Mohon tunggu...
M RIFQI RISAL ALAMI
M RIFQI RISAL ALAMI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Konten podcast

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Generational Comparison and Its Implications For Instructional Design

22 Desember 2023   14:55 Diperbarui: 10 Januari 2024   14:11 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Belajar adalah hasil dari praktik atau jenis pengalaman lainnya, didefinisikan sebagai perubahan berkelanjutan dalam perilaku atau kemampuan untuk berlatih dengan cara tertentu. Pada dasarnya manusia berorientasi pada pembelajaran dengan menjadikannya kegiatan mendasar dari hidup manusia yang tidak dapat ditinggalkan, dan sangat penting kegunaannya. Pernyataan bahwa belajar dimulai dari buaian ibu sampai ke liang lahat, menjadi ungkapan bahwa sejatinya manusia hidup tidak bisa lepas dengan proses belajar sampai kapanpun dan dimanapun. Kemampuan belajar inilah yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Dan proses belajar terjadi dalam diri manusia agar dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Seiring dengan perkembangan era digitalisasi Belajar menjadi kebutuhan manusia yang meningkat dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi yang semakin canggih. 

 Preferensi belajar siswa berubah seiring berjalannya waktu. Generasi Alpha lahir antara tahun 2010 hingga saat ini, dan menurut Mc.Crindlegeneration, mereka adalah keturunan generasi milenial yang akan dikenal sebagai generasi yang paling berpengaruh dalam kehidupan manusia. Mereka adalah orang-orang yang berpendidikan, lebih akrab dengan teknologi, dan ditengarai sebagai generasi yang paling makmur. Setiap tahun kelahirannya memiliki julukan masing-masing, seperti Baby boomer (1947-1964), genenerasi X (1965-1980), generasi Y atau milenial (1981-1995), dan genenerasi Z (1995- sekarang). 

Gagasan untuk mengelompokkan istilah-istilah ini pertama kali dikemukakan pada tahun 1960-an, ketika ditetapkan bahwa generasi terdiri dari individu-individu yang telah dibentuk oleh berbagai peristiwa sejarah dan fenomena budaya yang memberikan karakter yang berbeda pada setiap tahap kehidupan. Penelitian "memahami generasi pasca-milenial: tinjauan terhadap praktik pembelajaran mahasiswa" oleh Diyan Nur Rahmah (2020) dari Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga dipublikasikan di jurnal Masyarakat Indonesia (LIPI). Studi ini melihat karakteristik generasi pasca-milenial, atau Gen Z, dalam praktik pembelajaran. Dari penelitian ini, jelas bahwa para pendidik dapat membantu siswa Gen Z belajar dengan melakukan beberapa hal. Pertama, pendidik harus berpikiran terbuka terhadap lingkungan belajar, rangkaian, dan alat pendukung pembelajaran yang lebih variatif seperti penggunaan audio, video, grafik, gambar, atau mungkin simbol-simbol tertentu untuk meningkatkan komunikasi antara pendidik dan siswa dan membangun komunikasi dua arah. Kemudian, sangat penting untuk menciptakan hubungan yang erat antara guru dan siswa melalui kegiatan pendidikan dalam rangka menumbuhkan kreativitas dan penemuan serta menumbuhkan kebiasaan berbicara dan kemampuan untuk menyampaikan ide dengan cara yang bermanfaat bagi kedua belah pihak.

Untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada siswa dan menghasilkan pembelajaran yang berfokus pada pengembangan keterampilan, bukan hanya pencapaian peringkat atau nilai, pendidik harus membuat pembelajaran menjadi lebih kontekstual. Untuk menghadapi berbagai ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di masa depan, anak-anak perlu dididik dalam kreativitas, keterampilan pemecahan masalah, dan pengembangan ide-ide hebat. Ciri-ciri siswa harus dipahami dan dikenali oleh seorang pendidik sebelum pembelajaran dapat berlangsung, antara lain. Proses belajar mengajar akan berjalan jauh lebih lancar ketika pendidik menyadari dan memahami kepribadian anak didiknya. Etnis, budaya, status sosial, minat, bakat awal, gaya belajar, motivasi, perkembangan emosi, perkembangan sosial, perkembangan moral dan spiritual, dan perkembangan motorik adalah beberapa ciri yang membedakan satu anak dengan anak yang lain.

Pendidikan yang baik akan beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di sekitarnya. Sistem sekolah dan kebiasaan belajar siswa akan terpengaruh oleh pergeseran generasi. Guru terkadang memberikan pekerjaan rumah (PR) dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang dapat membantu siswa untuk lebih memahami materi yang dibahas di kelas untuk mengakomodasi gaya belajar generasi babyboomer yang cenderung lebih senang mendengarkan pelajaran, membuat catatan, dan mengulang pelajaran di rumah. Namun, mengingat bahwa siswa generasi Z saat ini cenderung energik, dinamis, dan tidak dapat dipisahkan dari kecanggihan teknologi, dapatkah metode pembelajaran yang sama diterapkan kepada mereka? Jawabannya bisa iya bisa tidak. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gaya belajar generasi Z agar temuan-temuannya dapat membantu para pendidik untuk lebih memahami dan merencanakan pembelajaran siswa sehingga pembelajaran yang berkualitas dapat terwujud.

GENERATIONAL ANALYSIS

Menurut kupperschmidt (2000) generasi adalah sekelompok orang yang memiliki kesamaan tahun lahir, umur, lokasi dan juga pengalaman historis atau kejadian-kejadian dalam individu tersebut yang sama yang memiliki pengaruh signifikan dalam fase pertumbuhan mereka. jadi dapat disimpulkan generasi adalah sekelompok individu yang mengalami peristiwa-pwristiwa yang sama dalam kurun waktu yang sama pula. Setiap generasi mempunyai nilai-nilai yang unik dan persepsi, sikap, dan perilaku yang berbeda-beda. Selanjutnya setiap generasi juga mempunyai sifat kuat dan lemah masing-masing. Oleh karena itu, pengalaman hidup yang unik di setiap generasi mungkin menciptakan kaitan potensial dengan penggunaan teknologi. Berikut ini adalah tinjauan singkat tentang lima generasi yang berbeda, termasuk karakteristik utama, nilai, dan pengalaman yang mendefinisikan mereka:

Kaum tradisionalis

Lahir antara tahun 1925 dan 1945.

Mengalami Perang Dunia II dan Depresi Besar

Menghargai kesetiaan, kerja keras, dan menghormati otoritas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun