasan, dikalbu tak ada kata selain diam
Relung jiwa melolong, menjerit tentang sebuah kehidupan yang hilang
Mata kosong melompong
Telinga mendengar lirih suara sendu dia kumandangkan
Seketika,
Tulang belulang meluruh tak berdaya, hitamku membalut
Kumandang dendam merajam meledak-ledak atas sebuah penyesalan
Apa daya ku Tuhan,
yang hanya dapat meratapi kehampaan hidup
Malam kian melarut,
tertekam mata ini untuk menutup sebuah bualan
Kerontang raga ini menunggu fajar,
Ketika memeluk pagi tanpa tawa
Pandanganku menjadi kabur,
Tuhan, apakah ini pertanda?
Ku, kembali merenung
Dalam pagi melongo,
terbawa arus tak bertujuan
Hingga menunggu jawab dari Tuhan.
Isal Teje, 5 Desember 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H